"Jika adik memakan pinang, makanlah dengan sirih hijau. Jika adik pergi ke Minang jangan lupa singgah ke Maninjau." Pantun Soekarno saat menginjak kaki di tempat kelahiran para tokoh nasional, Minangkabau - Sumatera Barat. Ramadhan Journey pada episode kali ini hadir di Provinsi para pendiri Bangsa, seperti Mohammad Natsir, Buya Hamka, Bung Hatta dan lain-lain.
Untuk mengetahui Minang, kita mengacu pada pepatah "Adaik basandi Syara’, Syara’ basandi kitabullah". Hal inilah yang menjadi patokan adat di Minangkabau, berlandaskan agama, serta agama berlandaskan pada kitab Allah yakni Al-Qur'an. Karena itu, melestarikan adat agar hidup selamat dunia akhirat.
Karena itu suasana Ramadhan di Padang, Sumatera Barat, sangat kental dengan tradisi dan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Salah satu tradisi yang dilakukan adalah Balimau, yaitu membersihkan diri dengan cara berendam atau mandi bersama-sama di sungai atau tempat pemandian. Tradisi ini dilakukan dari mulai matahari terbit hingga terbenam beberapa hari sebelum bulan Ramadhan.
Mengenai tradisi Ramadhan di Sumatera Barat saya menghubungi Rikiadi warga Minang yang sudah 7 tahun merantau ke Jakarta. Menurutnya berbagai tradisi di Minang sudah berkurang dalam keseharian masyarakat. Hal ini karena banyak perkembangan dan pengaruh budaya kekinian.
Tapi ada yang turun menurun hingga saat masih ada, misal mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau dan biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian. Hal ini sebagai bentuk ungkapan gembira menyambut datangnya Ramadhan. Setiap hari terakhir bulan Sya’ban, banyak daerah di Sumatera Barat melakukan prosesi Balimau. Balimau dilaksanakan dengan berbagai tradisi, yang tetap mengacu pada adat Basandi Syara'.
Tradisi Balimau semata-mata untuk membersihkan diri, sebelum memasuki bulan Puasa. Namun, kini momen Balimau telah berubah. Akibat perkembangan zaman, momen Balimau tidak hanya sekadar membersihkan diri, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan antar warga. Pada acara Potang Balimau, hadir semua unsur kerajaan, termasuk penghulu.
Selain itu, masyarakat Padang juga melakukan tradisi Munggahan, yaitu kegiatan berkumpul bagi anggota keluarga, sahabat, dan teman-teman untuk saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian makanan khas minang.
Selain tradisi, suasana Ramadhan di Padang juga diwarnai dengan kegiatan safari Ramadhan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi dan meningkatkan kebersamaan antara masyarakat dan pemerintah. Selain itu, pada bulan suci Ramadhan, umat muslim diharapkan untuk banyak berdoa dan berbuat kebajikan agar bencana dan musibah yang melanda bangsa Indonesia, diharapkan untuk dijauhkan dari negeri tercinta.
Lebih luas lagi mengenai suasana Ramadhan di Minang, saya menghubungi Wahyu Ramadhan warga Maninjau. Suasana puasa di Minang bermacam-macam tradisi dan kegiatan kemasyarakatan. Selain itu ada juga kebiasaan anak muda yang suka ngabuburit. Ada beberapa tempat ngabuburit menarik di Padang, Sumatera Barat, yang biasa dikunjungi, seperti Masjid Raya Sumbar, Pantai Air Manis dan Tempat-tempat wisata religi di Padang.
Mereka biasa nongkrong dan sambil mencari takjil berbuka. Padang atau Minang ini kaya akan khas kuliner. Beberapa takjil yang biasa dihidangkan untuk berbuka puasa seperti es cendol, es kacang merah, Bubur Kampiun, Bubur Sumsum, kolak dan masih banyak lainnya, cerita Wahyu mengenai suasana Ramadhan di Padang.
Bulan suci Ramadhan menjadi bulan yang paling dinanti dan dirindukan oleh umat muslim di seluruh dunia, begitu juga dengan masyarakat Minang. Keberkahan yang hanya ada di dalam bulan suci ini, menjadikan umat Islam merasakan nikmatnya menjalani ibadah. Ada banyak keutamaan yang ada di bulan suci Ramadhan, salah satunya adalah bulan penuh pengampunan. Umat muslim akan saling berlomba untuk mensucikan diri dari dosa-dosa yang telah diperbuat. Sebagaimana hadits Nabi SAW.
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". (HR. Hadits Muttafaq 'Alaih).