Serambi
Indonesia, Jum’at 11 September 2015 M. Dewan Pakar Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) menyampaikan orasinya di Komplek Makam Syiah Kuala. Dalam orasi
tersebut Dewan Pakar PBNU, Muhammad Idrus Ramli menegaskan bahwa Wahabi dan
Syiah ditinjau dari sudut padang manapun tetap tidak bisa diterima, tegasnya. “Kita
semua yang ada disini Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) dan menganut Mazhab
Syafii, karena itulah yang akan mempersatukan kita seluruh umat muslim. Diluar dari
Aswaja dan Mazhad Syafii, adalah aliran sesat,” pungkas dewan pakar PBNU ini.
Dalam
sejarah perjalanan Islam, ulama-ulama besar yang telah banyak memperjungkan
Islam seperti Imam Malik dengan Mazhab Maliki, Imam Hanafi dengan Mazhab Hanafi,
Imam Syafii dengan Mazhab Syafii, Imam Ahmad Bin Hambal dengan Mazhab Hambali. Semua
ulama mazhab adalah guru murid. Imam Hanafi beguru kepada Imam Malik, begitu
pula Imam Syafii berguru kepada Imam Malik dan Imam Hanafi, hal yang sama juga
dilakukan oleh Imam Ahmad Bin Hambal yang berguru kepada Imam Syafii.
Dengan
demikian, ulama-ulama mazhab satu sama lain saling berhubungan. Walau ada
perbedaan pendapat, namun semua itu saling menguatkan bukan untuk permusuhan
apalagi saling sesat menyesatkan. Oleh karena itu pernyataan Kiyai Muhammad
Idrus Ramli, Jelas-jelas keliru karena menyesatkan semua ulama Mazhab selain
Syafii. Maka dari itu, pernyataannya sangat berbahaya terhadap perpecah belahan
umat Islam di Aceh khususnya dan umumnya di Indonesia.
Maka
dari itu, mohon kiranya Dewan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mencabut pernyataan
yang berbahaya ini dan meminta maaf kepada seluruh rakyat Aceh Yang beragama
Islam. Agar tidak terjadi perselisihan dan perdebatan panjang. Kita umat Islam
Aceh selama ini hidup rukun dalam beragama tidak pernah ada yang menyesatkan
para ulama apalagi ulama mazhab. Dari itu kami tunggu tuntutan ini secepatnya
dari NU pusat.
Perlu
diketahui oleh kaum muslimin masyarakat Aceh, bahwa NU yang sekarang ini banyak
versi. Karena telah tercampur dengan aliran sesat seperti Syiah, JIL, JIN, dan
lain-lain. Untuk menjawab itu berdirinya NU Garis Lurus (NUGL). NUGL merupakan
para sntri NU yang memperjuangkan NU keajaran KH. Hasyim Asy’ari selaku pendiri
NU. Dari itu, kuat dugaan bahwa Dewan Pakar NU yang berorasi dalam parade
Aswaja di Aceh termasuk kedalam NU garis bengkok, bukan garis lurus.
Penulis
selaku masyarakat Aceh, sebuah kewajiban menjaga persatuan dan kesatuan umat
dalam menjalankan agamanya, agar tidak terjadi perselisihan apalagi
menyesatkan. Ulama-ulama Aceh, guru-guru Dayah, dan santri-Santri seluruh dayah
Aceh, juga memiliki kewajiban yang sama yaitu menjaga umat Islam dari pengaruh
sesat yang datang ke Aceh. Maka seluruh masyarakat Muslim yang ada di Aceh
wajib tolak gagasan Muhammad Idrus Ramli (NU Pusat).
Alasan
lain yang harus kita ketahui bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang
dipimpin Said Aqil Siradj yang merukan tokoh yang paling ngawur saat ini, yang
membela Syiah, membela Liberal dan Islam Nusantara beda dengan Islam Arab, sehingga
dia membenci Wahabi dan membesar-besarkan Syiah. Sampai-sampai dia mengeluarkan
pernyataan lebih baik shalat dengan Iblis daripada rapatkan shaf dalam shalat
seperti Wahabi.
Perlu
dipertanyakan kepada Muhmmad Idrus Ramli kenapa dia menyesatkan selain mazhab
Syafii, kenapa Saiq Aqil bosnya NU yang jelas-jelas sesat tidak dia sesatkan. Kegawuran
tokoh NU sebelumnya yaitu Abdurrahman Wahid (Gusdur) yang menurut Said Aqil
Gusdur tidak bisa diperiksa oleh malaikat jibril di liang lahat, karena ada
kunjungan kemakam gusdur 24 jam. Dia (Gusdur) menghina Al-Qur’an sebagai kitab
suci umat Islam Aswaja. Dia mengatakan bahwa kitab suci yang paling porno di
dunia adalah Al-Qur’an, hampir semua media mencatatnya.
Gusdur
juga pernah dibaktis pendeta Internasial, videonya masih diabadikan di Yutube,
silahkan dilihat. Dan berbagai macam keanehan lainnya, termasuk membela Dewa 19
yang mnginjak lafadz Allah dalam sesbuah konser di Televisi, termasuk juga
pembela Inul Goyong ngebor. Maka dengan begitu tokoh-tokoh NU yang mengatakan
Aswaja perlu dipertanyakan ke Aswajaannya. Jangan-jangan pengurus Besar NU
justru penyebar paham sesat seperti yang terjadi selama ini.
Namun
untuk mengungkapkan apa NU itu sesat. Jawabannya NU itu Aswaja, tetapi para
tokohnya banyak yang non-Aswaja alias sesat menyesatkan. Dalam buku 50 Tokoh
Islam Liberal, 30%nya adalah dari NU. Dengan demikian NU yang notabene Aswaja
dalam bahaya. Oleh karena itu perlu adanya penyelamatan terhadap NU, munculnya
NUGL adalah untuk menjawab tantangan itu. Namun NUGL belum cukup untuk
menepisnya bahaya dalam tubuh NU, terbukti dengan terpilihnya Sail Aqil kembali
sebagai Ketua Umum NU Pusat.
Sisi
keanehan lainya yang ada didalam tubuh NU, ketika semua ormas Islam termasuk
MUI mengharamkan Rokok malah NU bungkam dan bahkan tokoh-tokoh NU malah dengan
terang-terangan dalam pengajian hisap rokok. Ketika acara Natalan, Banser
Anshor dikerahkan dari timur sampai barat untuk menjaga keamanan gereja. Nuril
Arifin tokoh NU Gusdurian keluar masuk gereja. Ketika masjid dibakar di
Tolikara, Banser pada kemana. Dalam satu berita yang dikeluarkan
suara-islam.com mengatakan Banser serbaguna lagi Geraja. Inilah yang sangat
disayangkan didalam tubuh NU yang Aswaja, justru membela kafir Gereja. Yang paling
menyakitkan malah menyesatkan umat Islam yang tidak NU alias tidak bermazhab
Syafii, seperti yang ditegaskan oleh Idrus Ramli dalam Parade Aswaja di Aceh. (AM)
0 comments:
Post a Comment