Monday, September 8, 2014

Siapa yang Teroris

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhItHMr8QIBODK0sJQko8bvfu8v2GLlB_1BuQ4fMw7MOlKTAmtzqCxb8UqpJRXAfI4QxWL3CJYmjfwhRxMtxZKyVjUMLUF5RIKe38gvOBR4OvX-xFaMhtt7unVVVDnxwpSLfZlWyUV0C57w/s320/ISLAM+BUKAN+TERORIS.jpg




Terorisme sebuah kata yang tidak asing lagi ditelinga kita. Mendengar kata ini, kebanyakan diantara kita takut dan tidak berani di bahas oleh akademisi. Pengertian terorisme selalu di indentik dengan kekerasan yang harus dibasmi dimuka bumi ini. Padahal ketika kita telusuri dan kita pahami maknanya ternyata jauh seperti apa yang digambarkan oleh media pemberitaan. Salah satu unkapan yang sering kita dengar “Terrorism means the use of violence for political ends and includes any use of violence for the purpose putting the public or any section of the public in fear.”
Kegiatan Terorisme mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan sehingga dengan demikian dapat menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa. Biasanya perbuatan teror digunakan apabila tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh untuk melaksanakan kehendaknya. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan ketidak percayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dan memaksa masyarakat atau kelompok tertentu untuk mentaati kehendak pelaku teror. Terorisme tidak ditujukan langsung kepada lawan, akan tetapi perbuatan teror justru dilakukan dimana saja dan terhadap siapa saja. Dan yang lebih utama, maksud yang ingin disampaikan oleh pelaku teror adalah agar perbuatan teror tersebut mendapat perhatian yang khusus atau dapat dikatakan lebih sebagai psy-war.
Makna teroris adalah orang yang mendatangkan terror atau ancaman baik terhadap indivual atau social. Dimedia massa kata ini diterjemahkan orang Islam yang melakukan aksi-aksi jihad dan selalu disebut berbahaya. Sebagai contoh baru ini terjadi adalah kasus ISIS, ISIS dikatakan teroris karena barang impor dari luar Indonesia jadi perlu diwaspadai apalagi ada berita, Abu Bakar Ba’syir telah berbaiat kepada ISIS, jadi ISIS sebagai teroris semakin terbukti dibuat oleh media. Kita tidak lagi membahas ISIS teroris atau bukan, tetapi yang kita bahas adalah makna teroris dan realita dimasyarakat.
Pelaku Teroris bermacam-macam tipe, tergantung siapa yang melakukan dan melihat serta menilainya. Polisi teroris bagi Perampok. Densus88 teroris bagi umat Islam dan sebaliknya bagi mereka. Ketika bangsa kita dijajah oleh Belanda dan para Pejuang Indonesia disebut Teroris bagi belanda karena meneror mereka, tapi bagi anak bangsa apa mereka teroris, tentunya merekan akan mengatakan itu adalah patriot atau pejuang.
Ketika konflik di Aceh terjadinya pembunuhan, penganiayaan, pemorkosaan dan pembakaran rumah warga. Kira-kira menurut orang Aceh TNI adalah teroris karena meneror mereka, tetapi tidak untuk warga Negara atau selain Aceh. Begitu juga dengan Peristiwa Ambon Maluku, Rohingya, Palestina, Suriah, Mesir dan lain. Kira yang teroris siapa? Tentunya tergantung pada orang mana yang menilai dan melihatnya.
Tapi teroris sering kali menjadi sasaran serang untuk Agama Islam, padahal Islam dengan tegas “Baru dikatakan seorang muslim jika orang lain baik muslim maupun non muslim terbebas dari tangan dan lisannya. Islam berasal dari kata Salam yang  berarti damai. Inilah agama yang mengajarkan kedamaian kepada pemeluknyauntuk memelihara dan mengupayakan kedamaian di seluruh dunia.
Maka sangatlah penting untuk bersikap adil dalam menilai sebuah kata seperti ini, agar tidak terjadi kericuhan yang menambah problem dan pemicu terjadi konplik. Sangatlah tidak adil kalau kita hanya memvonis hanya muslim yang teroris walaupun ada kala sebabnya muslimdisebut teroris, karena seorang muslim dituntut untuk menjaga kedamaian oleh karena itu seorang muslim sejati harus menjadi teroris untuk mereka yang merugika orang lain seperti perampok, pencuri dan lain-lain.
Setelah kita ketahui makna teroris maka sangatlah tidak kalau barang impor Baha’I tidak disebut sebagai agama yang berbahaya karena akan menambah pemurtadan, tentunya kita tidak akan setuju ummat yang beragama dimurtadkan masuk ke Agama lain. Seharusnya media menilai sama antara baha’I dan Isis, artinya tidak ada standar ganda.
***

Penulis: Tgk. Amriadi, A.Ma
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam STID Moh. Natsir Jakarta
E-Mail: amriadicyber@gmail.com
 

SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: