Dalam tulisan ini bukan
bermaksud menyamakan Imam Syafii dengan KH. Idrus Ramli. Namun dalam tulisan
ini masih dalam masalah orasinya di Parade Aswaja Aeh. Beliau menyetakan Syiah
itu sesat, memang itu benar dan Imam Syafii juga berkata demikian. Namun yang
jadi masalah dengan beliau adalah menyatakan yang bukan mazhab syafii aliran
sesat. Ini sama dengan menyesatkan semua ulama yang berpegang kepada empat
mazhab.
Imam Syafii berkata: “Jika
kalian telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian
berpaling mengambil pendapat yang lain.” Imam Syafii berkata demikian, apakah Imam
Syafii Wahabi. Dalam kesempatan lain Imam Syafii juga berkata: “Jika
ada hadits yang Shahih bertentangan dengan pendapatku, maka tinggalkan
pendapatku. Itulah Mazhabku.”
Begaimana dengan Idrus Ramli. Dalam parade
Aswaja di Aceh dalam orasinya dia mengatakan:
“Kita semua yang ada disini Ahlussunnah
Wal Jamaah (Aswaja) dan menganut Mazhab Syafii, karena itulah yang akan
mempersatukan kita seluruh umat muslim. Diluar dari Aswaja dan Mazhad Syafii,
adalah aliran sesat,”tegas Dewan Pakar PB NU pusat. Inilah bedanya Imam
Syafii dengan Idrus Ramli. Dia mengaku mazhab Syafii tapi perkataan tidak
selaras dengan perkataan Imam Syafii.
Imam Syafii berkata: “Semua pendapatku itu benar, namu tidak
menutup kemungkinan pendapat orang lain lebih benar. Semua pendapat salah,
namun tidak menutup kemungkinan pendapatku lebih salah.” Dalam berbagai
perkataan Imam Syafii lebih hati-hati dalam berkata, namun Idrus Ramli dengan
gamblang berkata yang tidak mazhab Syafii sesat. Imam Syafii selaku pendiri
Mazhab saja tidak berkata demikian. Namun kenapa Idrus Ramli berani berkata
demikiaan.
Mengenai Idrus Ramli
membenci Wahabi itu hak beliau. Begitu juga dengan rakyat Aceh yang membuat
Parade Aswaja itu juga hak masyarakat Aceh. Masyarakat Aceh membenci Wahabi itu
juga hak warga masyarakat Aceh. Yang jadi masalah ketika ada orang luar yang
membakar dan menambah kebencian tersebut. Sehingga bukan persatuan seperti yang
dia ungkapkan yang terjadi tapi justru perpecahan yang terjadi.
Kembali lagi kepada
topik semula, Imam Syafii dan KH. Idrus Ramli. Imam Syafii tidak mengklaim
dirinya paling benar, namun Idrus Ramli justru sebeliknya yang bukan Mazhab
Syafii Sesat. Perlu kita ketahui bahwa ulama yang tergabung didalam Majelis
Perwakilan Ulama (MPU) Aceh berpegang kepada empat Mazhab, dengan demikian
Idrus Ramli secara tidak langsung telah menyesatkan ulama Aceh. Seharusnya
Idrus Ramli sadar kalau dia lagi berada di daerah Aceh sebagai tamu bukan tuan
rumah. Kalau di Jawa dia katakana demikian itu tidak masalah dengan warga Aceh.
Tapi karena dia ucapkan di Aceh, maka jadi masalah bagi segenap rakyat Aceh.
Menurut pengamatan
penulis kalau pernyataan ini diungkapkan Teuku Wisnu dapat dipastikan telah
dikafirkan oleh semua orang dan bahkan bisa dijebloskan ke penjara. Tapi karena
yang menyatakan ini adalah KH. Idrus Ramli dari Dewan Pakar NU Pusat. Media
pada ciut, tidak berani ngebulynya. Tidak berani membentuk opini kalau dia ini
sesat. Tapi coba Wisnu bahas masalah khilafiyah langsung dituduh Wisnu sesat.
Karena itulah, kita tidak membeda-bedakan yang
sesat ya sesat, yang bid’ah ya bid’ah, yang ngawur ya ngawur, yang keliru tetap
keliru, tidak bisa diganti. Dari itu kita harus bisa memilah mana yang benar
dan mana yang salah. Mengatakan selain mazhab Syafii sesat ini jelas ngawur,
keliru, dan jelas-jelas bengkok yang tidak bisa diluruskan. Mencabut pernyataan
dan meminta maaf kepada rakyat Aceh secara terbuka dan resmi dari NU adalah
solusi untuk KH. Muhammad Idrus Ramli selaku Dewan Pakar Nahdlatul Ulama yang
ada di pusat. (AM)
0 comments:
Post a Comment