
Terorisme sebuah kata
yang tidak asing lagi ditelinga kita. Mendengar kata ini, kebanyakan diantara
kita takut dan tidak berani di bahas oleh akademisi. Pengertian terorisme
selalu di indentik dengan kekerasan yang harus dibasmi dimuka bumi ini. Padahal
ketika kita telusuri dan kita pahami maknanya ternyata jauh seperti apa yang
digambarkan oleh media pemberitaan. Salah satu unkapan yang sering kita dengar “Terrorism
means the use of violence for political ends and includes any use of violence
for the purpose putting the public or any section of the public in fear.”
Kegiatan Terorisme
mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan sehingga dengan
demikian dapat menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa. Biasanya
perbuatan teror digunakan apabila tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh
untuk melaksanakan kehendaknya. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis
untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan ketidak
percayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dan memaksa masyarakat atau
kelompok tertentu untuk mentaati kehendak pelaku teror. Terorisme tidak
ditujukan langsung kepada lawan, akan tetapi perbuatan teror justru dilakukan dimana
saja dan terhadap siapa saja. Dan yang lebih utama, maksud yang ingin
disampaikan oleh pelaku teror adalah agar perbuatan teror tersebut mendapat
perhatian yang khusus atau dapat dikatakan lebih sebagai psy-war.
Makna teroris adalah
orang yang mendatangkan terror atau ancaman baik terhadap indivual atau social.
Dimedia massa kata ini diterjemahkan orang Islam yang melakukan aksi-aksi jihad
dan selalu disebut berbahaya. Sebagai contoh baru ini terjadi adalah kasus
ISIS, ISIS dikatakan teroris karena barang impor dari luar Indonesia jadi perlu
diwaspadai apalagi ada berita, Abu Bakar Ba’syir telah berbaiat kepada ISIS,
jadi ISIS sebagai teroris semakin terbukti dibuat oleh media. Kita tidak lagi
membahas ISIS teroris atau bukan, tetapi yang kita bahas adalah makna teroris
dan realita dimasyarakat.
Pelaku Teroris
bermacam-macam tipe, tergantung siapa yang melakukan dan melihat serta
menilainya. Polisi teroris bagi Perampok. Densus88 teroris bagi umat Islam dan
sebaliknya bagi mereka. Ketika bangsa kita dijajah oleh Belanda dan para
Pejuang Indonesia disebut Teroris bagi belanda karena meneror mereka, tapi bagi
anak bangsa apa mereka teroris, tentunya merekan akan mengatakan itu adalah
patriot atau pejuang.
Ketika konflik di Aceh
terjadinya pembunuhan, penganiayaan, pemorkosaan dan pembakaran rumah warga.
Kira-kira menurut orang Aceh TNI adalah teroris karena meneror mereka, tetapi
tidak untuk warga Negara atau selain Aceh. Begitu juga dengan Peristiwa Ambon
Maluku, Rohingya, Palestina, Suriah, Mesir dan lain. Kira yang teroris siapa?
Tentunya tergantung pada orang mana yang menilai dan melihatnya.
Tapi teroris sering
kali menjadi sasaran serang untuk Agama Islam, padahal Islam dengan tegas “Baru
dikatakan seorang muslim jika orang lain baik muslim maupun non muslim terbebas
dari tangan dan lisannya. Islam berasal dari kata Salam yang berarti damai.
Inilah agama yang mengajarkan kedamaian kepada pemeluknyauntuk memelihara dan
mengupayakan kedamaian di seluruh dunia.
Maka sangatlah penting
untuk bersikap adil dalam menilai sebuah kata seperti ini, agar tidak terjadi
kericuhan yang menambah problem dan pemicu terjadi konplik. Sangatlah tidak
adil kalau kita hanya memvonis hanya muslim yang teroris walaupun ada kala
sebabnya muslimdisebut teroris, karena seorang muslim dituntut untuk menjaga
kedamaian oleh karena itu seorang muslim sejati harus menjadi teroris untuk
mereka yang merugika orang lain seperti perampok, pencuri dan lain-lain.
Setelah kita ketahui
makna teroris maka sangatlah tidak kalau barang impor Baha’I tidak disebut
sebagai agama yang berbahaya karena akan menambah pemurtadan, tentunya kita
tidak akan setuju ummat yang beragama dimurtadkan masuk ke Agama lain.
Seharusnya media menilai sama antara baha’I dan Isis, artinya tidak ada standar
ganda.
***
Penulis: Tgk. Amriadi, A.Ma
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam STID Moh.
Natsir Jakarta
E-Mail: amriadicyber@gmail.com
0 comments:
Post a Comment