Terjebak
dalam Keraguan
Oleh: Amriadi Al Masjidiy
(Penggiat Blogger Yang Masih
Newbie)
Jakarta, Rabu 28 September
2016 14:30
ACB
Post | kemarin saya bertemu teman lama disebuah
warung tempat biasa kami nongkrong. Maklum saya sekarang tidak terlalu banyak
keluar, jadi sangat sulit untuk ketemu teman-teman. Apalagi kayak teman saya
yang satu ini, yang sangat luar biasa. Kalau anda telah membaca cerita
sebelumnya pasti tau siapa yang saya ceritakan.
Terakhir saya dengar dia
kerja disebuah Yayasan di Kota Bekasi. Tapi sekarang sepertinya dia lebih kurus
dibanding dulu, saat kita bersama. Ketemu kemarin saya tidak membuang waktu
untuk mendengar kembali ceritanya.
Maklum dia sosok inspirasi
bagi saya. Kita hidup senang dan susah bersama selama ini, dengan keahlian dan
keadaan yang sama. Inspirasi terakhir darinya yang saya ingat “Hidup untuk
Berjuang dan Berjuang Untuk Hidup”, kata-kata yang umum dan sering kita dengar.
Namun jika dikeluarkan oleh orang yang luar biasa dan penuh perjuangan, maka
kata itu bagaikan Pedang Pusaka Naga dalam cerita komik Jepang.
Sebelum M masuk kerja
disebuah yayasan, sebut saja Yayasan Fasa . Dia berjuang untuk hidup sampai
berhari-hari tidak makan karena tidak ada uang, yang ada utang bertumpuk. Hal
ini terjadi karena kita tidak di tanggung biaya hidup di kampus lagi. Kita
harus mencari masjid untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Pada 9 September 2015 ada
teman yang mengajaknya untuk bergabung di Yayasan Fasa. Uniknya malam pertama
dia kesana notbook hancur layar LCD. Hal ini bukan karena jatuh atau hal
lainnya. Tapi karena pimpinannya saat itu sedang emosi dan mengebrak meja yang
ada notbooknya diatas. Gebrakan itu pas memukul notbook bukan meja. Belum kerja
M sudah berkorban Notbook hancur. Untung saja di ganti, kalau tidak tentu
sangat merugikannya.
Dari kejadian itu, muncullah
aneka prasangka. Baik dan negatif muncul di luar dugaan. Sebut saja Pak Nido,
sebagai pimpinan Yayasan Fasa (Yafasa). Pimpinan Yafasa bertindak seperti bos
bukan pemimpin, kalau dia sudah tidak senang pada seseorang tentu akan
membencinya.
Akhirnya komplik pun terjadi
dalam yayasan itu. Waktu pagi kawan yang karja sebagai karyawan Yafasa
mensolidkan keadaan. Diwaktu malam Pak Nido berserta kawan-kawan bentuk team
tandingan.
Belum sampai sebulan, keadaan
berubah. Selama Pak Nido menjabat ketua Yafasa sekaligus direktur Laz
digantikan lewat rapat para elit Yafasa. Hasil rapat itu memutuskan Pak Nakarsu
sebagai direktur Laz.
Namun hal ini hanya berjalan
tidak lebih dua minggu, soliditas karyawan di Laz berhasil dipecahkan kembali
oleh Pak Nido. Komplik pun terjadi, pada saat-saat menegangkan itu.
Peperangan kembali terjadi,
ketika pak Nakarsu melepaskan jabatannya. Setelah kejadian itu karyawan tidak
solid lagi dan mereka merencanakan
membentuk Yayasan baru.
***
Bekasi: 31 Desember 2015 Jam
10:00
Pulang dari Nikahan Marlena,
M ditilang di perempatan Unisma (Universitas 45). Temannya terpaksa menyerahkan
50 ribu uang damai dengan polisi lantaran tidak punya sim. M datang ke pernikahan
Marlena teman dekat di kantor yang asyik menurutnya.
Sesampai di kantor dia
beristirahat dan mengingatkan apa yang terjadi sebelum Marlena menikah. Mereka
sering beranda ria dengannya, namun sudah mengawali hidup baru.
Seminggu setelah pernikahan
Marlena, berbagai kejadian yang terjadi. Mulai pembicaraan pembentukan Yayasan
baru, dibawah pimpinan pak Nose yang masih keturunan Chaines. Maklum saja
peperangan di Yafasa juga tidak terlepas dari pengaruhnya.
Waktu itu posisi M dalam
yayasan baru memang tidak strategis, bahkan namanya tidak ada yang menjabat
sebagai ketua, selalu sebagai pembantu. Dari itu dia mulai ragu, bagaimana
mungkin dia mau dalam posisi yang pembantu sedang dalam Yafasa dia sangat
strategis di bidang Media yang bisa mengubah citra yang baik dan buruk.
Tapi karaguan ini, ditepis
karena ada penghasilan dari sebuah club memanah di Kota Bekasi yang belum lama
dia bergabung. Seandainya dia tidak tergiur dengan iming-iming kerja sama dan
membentuk team Yayasan baru dan panahan, mungkin saja dia sudah berhasil lulus
wisuda pada April yang lalu.
Saya bisa memaklumi M,
memilih bergabung Panahan karena tidak lain saat itu dia tidak ada cadangan
uang. Seandainya dia ada stok uang minimal dua juta sudah berhasil lari ke
kampus seperti temannya yang berhasil wisuda. Namun apa boleh buat tuhan
mengujinya. Dia keluar Yafasa pada Januari lalu.
Karyawan Yafasa pindah kerja,
Marlena dengan alasan suami tidak mengizinnya kerja, sedangkan temannya yang
lain lari ke kampus. Karena pada waktu itu pak Neso tidak bisa mempengaruhi
sebagai kadernya. Karyawan yang tinggal di Yafasa hanya sorang ibu-ibu yang
masih perawan, menurut cerita M.
Namun pada awal akhir
Februari 2016 kamarin dia juga tersingkir dalam Yafasa, maklum dia sebenarnya
akar permasalahan kericuhan menurut M. Maka dalam Yafasa semua orang baru.
Hari-hari M belum ada
penghasilan, Cuma ada pada panahan sabtu-minggu yang bayarannya sekitar 20
ribu. Lumayan untuk satu pekan di Kota Bekasi. Hari-hari M penuh dengan suasana
baru, karja baru dan model penghasilan yang baru.
Bersambung
***
1.
Apakah
berhasil pembentukan Yayasan baru dari team M yang keluar dari Yafasa?
2.
Bagaimana
kehidupannya setelah meninggalkan Yafasa?
3.
Bagaimana
dengan Skripsi M yang gagal wisuda kemarin? Simak cerita selanjutnya.
0 comments:
Post a Comment