Sunday, May 22, 2016

Keadilan dan Professional Pers Nasional


Tebar Suara | Sebelumnya saya pernah menulis di ACEH TREND dengan judul Pers Yanng TerbelengguKepentingan, sebagai tulisan Special Hari Pers Nasional. Pada kesempatan kali ini saya mau menulis kembali masalah ini, lantaran banyaknya pers yang lo bayar gue beritain.Dari hal ini terjadi pemutaran balikan fakta. Salah satunya stasiun televise memberitakan mujahidin membantai rakyat Suriah (Aleppo).

Televisi ini jelas memiliki motif kepentingan, jelas ada uang dibalik berita.  Masalah pembantai Aleppo di Suriah tidak terlihat di Televisi, yang ada Cuma pemutar balikan fakta. Kejadian Aleppo sesungguhnya adalah pembantaian rakyat oleh Rezim Syiah. Sebabnya jelas karena mereka Islam, bukan Syiah.

Ketika ada media Nasional semisal Tempo menulis hanya 4 orang korban, BBC malah menulis yang sesungguhnya yaitu ratusan rakyat Aleppo dibantai dengan banjir darah. Sangat jelas sekali dimana letak Tempo dengan BBC yang jelas dikendalikan seluruhnya oleh kafir.

Bukan hanya dalam kasus Internasional, kasus nasional juga mereka permainkan. Parade Tauhid di Solo kemarin ada gak beritanya di Televisi atau di media nasional seperti Tempo.  Hal ini tidak mungkin ada, karena tidak ada nilai jual yang tinggi. Jika pun ada namun kepentingan harus yang pertama. Karena kepentingan ada di tangan pemilik modal. Siapa yang modalnya besar dialah yang mengendalikan media itu.

Maka keadilan pers di Indonesia tidak pernah adil dalam pemberitaan. Sementara dari itu hadir juga media-media online yang dikendalikan oleh perorangan atau kelompok tertentu. Mereka juga membawa misi yang berbeda. Media Islam garis tegas akan memprjuangkan nilai-nilai keislaman dan membackup pemberitaan yang menyudutkan Islam.

Kelompok liberal juga membawa misi asing untuk menghancurkan negeri ini lewat kedok keislaman. Jadi kalau ada yang mengatakan media Islam itu hanya pencari uang, hal ini tidak pernah benar. Justru media pencitraan dan liberal yang sudah sangat jelas mencari uang dan memberitakan sesuai dengan kapasitas uang.

Profesionalitas media sekarang sungguh dipertanyakan. Kasus diatas mungkin belum cukup bagi sebagian media yang saya ketahui ada yang benar-benar pro rakyat. Namun mereka sedikit pengunjung atau peminat. Lantaran penikmat berita sekarang mengiginkan yang pro kontra atau mengandung unsur yang serius.
Masalah professional media saya sering kali melihat media dalam memberitakan kasus rakyat kecil. Misalnya terjadi pencurian, anaknya disamarkan ayahnya di terangkan. Kasus lain namanya di samarkan alamatnya di tulis dengan jelas sampai RT/RW dan bahkan nomor rumahnya. Model berita seperti ini akan sama saja dengan tidak menyamarkan karena pembaca pasti tau kalau ini kasus si A atau si B. Jadi jelas bahwa pers kurang professional dalam memberitakan rakyat kecil.

Permasalahan kembali terjadi, berita yang sudah ditulis oleh Media A kemudian di Copy Paste oleh Media B. Sehingga Berita yang kurang professional tadi tersebar kemana-mana. Apalagi sekarang Media Copy Paste sangat banyak. Media-media ini juga terkadang tidak memiliki kode etik dalam menulis sumber, dan bahkan sering kali tidak menulis sumbernya.

Ada juga yang menyingkat sumbernya, misalnya Serambi Indonesia di singkat dengan SI, Suara Islam juga sama menyingkat dengan SI atau Suara Independen juga menyingkat dengan SI. Jadi SI yang mana yang dimaksud. Contoh lainnya TS di singkatan dari Teropong Senayan, Tebar Suara juga menyingkat dengan TS. Jadi TS mana yang dimaksud. Inilah yang harus dipertegas dalam menyingkat sumber berita. Sebaiknya menulis yang lengkap dan ini sangat terkesan kejujuran dan professional.

Di akhir tulisan ini saya sangat mengapresiasikan kepada media yang menjujung tinggi kode Etik Jurnalistik, Professional, dan Pro Rakyat. Kita sangat membutuhkan media yang semacam itu, karena pers yang cerdas akan menuju bangsa yang cerdas. Pers ambal-ambalan akan melahirkan generasi bangba yang lebih dari media itu. Terkadang media yang memberitakan berita yang tidak main-main namun gajinya main-main. Ada juga media yang beritanya atau Talk Shownya main-main namun gajinya tidak main-main. Maka dari itu mari dukung media-media Islam yang menjung tinggi kepentingan rakyat dan beretika dalam memberitakan.  

*) Pimpinan Umum Tebar Suara 

SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: