|
The Journalist
| (29/10) Buku Iqra’ bukan metode tapi materi pembelajaran yang disertai
dengan panduan melajar membaca Al-Qur’an. Ada banyak metode pembelajaran
Al-Qur’an yang hadir dan menyesuaikan zaman di Indonesia, tapi yang paling tua
adalah metode bagdadiyah yang belum diketahui siapa penulis/pengarang dari
metode ini. Jangan sekali-kali kita fanatic dengan sebuah metode dan jangan
sekali kali kita meremehkan metode-motode terdahulu karena dengan metode itu
sudah banyak melahirkan orang-orang yang bisa membaca Al-
Qur’an. Demikian yang diungkapkan oleh penulis buku
Panduan Tahsin & Pengantar Ilmu Tajwid, Al-Ustadz Dr. H. Ahmad Annuri, MA
dalam acara pelatihan Iqr’a di kampus B STID Mohammad Natsir, Rabu 29
Oktober 2014.
Dalam acara ini dihadiri oleh mahasiswa
seluruh mahasiswa semester 3 dan 5 B, acara yang di adakan oleh Bidang
Pembinaan karakter Pesma STID Mohammad Natsir. Ust. Madeni, M.Pd.I mengatakan
pelatihan ini diadakan khusus untuk mahasiswa yang akan dan yang sudah terjun
kemasyarakat mengajarkan TPA di Masjid-masjid seputar kampus.
Cara mengajarkan Iqra’ kepada santri menurut
Dr. Annuri dengan cara memahamkan Pokok pembahasan yang ada pada baris pertama,
untuk baris ke dua sampai ke lima adalah LKS (Lembar Kejar Santri) dan baris
yang terakhir adalah evaluasi. Dalam LKS para guru cukup membimbing saja, dan
lama waktu pengajaran Iqra’ untuk satu
santri lima menit atau disesuaikan dengan jumlah santri. Buku Iqra’ yang karang
oleh KH. As’Ad Human dengan serba keterbatasan pisiknya telah melahirkan banyak
orang yang bisa membaca Al-Qur’an di Abad Melenium ini. (Amriadi)
0 comments:
Post a Comment