Thursday, October 1, 2015

Ormas Islam dalam Menata Ruang Publik


            Organisasi Massa (Ormas) yang berasas Islam sangat banyak di Indonesia. Namun pada Orde Baru (Orba) Ormas Islam pernah mengalami pergantian asas, yaitu asas tunggal Pancasila di Zaman Soeharto. Karena yang tidak berasas Pancasila akan dibubarkan waktu itu. Tapi ada Ormas Islam yang tertua  namun tidak pernah mengantikan asasnya yaitu Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pimpinan Mohammad Natsir sang pendiri Republik Indonesia dengan Mosi Integralnya.
            DDII sekarang ini fokus pada da’wah perdalaman. Sebutkan saja program DDII Lampung yang mencadangkan satu desa satu da’i. Program DDII pusat juga menegangkan yaitu mencetak 1.000 da’I dengan Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir. Selain itu DDII juga mengambil motto “Selamatkan Indonesia Dengan Da’wah”. Hal inilah yang memperjelas arah DDII dalam bergerak. Selain DDII yang berfokus pada Da’wah Perdalaman juga ada Ormas lain yang se-misal dengannya yaitu Hidayatullah.
            Hidayatullah juga sangat fokus pada da’wah perdalaman, ada beberpa kisah da’I Hidayatullah yang saya baca di Majalah Hidayatullah. Sangat terharu, tanpa diketahui jalan kemana arah yang harus dituju mereka ditugaskan untuk berda’wah diperdalaman. Bahkan ada yang sampai harus makan daun disana, hal yang sama juga dialami oleh para da’I DDII yang ditugaskan di perdalaman, perbatasan dan pulau-pulau kecil diseluruh Indonesia. Mereka memang tidak pernah berharap untuk berkompetisi seperti da’I di kota yang digandrongi oleh media.
            Baik DDII maupun Hidayatullah yang memiliki sedikit perbedaan, tapi tetap kota Jakarta sebagai sarana publik yang digunakan untuk memfasilitasi kegiatan da’wah diperdalaman. Media komunikasi publik DDII sebenar lebih banyak medianya dibandingkan Hidayatullah. Namun DDII macet lantaran manajemen yang belum pas. Tapi Hidayatullah dengan Majalahnya berkembang pesat diseluruh Indonesia. Dan bahkan oplahnya semakin meningkat. Selain Majalah Hidayatullah juga lebih maju dengan Wabsitenya hidaytullah.com.
            Kontor Ormas Islam yang terpampang di Kota Jakarta memiliki nilai pembangunan kota itu tersendiri. Bahkan ada Ormas Islam yang fokus terhadap pembangunan kota. Sebutkan saja yang sering saya amati yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Muhammadiyah sangat terlihat dengan jelas arah penggerakkannya dengan mendirikan Sekolah-Sekolah dan Universitas. Sehingga Muhammadiyah sangat terkenal dengan sang pencerah, artinya mereka mencerahkan bangsa dari keterbelakangan dengan pendidikan yang memadai.
            Hal yang serupa juga terdapat pada tubuh NU, tetapi NU lebih dikenal dengan sang Kiyai karena memang banyak mendirikan Pondok Pesantren. Baru beberpa tahun terakhir ini NU merencanakan untuk melakukan pembangunan Sekolah-sekolah dan Universitas. Bahkan selama Saiq Aqil Siradj meminpin NU sangat jelas perkembangan pembangunan penguruan tinggi olehnya. Walaupun tidak bisa dipungkiri dengan ada Saiq Aqil didalam tubuh NU mendapatkan masalah yang besar, terutama dalam masalah pemikiran.
            Baik Muhammadiyah maupun NU mereka memiliki ruang publik tersendiri dalam menata komunikasi dengan masyarakat, dalam mengembangkan nilai-nilai keIslaman didalam kehidupan bermasyarakat. Dengan semakin maju sebuah Ormas, maka semakin professional mereka dalam menata ruang publik dan komunikasi kepada masyarakat. Tentunya semua Ormas yang ada di Indonesia memiliki tujuan yang berbeda dan begitu juga dengan cara pandang mereka kedepan. Semua itu dilakukan untuk kemajuan bangsa Indonsia ini.
            Komunikasi publik yang unik memang terdapat pada Jamaah Tabligh (JT). JT memang memiliki karakteristik da’wah yang beda dengan yang lain termasuk DDII dan Hidayutullah. Cara menyampaikan pesan kepada masyarakat JT lebih kepada berjamaah. Sebutkan saja program bulanan mereka yang mabit ke masjid-masjid selama tiga hari tiga malam, seperti yang pernah penulis tukarkan cerita dengan seorang aktivis JT disebuah masjid di Kemayoran.
            Mereka melakukan da’wah sambil mabit di Masjid dengan kegiatan siraman rohani, walaupun warga tidak ada yang ikut, tapi pesan yang mereka sampaikan terdengar oleh masyarakat sekitar masjid karena mengunakan Toa. Sehingga banyak para maksiat yang bertaubat lantaran da’wahnya JT, disisi lain setelah bertaubat dan JT pergi tidak yang membimbing lagi. Dan tentunya akan mengulangi kepada kegiatan kemaksiatan seperti yang dia lakukan sebelumnya.
            Nilai positif lainnya dengan mabit para jamaah JT maka akan kelihatan ramai di masjid yang biasanya sepi. Sehingga membuat motivasi tersendiri para jamaah masjid setempat untuk ikut bersama JT dalam mendengarkan ceramah dari mereka. JT juga memiliki nilai negatif dimata sebagian dari kita, dikarena dengan perginya mereka berda’wah berhari-hari dan bahkan berbulan-bulan bagaimana denga Istrinya yang tinggal dirumah. Namun hal ini tertutupi dengan banyak kegiatan JT diluar. Jadi komunikasi JT dalam mengembangkan da’wah kepada masyarakat memang efektif. Dan patut untuk ditiru oleh yang ormas Islam lainnya, tentunya dengan tetap memperhatikan sang Istri dan anak-anak yang dirumah.
            Inilah beberapa Ormas Islam yang penulis amati selama ini, dan mereka memiliki ruang publik untuk menyampaikan aspirasi yang melembaga kepada pemerintah. Semoga saja dengan banyak ormas Islam di Indonesia dan saling mendukung satu sama lain. Karakteristik yang berbeda tidak ada permasalahan selama saling menghargai satu sama lain.  


SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: