Thursday, August 27, 2015

Itulah Alasannya!

Itulah Alasannya!

Berita tersebarnya M bisa kuliah pun menjadi tren topic pembahasan di Pondok Pesantren. Karena ketika ditanya M mau kuliah dimana dia cum menjawab, di ADI. Orang-orang pada ketawa mendengar jawabannya. Karena berpikir M lagi stress. Kita tidak menayakan namamu tapi dimama kamu diterima kuliah. Ya, aku kuliah di ADI jawab M lagi. Maksudnya bagaimana M. ADI itu singkatan dari Akademi Da’wah Indonesia. Ooo… dimana itu M. ADI itu berada di Metro. Jadi kamu sekarang kerja di Metro TV. Semua orang pada ngawur dengan jawaban si M.
Bukan Metro TV, Kota Metro yang terletak di Provinsi Lampung. jelas si M. Nama Metro di Lhokseumawe langsung tertuju ke sebuah channel Televisi yaitu Metro TV. Semua orang yang ada di Pondoknya tidak tau kalau ada Kota Metro yang terletak di Lampung. Bagaimana dengan M sendiri, apakah dia juga menganggap begitu pertamanya. M tidak seperti anak pondok yang lain, dia beda dari beda. Dia sudah tau nama Metro Lampung sejak kelas dua MTs dulu. Karena hampir setiap malam di Panti Asuhan dulu dia main hafal peta dengan teman-temannya.
Jadi kalau mau menanyakan dimana daerah ini dan itu, kalau di Panti Asuhan tinggal cari yang namanya si Dien dan si Boy. Mereka ahlinya dibidang tersebut. Sampai nama sungai dan teluk juga mereka tau. Bukan mereka sudah pernah pergi ketempat tersebut. Tapi tiap malam mereka main dengan buku Atlas Dunia. Jadi tidak heran jika mereka tau semua yang ada didalam peta.
M yang kelihatannya seperti anak jalanan paska Ramadhan, sekarang sudah keren. Rambutnya juga sudah dipotong. Tidak acak-acakkan lagi. Bukan karena dia lagi berduit, tapi karena sebentar lagi dia mau terbang ke Metro Lampung untuk kuliah disana. M telah mengabil sebuah resiko yang begitu besar. Bahkan menyangkut kehidupannya dimasa yang akan datang. Bagaimana tidak, jika dia tidak diterima di tempat kuliah bagaimana. Bagaimana kalau tes tidak lulus seperti beasiswa pemimpin bangsa tempo dulu.
Ini merupakan resiko bagi dia. Karena kalau sudah berangkat dia tidak akan mungkin pulang ke Aceh lagi. Karena tidak ada biaya untuk pulang. Lewat tidak lewat, diterima atau tidak dia harus tetap tinggal di Metro, tidak bisa untuk pulang. M jika kau tidak diterima disana bagaimna? Aku akan cari kerja disana. Terus sebelum kamu ketemu kerja, kehidupan kau bagaimana? Ya, aku mungkin akan cari masjid untuk tinggal sementara sambil cari kerja.
Terus kamu makan dimana? Sebaiknya kamu pikir dua-tiga kali lagi deh. Kan orang tuamu itu tidak sanggup lo membiayai kamu disana. Disana barang tidak seperti di Aceh murah. Disana pasti mahal, dan tidak sampai disitu. Kalau kau diterima kuliah dan tidak gratis bagaimana? Kita Cuma usul aja agar kau pikir matang dulu sebelum kesana. Semua teman di pondok tidak percaya kalau M bisa se-nekat itu. M berani berangkat walau tidak ada yang membiayai, M berani ambil keputusan yang sangat gila itu.
Tidak ada satu pun orang yang mendukung kepergiannya di Pondok kecauli para Ustadz. Mereka memberikan berbagai motivasi, karena keputusannya itu adalah keputusan yang sangat beresiko baginya, jika tidak sesuai dengan kenyataan. Dia mengingat sebuah kisah yang pernah dia baca dalam buku-buku dogeng pengantar tidur. Yang memang banyak memberikan pelajaran didalam buku tersebut, walaupun itu banyak bohongnya juga.
Alkisah seorang Nurdin naik Keledai kecil dengan anaknya menuju pasar. Ketika sampai di Kampung pertama. Orang-orang mengatakan kepada mereka tidak sayang pada binatang yang kecil itu di naiki berdua. Akhirnya Nurdin berkata kepada anaknya apa yang dikatakan orang kampong itu, benar juga bahwa mereka salah. Akhirnya Nurdin memutuskan untuk anaknya saja yang naik keledai. Dia jalan kaki mengiringinya.
Namun ketika sampai di Kampung selanjutnya orang meneriakkan anak kurang ajar masak bapaknya yang sudah tua disuruh jalan kaki sedangkan dia seenaknya duduk diatas keledai. Dasar anak durhaka kepada orang tua. Begitulah ocehan orang kampung itu. Akhirnya mereka gantian. Anaknya yang jalan kaki, Nurdin yang naik keledai. Namun lagi-lagi ketika sampai kekampung selanjutnya orang juga masih ngomel.
Dasar orang tua tidak tau diri, masak anaknya yang kecil disuruh jalan kaki. Dia senang-senang duduk diatas keledai. Tidak sayang pada anak. Begitulah ocehan orang-orang kepada mereka, akhirnya dia pun memilih jalan kaki dengan anaknya sambil menarik keledai. Namun ketika sampai di perkampungan selanjutnya, dasar bodoh keledai ada bukan naiki tapi malah jalan kaki. Jadi kalau mendengar kata orang tidak akan pernah selesai, apalagi kata orang yang banyak.
Itulah alasannya kenapa M tidak banyak berpikir untuk itu. Dia tidak mendengar apa yang kebanyakan orang katakan untuknya. Dia mengatakan belum sampai tempat tujuan ko sudah bepikir tidak lewat, tidak diterima. Itu sama saja seperti orang yang belum berperang sudah duluan menyerah. Hal ini tidak berlaku pada M. Karena M juga banyak membaca kisah-kisah orang-orang sukses. Karena di Pondok dia lupa, bahwa dia seorang santri bukan siswa.
Sehingga dia banyak akan pengetahuan umum dan sangat sedikit yang dia tau akan agama, apalagi masalah hafal al-Qur’an dan Bahasa Arab. Itu lebih-lebih lagi dia tidak tau. Bagaimana dengan jurusan Da’wah yang akan menjadi pilihanya. Pasti akan berhubungan dengan agama pastiny. Dia Cuma berkata singkat sampaikan olehmu walau itu satu ayat. Hal inilah yang menjadi landasannya kelak, menjadi seorang da’i. Dan bisa pergi dan berteman dengan siapa saja. Baginya semua orang itu bermasalah. Sehingga perlu ada solusi. Begitu juga dengan dirinya. Bertapapun banyak masalah harus ada solusinya. Bukan lari dari masalah, tapi cari solusinya.
 Hari ahad itu adalah hari terakhir baginya, karena nanti malam dia akan berangkat ke Medan. Karena dia telah di booking tiket pesawat jam 12 siang keberangkatanya. Pada hari Seninnya. Malam dia berangkat dengan naik travel sehingga tepat waktu sampainya. Jam 6 pagi dia sudah menghirup udara baru. Udara kota Medan, yang merupakan hari kedua dia berkunjung ke kota itu. Sebelumnya dia juga pernah kesana, bahkan sampai Berastagi dengan teman-teman satu Panti yang ditangung full biayanya oleh donatur Panti Asuhan. Bandara Polonia Medan adalah Bandara yang paling dekat darinya di bandingkan Bandara yang ada di Banda Aceh. Oleh karena itu mereka memilih untuk lewat Polonia.
Jam 12 siang pun tiba. Ini merupakan hari pertama dia ikut dalam pernerbangan udara. Sebelumnya belum pernah dia rasakan. Lebih kurang 2 jam lamanya dalam pesawat. Kira-kira ashar sampai di Bandara Soerkarno Hatta. Bandara Internasional katanya. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia. Mereka habis dari pesawat langsung ke Gambir dan shalat di masjid kecil dekat terminal disana. Setelah itu mereka singgah di Monumen Nasional (Monas) dan Masjid Raya Istiqlal Jakarta.
M baru pertama kali kesana, tentungnya bigung. Dan sangat terlihat kampungannya. Tapi itu semua tidak dia pedulikan. Bahkan dia tidak bisa menyebrang jalan, karena kendaraan begitu banyak di Jakarta. Sangat jelas kegunungannya. Sangat jelas kehutannanya. Bagaimana tidak di Kampungnya tidak ada yang nama mobil dan motor sebanyak itu. Namun Jakarta tidak ada ruang untuk orang menyebrang jika tidak biasa. Begitu juga hal pertama yang dialami M.
Tapi dengan tekatnya yang tinggi sekarang dia sudah berada di Jakarta dan besok akan tiba di tempat tujuan. Kebodohan dan keidiotannya akan segera hilang, karena dia akan berhadapan dengan dunia baru. Dia akan merasakan kehidupan lebih baik, karena di negeri orang tidak akan mendapatkan perlakuan seperti di Aceh, harapannya. Mungkin tidak ada lagi yang nama penghinaan, ejekan dan sebagainya. Itu semua harapannya, jika dia sampai pada tujuan.
Semuanya dalam perjalanan dia pikirkan bagaimana nasibnya ketika berada di Metro. Apakah lebih baik ataukah lebih buruk lagi. Semua dia pikir dan sambil mengingat masa lalunya yang begitu suram. Sampai disiram oleh air got oleh temannya ketika pulang sekolah di MTs tempo dulu. Akankah hal ini terjadi di negeri orang. Antara takut dan bimbang menghampirinya. Berbagai pertanyaan pun terbesit dalam hatinya. Antara senang, wawas, takut dan berbagai macam bayangan lainnya. Dia Cuma mampu berharap semoga disana baik-baik saja. Sesuia dengan apa yang di harapkan sebelum dia bengkat.
Keidiotannya M tidak sama seperti keidiotan anak lainnya. Karena M bukanyan anak idiot, tapi kurang pergaulan saja. Karena dia terlahir di hutan yang tidak ada orang lain kecuali dia dan orang tuanya. Sehingga pergaulannya tidak seperti anak orang lain yang hari-harinya bergaul dengan banyak teman-teman. Sehingga mental untuk menghadapi kemasyarakatan sulit baginya dan sangat keliatan keidiotanya. Sehingga banyak teman-temannya di pondok menyebutnya bencong dan idiot.
Orang lain boleh menilainya sesuatu yang buruh, karena semua yang mengejeknya dulu baik di panti maupun yang di Pondok mereka terlantar di kampungnya halamannya sendiri. Anak idiot yang penuh kesabaran dan kemantapannya dia berhasil lewat ke luar daerah. Tinggalkan semua anggapan jelek kepada orang lain itu lebih baik dari pada berdosa denganya. Mungkin ada banyak kesalahan kita dalam pergaulan sehari-hari sebelum jauh melangkah, alangkaah indah kalau kita saling memaafkan terlebih dahulu.
M ketika ditanya tentang teman-temannya dulu, yang sering mengejek dan menghinanya. Dia Cuma menjawab biarkan tuhan yang akan menentukannya. Biar tuhan yang akan membalasnya. Dari jawabannya saya ingat dengan subuah riwayat “Jika doa orang terzhalimi tanpa penghalang untuk diterima doanya”. Semoga M tidak dendam dengan teman-temannya. Dan tidak pula mendoakan kita yang buruk-buruk.
Walaupun M tidak dendam dan tidak mendoakan keburukkan untuk kita semua yang pernah menganiayayakannya. Pastikan bahwa Tuhan itu Maha Adil. Ketika Hitler membunuh 600 orang Yahudi. Hukuman apakah yang cocok diberikan kepadanya. Paling banter mereka mengirimkannya kedalam tabung gas. Namun hanya mampu untuk satu orang saja. Bangaimana dengan yang selebihnya.
Namun tuhan yang maha adil bisa menghukuminya 600 kali. Seperti yang terdapat dalam firmannya yang mulia. Yaitu dalam Al-Qur’an surat An-Nisa 46: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Maka dari itu kita selaku manusia pasti akan kesalahan yang kita perbuat. Oleh karena itu taubat adalah sebaik-baiknya perbuatan. Jika salah dengan manusia meminta maaf adalah kewajiban. Dosa dengan Allah kita dengan mudah meminta maaf kepadanya karena dia adalah maha pemaaf dan maha penyayang. Bagaimana dengan dosa manusia yang dia pasti ada rasa egoisme dan kesombongan. Oleh karena itu kita dalam kehidupan ini terdapat yang namanya pergaulan antara sesama manusia. Dari itu kita harus salaing menjaga perasaan sesama kita. Jika kita salah dengan manusia jangan tunda untuk hari esok, untuk meminta maaf kepadanya. Karena belum tentu kita dan dia yang kita sakiti masih sama-sama di dunia ini.
Aduh, ini ko jadi artikel ceramah ya. Padahal ini cerita. Ini nih masalah bagi penulis pemula dalam menulis cerita. Tapi tidak masalah semoga tulisan dan cerita ini bermanfaat untuk kita semua. Salam perdamaian dari kita semua. Ikat persatuan dan kastuan kita dalam bertingkah. “Jak ube lot tapak, duk ube lot pugoeng. Bek sampe meukong ureung lingka” demikia pepatah Aceh dalam menjalani kehidupan kita bersama. Artinya “jalan harus sesuai dengan telapak kaki, duduklah sesuai dengan besarnya pantat, jangan sampai menyenggol orang terdekat kita”.





SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: