Thursday, September 29, 2016

Terjebak dalam Keraguan

Terjebak dalam Keraguan
Oleh: Amriadi Al Masjidiy
(Penggiat Blogger Yang Masih Newbie)

Jakarta, Rabu 28 September 2016 14:30
ACB Post | kemarin saya bertemu teman lama disebuah warung tempat biasa kami nongkrong. Maklum saya sekarang tidak terlalu banyak keluar, jadi sangat sulit untuk ketemu teman-teman. Apalagi kayak teman saya yang satu ini, yang sangat luar biasa. Kalau anda telah membaca cerita sebelumnya pasti tau siapa yang saya ceritakan.

Terakhir saya dengar dia kerja disebuah Yayasan di Kota Bekasi. Tapi sekarang sepertinya dia lebih kurus dibanding dulu, saat kita bersama. Ketemu kemarin saya tidak membuang waktu untuk mendengar kembali ceritanya.

Maklum dia sosok inspirasi bagi saya. Kita hidup senang dan susah bersama selama ini, dengan keahlian dan keadaan yang sama. Inspirasi terakhir darinya yang saya ingat “Hidup untuk Berjuang dan Berjuang Untuk Hidup”, kata-kata yang umum dan sering kita dengar. Namun jika dikeluarkan oleh orang yang luar biasa dan penuh perjuangan, maka kata itu bagaikan Pedang Pusaka Naga dalam cerita komik Jepang.

Sebelum M masuk kerja disebuah yayasan, sebut saja Yayasan Fasa . Dia berjuang untuk hidup sampai berhari-hari tidak makan karena tidak ada uang, yang ada utang bertumpuk. Hal ini terjadi karena kita tidak di tanggung biaya hidup di kampus lagi. Kita harus mencari masjid untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Pada 9 September 2015 ada teman yang mengajaknya untuk bergabung di Yayasan Fasa. Uniknya malam pertama dia kesana notbook hancur layar LCD. Hal ini bukan karena jatuh atau hal lainnya. Tapi karena pimpinannya saat itu sedang emosi dan mengebrak meja yang ada notbooknya diatas. Gebrakan itu pas memukul notbook bukan meja. Belum kerja M sudah berkorban Notbook hancur. Untung saja di ganti, kalau tidak tentu sangat merugikannya.

Dari kejadian itu, muncullah aneka prasangka. Baik dan negatif muncul di luar dugaan. Sebut saja Pak Nido, sebagai pimpinan Yayasan Fasa (Yafasa). Pimpinan Yafasa bertindak seperti bos bukan pemimpin, kalau dia sudah tidak senang pada seseorang tentu akan membencinya.

Akhirnya komplik pun terjadi dalam yayasan itu. Waktu pagi kawan yang karja sebagai karyawan Yafasa mensolidkan keadaan. Diwaktu malam Pak Nido berserta kawan-kawan bentuk team tandingan.

Belum sampai sebulan, keadaan berubah. Selama Pak Nido menjabat ketua Yafasa sekaligus direktur Laz digantikan lewat rapat para elit Yafasa. Hasil rapat itu memutuskan Pak Nakarsu sebagai direktur Laz.

Namun hal ini hanya berjalan tidak lebih dua minggu, soliditas karyawan di Laz berhasil dipecahkan kembali oleh Pak Nido. Komplik pun terjadi, pada saat-saat menegangkan itu.

Peperangan kembali terjadi, ketika pak Nakarsu melepaskan jabatannya. Setelah kejadian itu karyawan tidak solid lagi  dan mereka merencanakan membentuk Yayasan baru.

***

Bekasi: 31 Desember 2015 Jam 10:00

Pulang dari Nikahan Marlena, M ditilang di perempatan Unisma (Universitas 45). Temannya terpaksa menyerahkan 50 ribu uang damai dengan polisi lantaran tidak punya sim. M datang ke pernikahan Marlena teman dekat di kantor yang asyik menurutnya.
Sesampai di kantor dia beristirahat dan mengingatkan apa yang terjadi sebelum Marlena menikah. Mereka sering beranda ria dengannya, namun sudah mengawali hidup baru.

Seminggu setelah pernikahan Marlena, berbagai kejadian yang terjadi. Mulai pembicaraan pembentukan Yayasan baru, dibawah pimpinan pak Nose yang masih keturunan Chaines. Maklum saja peperangan di Yafasa juga tidak terlepas dari pengaruhnya.

Waktu itu posisi M dalam yayasan baru memang tidak strategis, bahkan namanya tidak ada yang menjabat sebagai ketua, selalu sebagai pembantu. Dari itu dia mulai ragu, bagaimana mungkin dia mau dalam posisi yang pembantu sedang dalam Yafasa dia sangat strategis di bidang Media yang bisa mengubah citra yang baik dan buruk.

Tapi karaguan ini, ditepis karena ada penghasilan dari sebuah club memanah di Kota Bekasi yang belum lama dia bergabung. Seandainya dia tidak tergiur dengan iming-iming kerja sama dan membentuk team Yayasan baru dan panahan, mungkin saja dia sudah berhasil lulus wisuda pada April yang lalu.

Saya bisa memaklumi M, memilih bergabung Panahan karena tidak lain saat itu dia tidak ada cadangan uang. Seandainya dia ada stok uang minimal dua juta sudah berhasil lari ke kampus seperti temannya yang berhasil wisuda. Namun apa boleh buat tuhan mengujinya. Dia keluar Yafasa pada Januari lalu.

Karyawan Yafasa pindah kerja, Marlena dengan alasan suami tidak mengizinnya kerja, sedangkan temannya yang lain lari ke kampus. Karena pada waktu itu pak Neso tidak bisa mempengaruhi sebagai kadernya. Karyawan yang tinggal di Yafasa hanya sorang ibu-ibu yang masih perawan, menurut cerita M.

Namun pada awal akhir Februari 2016 kamarin dia juga tersingkir dalam Yafasa, maklum dia sebenarnya akar permasalahan kericuhan menurut M. Maka dalam Yafasa semua orang baru.

Hari-hari M belum ada penghasilan, Cuma ada pada panahan sabtu-minggu yang bayarannya sekitar 20 ribu. Lumayan untuk satu pekan di Kota Bekasi. Hari-hari M penuh dengan suasana baru, karja baru dan model penghasilan yang baru.
Bersambung

***
1.     Apakah berhasil pembentukan Yayasan baru dari team M yang keluar dari Yafasa?
2.     Bagaimana kehidupannya setelah meninggalkan Yafasa?
3.     Bagaimana dengan Skripsi M yang gagal wisuda kemarin? Simak cerita selanjutnya.



SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: