Wednesday, September 3, 2014

SUDAH MARDEKA ATAU HANYA TOLERANSI

[2602885415-media-china-angkat-bencana-tanggul-situ-gintung.jpg]



Bertahan waras saja di negeri ini, sudah untung. Kapan, kita mampu mewujudkan harapan dan cita-cita mereka. Untuk menegakkan Islam di Negeri ini, agar benar negeri ini adalah negeri yang bersyukur, begitu kata Taufik Ismail dalam Syairnya. Apakah harus kita mulai dengan Taubat Nasional seperti kata Amien Rais? Atau tuhan mulai bosan dengan kita seperti yang diungkapkan oleh Ebit E. Gade dalam lagunya.
Kalau kita analisa apakah negeri kita ini sudah merdeka? Bagamana dengan keadaan rakyat yang hidup dibawah jembatan dan bagaimana dengan rakyat yang putus sekolah. Apakah sudah mardeka? Di Kota-kota besar seperti Jakarta ada berapa Pabrik atau Swalayan milik anak bangsa dan ada berapa banyak Pabrik dan Mal orang asing, bisakah kita menghitungnya. Inikah yang namanya mardeka?
Pengangguran dan pelacuran semakin belum lagi ditambah namanya perusak moral seperti narkotika yang semakin menjadi-jadi. Sudahkah mardeka? Walau ada lawongan kerja tapi anak bangsa hanya mendapatkan bagian Clening Service, Buruh Bagunan dan Pemulung serta peminta-minta karena sudah tidak ada lagi kerja yang dapat menghidupkan mereka dikarenakan mereka bodoh dan dibodohi.
Bukannya mereka tidak bisa, tapi tidak ada peluang untuk mereka dikarenakan mereka putus sekolah tanpa sarjana. Sehingga yang pantas bagi mereka adalah rakyat kelas bawah dikarena bodoh dan miskin. Suara mereka bisa dibeli dan tidak dianggap karena mereka bukan pendidik, bahkan aqidah bisa tergadaikan karena mereka sibuk memikirkan hidup tanpa memikirkan agama sehingga dengan mudah agamanya bisa dibeli oleh raja yang kaya raya. Pernahkah kita bayangkan  jika kita adalah mereka.
Disisi lain bencana silih berganti, masalah selalu datang belum selesai masalah korupsi sudah datang terorisme. Kenapa dan ada apa dengan negeri kita ini?. Mungkininilah sebab dari semua permasalahan di atas.
Dalam teks proklamasi asli dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 “Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Dengan berdasarkan kepada: ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam Bagi pemeluk-pemeluknya.”
Sebab tanpa atas berkat rahmat Allah mustahil bamboo runcing dapat menang melawan persenjataan modern penjajah. (Yusril Ihza Mahendra)  hal inilah kemungkinan besar murka Allah l. Karena kita lupa kepadanya dan tidak menjalankan sebagaimana pentunjuknya.
Allah menegaskan kepada kita untuk bermusyawarah bukan berdemokrasi. Jadi setiap musibah dan masalah yang datang itu sebagi Azab dari Allah l. Karena Allah tidak ridha terhadap system yang kita pakai dan bertentangan dengan hukumnya. Tanpa mengurangi rasa hormat “Siapa yang berani mengatakan Demokrasi diridhai oleh Allah l. Dan berani menjamin keselamatan dunia akhirat jika mengikuti demokrasi?”
Jangankan untuk keselamatan Akhirat untuk mengadakanpemilu saja sudah menghabiskan triluyunan rupiyah, belum lagi nyawa juga harus menjadi taruhan bagi penyonsongnya. Lihat saja FIS di Aljazair, IM di Mesir dan baru-baru hangat sekarang Libya juga mengalami hal yang sama, masihkah kita berani mengatakan demokrasi diridhai oleh Allah l. 
Kmbalikan kepada petunjuk Allah l. Dan mari kita sama-sama turun tangan untuk menjalankan perintah Allah l. Dan meninggalkan apa yang dilarang olehnya serta tebarkan da’wah ilallah dan amar ma’ruf nahyi mungkar.
Karena dengan cara inilah, mudah-mudahan segala problematika di Indonesia dapat diselesaikan bersama di bumi yang mayoritas Muslim terbanyak didunia. Jangan ragukan lagi akan agama Islam karena Islamlah yang dapat menyelesaikannya dan paling berhak hidup di Indonesia juga Agama Islam.
Mari kita lihat kembali pernyataan mereka “barang siapa yang ingin mengubah NKRI, UUD, dan Pancasila silahkan keluar dari NKRI karena ini bukan Negara Islam”. Kira sadar gak kata-kata yang dikeluarkan, sepertinya senjata makan tuan. Bagaimana tidak.
Masih ingat siapa mempersatukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan mendeklarasikan Negara Kesatuan Indonesia (NKRI)  dengan intergralnya atau lupa sejarah. Ingatkan kalau yang mengusung NKRI adalah seorang ulama besar Indonesia yang dikenal didunia yaitu Mohammad Natsir.
Dalam UUD 1945 juga demikian dengan rahmat rahmat Allah yang maha kuasa, bukan yang trinitas, dan bukan pula yang maha dewa-dewa. Dalam pancasila yang pertama juga demikian yaitu ketuhanan yang maha esa. Bagi yang mengatakan memperjuangkan pancasila silahkan usir mereka yang tuhannya lebih dari satu jika memang demikian yang diinginkan.
Maka agama yang selamat adalah ketuhanan yang satu Cuma Islam dan Yahudi, yang lain silahkan kabur dari NKRI kerena tidak mendapatkan hak dalam pancasila, UUD dan sejarah Indonesia. Agama yahudi juga tidak boleh tinggal di Indonesia walaupun tuhannya Yahweh satu tapi pada sila keempat pancasila ada kata musyawarah sedangkan dalam agama yahudi tidak ada kata kata musyarah. Maka dengan sadar diri silahkan keluar dari NKRI, jika demikian yang di inginkan.
Tapi umat Islam tidak demikian kerasnya keras, tidak seperti Budha di Rohingya, tidak seperti Hitler di Nazi Jerman, tidak pula seperti yang terjadi di Cordoba dan Amerika, tidak juga seperti Israel yang membatai Palestina, tidak juga seperti Syiah membantai suriah, bukan pula militer mesir yang membantai rakyatnya. Islam itu rahmat bagi seluruh Alam.
Agama yang paling toleran di Dunia berapa orang dibantai ketika umat Islam membantai setelah menaklukkan konstatinopel. Dalam sejarah dunia umat Islam tidak pernah membantai ummat lain kecuali yang melawannya dan tidak pernah ada dalam sejarah peradaban dunia bahwa umat Islam membatai anak-anak membabi buta seperti Israel dan syiah yang sekarang ini membantai kaum muslimin.
Toleransi apa lagi yang kalian inginkan? Umat Islam rela di buang 7 kalimat dalam pancasila yang telah disepakati bersama. Apakah ini bukan toleransi? Libur hari minggu pada Negara ini bukan Negara kristiani, apakah ini bukan Toleransi? Kadang kala di kantor pas mau jum’atan tiba-tiba rapat supaya umat Islam tidak bisa shalat Jum’at dan apabila bisa maka macet dan kecapekan yang dirasakan sedang umat kristiani dengan enak kegereja tiap minggu tanpa harus capek-capek dengan macet lalu lintas dan segar-segar badannya, ini bukan toleransi ya?
Ketika didunia menyetujui dua lambang kesehatan yang di akui yaitu sabit merah untuk ummat Islam dan salip merah untuk agama lain, tapi yahudi protes sehingga bintang david merah menjadi lambang kesehatan bagi umat yahudi. Indonesia yang mayoritas ummat Islam tapi pemerintah mendirikan Palang merah Indonesia (PMI), apakah ini bukan toleransi dari ummat Islam?
Perkembangan rumah Ibadah di Indonesia dari tahun 1997-2004. Gereja Katolik dari 4.934 menjadi 12.473 (153%), Gereja Protestan dari 18. 977 menjadi 43.909 (131%), Wihara dari 1.523 menjadi 7.129 (368%), Pure Hindu dari 4.247 menjadi 24.431 (475,25%) sedangkan Masjid rumah Ibadah umat Islam yang mayoritas di Indonesia hanya berkembang dari 392.044 menjadi 643.843 hanya naik 64%. Data seperti ini tidak terdapat di Negara yang mengklaim paling demokratis dan mengaku pendekar HAM sekalipun.
-Toleransi apa lagi yang di Ingikan-
***
Penulis: Amriadi, A.Ma
E-Mail: amriadicyber@gmail.com

 

SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: