Monday, August 31, 2015

Apa itu PKI: Party Kommunist Indonesia

Partai Komunis Indonesia
(PKI)

A.    Pendahuluan
Komunis lahir saat kondisi di Hindia Belanda (Indonesia) sedang mangalami ketertindasan akibat system yang diterapkan oleh Belanda. Belanda mencerminkan praktek Kapitalisme dan Feodalisme. Menindas kaum kecil seperti buruh dan petani. Pada awalnya Komunis hendak menghancurkan belanda dan Islam, tetapi melihat begitu besarnya rakyat yang beragama Islam yang itu bisa dimanfaatkan sebagai massa pro komunis, akhirnya mereka juga menerapkan ide yang awalnya ditentang oleh mereka yaitu ide untuk tidak menghancurkan Islam tapi justru memanfaatkannya. Ide ini datang dari Tan Malaka, ia menganggap dalam menerapkan teori komunis harus melihat konteks wilyah).
Di awal-awal lahirnya, massa yang dibidik adalah buruh, tetapi seiring dengan berjalannya waktu mereka juga melihat bahwa petani bisa dijadikan basis massa yang lebih solid dari pada buruh, akhirnya mereka pun mengalihkan perhatiannya kepada kaum petani dan juga masyarakat Islam. Faktor yang turut berpengaruh terhadap besarnya organisasi ini adalah apa yang mereka tawarkan kepada petani, buruh serta kamuflase nilai komunis yang disamakan dengan nilai Islam. Hal ini karena kondisi saat itu benar-benar kondisi yang berat dan menekan kaum kecil seperti buruh dan petani. Dengan propaganda mereka yang dianggap pro rakyat kecil, mereka pun mendapatkan simpati yang cukup besar.

B.     Lahirnya Komunis
Pada akhir dasawarsa kedua perkembangan politik mengalami intensifikasi dan ekstensifikasi, tidak hanya karena tejadi pengetatan politik kolonial tetapi juga karena ada peningkatan tuntutan politik serta meluasnya mobilisasi politik di kalangan rakyat.[1] Sejak dilancarkannya gerakan Indie Weeerbar (Pertahanan Hindia) yang segera disusul oleh kesibukan sekitar persiapan pembentukan Dewan Rakyat (Volksraad), arena politik meluas sekali dan aktivitas politik menjadi sangat intensif. Pada saat yang bersamaan muncul golongan kiri yang berdasarkan analisis historis materialistisnya hendak melancarkan perjuangan kelas melawan kapitalisme dan imperialisme. Dengan munculnya Volksraad pada 1918, muncullah kekecewaan-kekecewaan dari beberapa kalangan atas kinerja lembaga yang mengatasnamakan rakyat itu. Kemudian muncullah yang dinamakan Konsentrasi radikal yang terdiri atas gabungan SI, Insulinde, dan PKI.[2]
Pada tahun 1913, Sneevliet (1883-1942) tiba di Indonesia. Dialah yang pertama kali memperkenalkan ide-ide sosial-demokrat yang revolusioner dan aktivisme serikat buruh di Indonesia. Pada tahun 1914, dia mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang berhaluan kiri, dan dengan cepat menjadi partai komunis pertama di Asia yang berada di luar Uni Soviet. Dengan ini, dimulailah pergerakan yang digawangi oleh kaum komunis yang lebih radikal.[3] Di awal pergerakan yang dilakukannya, ISDV memiliki beberapa strategi politik untuk menyebarkan ideologi sosial-demokrat dan komunis, yang merupakan hasil manifestasi paham marxisme yang lahir di Eropa sebagai buah pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels. Strategi itu diantaranya adalah dengan mendekati serdadu-serdadu bangsa Belanda, Serdadu-serdadu Angkatan Laut, pegawai negeri bangsa Belanda di bagian sipil.[4]
Karena itu, pada awalnya ISDV beranggotakan orang-orang berkebangsaan Belanda dan golongan Indo saja. Setelah, para pemimpin ISDV diasingkan oleh pemerintah termasuk Sneevliet, dimulailah aktivitas politik ISDV yang dipimpin oleh orang-orang Indonesia. Maka, ISDV berubah namanya menjadi Perserikatan Kommunis di Hindia, dan diganti lagi namanya menjadi Partai Komunis Indonesia. Maka, pada tahun 1920 lahirlah PKI dengan diketuai Semaun. Semaun bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, ingin mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda. Pada 23 Mei 1920 Semaun mengganti ISDV menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia dan Tan Malaka sebagai ketuanya. PKI pada awalnya adalah bagian dari SI, tapi akibat dari perbedaan paham akhirnya membuat kedua kekuatan besar di SI ini berpisah pada bulan Oktober 1921. Pada akhir tahun itu juga Semaoen meninggalkan Indonesia untuk pergi ke Moskow.[5]
Langkah awal keterlibatan Semaun dalam bidang politik dapat ditelusuri dari keikutsertaan Semaun dalam organisasi  Sarekat Islam Surabaya tahun 1914, yang salah satu tujuannya meluruskan pemahaman Islam dan sebagai media gerakan politik lokal melawan kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang dinilai diskriminatif. Setelah ikut serta dalam CSI, Semaun dipercayakan untuk memimpin Sarekat Islam cabang Semarang yang gerakannya radikal dalam menentang politik kolonial Belanda. Selain menjadi pimpinan Sarekat Islam Semarang, Semaun menjadi anggota Vereeniging voor Spoor-en Tramweg Personeel (VSTP). Pada Desember 1920, Semaun menjadi Ketua PPKB (Persatuan Pergerakan Kaoem Boeroeh). Semaun merasa tidak puas terhadap ideologi CSI yang dianggap tidak mewakili kaum buruh, maka secara terang-terangan Semaun memproklamirkan ideologi pergerakan Sarekat Islam Semarang adalah berhaluan sosialis demokrat. Ideologi ini dianggap dapat menjadi pedoman bagi perubahan kehidupan buruh yang pada akhirnya menjadikan masyarakat Indonesia tanpa kelas. Semaun menolak memasukkan unsur agama dalam gerakan SI Semarang. Atas inisiatif para anggota ISDV dan SI Semarang maka 23 Mei 1920 lahirlah Partai Komunis Hindia yang berubah menjadi Partai Komunis Indonesia.

C.    Gerakkan Komunis di Indonesia (Bagian ke II)
Semaun mula berkonsentrasi pada PKI, Semaun juga membawa PKI bergabung dengan Comintern yang bekerjasama dengan negara-negara yang berfaham komunis untuk mempererat hubungan diplomasi. Bersama-sama dengan Alimin dan Darsono, Semaun mewujudkan cita-cita Sneevliet untuk memperbesar dan memperkuat gerakan komunis di Hindia Belanda dengan sikap dan prinsip Komunisme yang dianutnya. PKI secara terang-terangan menentang kebijakan pemerintah Belanda. Partai ini didukung oleh kalangan buruh yang bersifat sosialis karena prihatin setelah melihat keadaan sosial-ekonomi yang hancur akibat Perang Dunia I. Pada masa itu pemerintah kolonial Belanda menaikkan pajak yang memberatkan rakyat dan anggaran belanja kesejahteraan rakyat pun dikurangi. Sementara itu, PKI semakin mengambil garis radikal dalam perjuangannya. Hal ini tampak dalam berbagi tindakan pemogokan dan pemberontakan yang merusak aset negara dan mengakibatkan pertumpahan darah.
Dalam kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang tidak menentu, pada bulan Mei 1923 PKI mendukung demonstrasi dan pemogokan pegawai kereta api yang mengakibatkan Semaun dibuang ke luar negeri. Kemudian aksi radikal PKI dilanjutkan dengan aksi-aksi pemogokan yang lebih luas di berbagai wilayah Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, PKI diperkuat oleh tokoh-tokoh komunis seperti Tan Malaka, Alimin, dan Muso. Sepeninggal Semaun dan Darsono, pemimpin-pemimpin PKI yang masih ada mengadakan pemberontakan yang menyimpang dari pola umum kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan kolonialisme Belanda. Pada 13 November 1926 PKI dibawah Darsono memimpin pemberontakan melawan pemerintahan kolonial di Batavia, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatra Barat. PKI mengumumkan terbentuknya sebuah republik. Pemberontakan ini dihancurkan dengan brutal oleh penguasa kolonial. Ribuan orang dibunuh dan sekitar 13.000 orang ditahan. Sejumlah 1.308 orang, umumnya kader-kader partai, dikirim ke Boven Digul, sebuah kamp tahanan di Papua. Beberapa orang meninggal di dalam tahanan. Banyak aktivis politik non-komunis yang juga menjadi sasaran pemerintahan kolonial, dengan alasan menindas pemberontakan kaum komunis. PKI kemudian bergerak di bawah tanah karena dilarang keras oleh pemerintah Belanda.
Semaun setelah gagalnya pemberontakan PKI membentuk kerjasama dengan PI dan melanjutkan serta mendukung perjuangan anti-kolonialismenya dan mencapai kemerdekaan. Semaun pun mulai menjalin hubungan kerja sama dengan Hatta. Meskipun PI sebenarnya menolak bekerjasama dan cenderung menghindari PKI dan ideologi komunisnya. Tetapi, Hatta meninginkan agar dalam perjuangan menuju kemerdekaan, kaum nasionalis radikal mau bekerjasama dengan semua organisasi kebangsaan termasuk kaum komunis. Hatta berpendapat bahwa kaum komunis sebenarnya adalah orang nasionalis juga tetapi tersembunyi. Rencana Semaun setelah gagalnya pemberontakan PKI yang sangat merugikan PKI sendiri adalah mendesak pembentukan suatu partai nasionalis baru yang didasarkan pada non-kooperasi dan swadaya, dengan tugas khusus membentuk suatu “negara dalam negara” dan akhirnya mengorganisir suatu revolusi untuk menggulingkan Belanda.[6]
Organisasinya harus berjalan secara serentak dalam dua arah; pertama, aksi terang-terangan seperti pendidikan dan kegiatan sosial dan kedua, merongrong kekuatan dengan membentuk suatu kekuatan tempur nasional melalui aksi-aksi bawah tanah. Revolusi harus dilancarkan serentak di setiap karesidenan dan menyebar ke wilayah-wilayah sekelilingnya. Akhirnya, harus dibentuk suatu organisasi perintis nasional sebagai suatu bagian penting dari aktivitas partai yang baru tersebut, karena dari mereka ini akan diperoleh tenaga-tenaga inti bagi tentara nasional. Hatta, tidak menyetujui rencana Semaun tersebut karena terlalu dipengaruhi ideologi komunis. Tetapi, Hatta tetap berkeinginan untuk bekerjasama dengan Semaun. Maka, Hatta dan Semaun pun menandatangani suatu konvensi pada tanggal 5 Desember, yang masing-msaing atas nama PI dan PKI. Semaun atas PKI menerima kepemimpinan PI dalam gerakan nasionalis, berjanji untuk bekerjasama dan menawarkan alat-alat percetakan PKI di Indonesia agar dipakai oleh PI. Namun, konvensi ini adalah hanya merupakan kesepakatan pribadi di antara keduanya. baik pihak PI maupun PKI tidak mengetahui adanya kesepakatan tersebut. Konvensi ini pun berakhir pada tanggal 19 Desember setelah dibatalkan Komintern dan akhirnya diketahui oleh polisi pemerintah Hidia Belanda.  Meski demikian, semangat PKI tentang kemerdekaan telah mengilhami tokoh-tokoh pergerakan nasional dalam perjuangan pergerakan kebangsaan untuk mencapai Indonesia merdeka. Gagalnya pemberontakan PKI juga telah mengilhami bagaimana pergerakan itu seharusnya dilakukan demi mencapai kemerdekaan dan memicu munculnya konsep nasionalisme sesungguhnya.[7]

D.    Revolusi Madiun
Setiap kali datang bulan Oktober, maka kenangan hitam dibulan di bulan September. Dimana dibulan tersebut mengingatkan pada dua sejarah besar yaitu Pemberontakan PKI di Madiun tanggal 18 September 1948 dan GESTAPU/PKI tanggal 30 September 1965. Ketika RI baru lahir 3 tahun mardeka dan sibuk menghadapi penjahan Belanda. Tanggal 18 September tahun 1948 jam 03.00 meledak pengkhianatan PKI yang menusuk dari belakang. Sampai presiden Soekarno dalam pidato 19 September 1948 menantang rakyat untuk memilih dua opsi yaitu ikut Muso dengan PKI atau ikut Soekarno-Hatta. Namun rakyat memilih Soekarno-Hatta, maka dengan demikian tampak terlihat Soekarno waktu itu anti Komunisme. Sehingga dalam waktu 12 hari PKI dapat dipatahkan walaupun banyak korban yang berjatuhan.[8]
            Seorang penulis di Media Dakwah menulis tentang hilangnya kemanusian berganti dengan kesadisan. Dia mengemukakan adanya dokumentasi di kantor berita Ipphos yang terlihat genangan darah ulama yang disembelih oleh eks PKI dalam Affair Madiun. Genangan  darah tersebut setebal bercenti-cinti meter, sangking banyaknya ulama yang disembelih oleh PKI di Kampung Garong Gareng  Madiun. Pemberontakan PKI-Muso 18 September 1948 merupakan perebutan kekuasaan oleh PKI bersama organisasi lain bersamanya, yang didalangi oleh PKI-Muso. Kesatuan TNI di Madiun dilucuti senjatanya oleh TNI Brigade 29 yang menyeleweng. Sedangkan pemerintah waktu itu diganti oleh orang-orang PKI/FDR. Kejahatan ini berlangsung sampai pembunuhan terhadap pemerintah dan partai lawan PKI. Inilah sekelumit kisah kejahatan PKI dalam aksi pertuangannya yang telah memakan banyak korban baik dari lawan maupun dari mereka itu sndiri.[9] Waktu Hindia Belanda PKI memakai topeng kemerdekaan Indonesia merupakan tujuannya yang mengiginkan Indonesia beridelogogi komunis, karena itu mereka berjuang atas nama kemerdekaan agar nanti Negara dalam genggamannya.

E.     Gerakkan Komunis di Indonesia (Bagian III)
Apa yang terjadi di madiun begitu saja dilupakan sehingga mengundang banyak teka-teki dan bahkan Soekarno dan Hatta sendiri lupa akan apa yang telah mereka ucapkan dalam pidatonya. PM Hatta sendiri kemudian memperbolehkan PKI kembali berkerja. Sementara PKI waktu itu masih terkocar-kacir kehilangan kepercayaan dari masyarakat.[10] Langkah PKI waktu itu tidak lain selain masuk keorganisasi lain yang dimungkinkan oleh keadaan. Terutama organisasi buruh seperti Persatuan Spoor dan Tram, Serikat Buruh Kesadaran Indonesia, dan bahkan mereka juga berhasil masuk dan aktif di PNI, namun disini mereka sempat terhenti karena ketahuan menyebarkan pahamnya.[11]
Gerekkan mereka kemudian masuk ke Partindo dan para kader muda mereka masuk ke Perpri,SPI bahkan juga masuk IM. Mereka terus bergerak dengan membentuk perkumpulan kecil, mereka masuk dalam partai nasionalis namun berkerja untuk Komunis.[12] Dalam keadaan demikian mereka mendapatkan nafas baru dengan kembalinya DN. Aidit dan Lukman dari luar negeri. Mereka lari keluar negeri karena kasus pengkhianatan Madiun, akhirnya mereka lepas landas ke Vietnam dan RRC. Sebulan setelah kepulangannya mereka pada bulan Agustus 1950 dengan bantuan Njoto dan Paris Pardede kembali bisa menerbitkan majalah “Bintang Merah” dengan oplaag 3.000 eksemplar. Kemudian terus naik menjadi 10.000 eksemplar di akhir tahun 1950. Pengaruh mereka mulai berkembang begitu pula dengan PKI. Pengaruhnya semakin cepat dan bisa menghapuskan kesan buruk di Madiun. PKI terus menonjok lawannya terutama umat Islam. Tahun 1955 mereka berhasil ikut pemilu dan mencuat sebagai 4 besar setelah NU, Masyumi dan PNI.[13]
Dalam bidang propaganda PKI sangat lihai, sebab mereka tidak mengenal namanya halal dan haram. Ketika mencuat pemberontakan Madiun PKI mencaci maki Soekarno, namun pada tahun 1951 waktu DN. Aidit memimpin bung Karno tidak disebut lagi dan sebaliknya mereka menyerang Bung Hatta, M. Natsir, dan Sakiman. Disisi lain mereka memfitnah ABRI dan Masyumi. Bung Karno mereka angkat dan puji-puji sehingga politik PKI naik dan berhasil masuk dalam “Manifesto Politik” pada tahun 1960.[14] Sehingga mereka kembali mendapatkan PNI dan terus melakukan propaganda, dengan cepat mereka berhasil menarik massa yang sangat banyak dan PNI pun berkembang dengan cepat. Pandangan Marxisme menjiwai politik PNI sehingga melahirkan konsepsi 3 aliran yaitu Nasionalisme, Agamis dan Komunis.[15] Hal ini melahirkan polimik-polimik di surat kabar antara pro dan kontra terhadap kebijakan Bung Korno yang sudah di cuci otak oleh PKI. Selain menyusup masuk keorganisasi dan partai lain, mereka juga berjuang dengan organisasi buruh yang illegal, namun tetap konspiratif. Sebenarnya PKI sendiri masih belum legal dan mereka turus berjuang dalam pengaruh politik.[16]
Pengerakkan PKI di Indonesia masuk United Front masuk dalam Nasakom bung Karno. Politik luar negeri PKI masuk dalam pidato “The Era of Confrontations” dari bung Karno di Cairo-Mesir tanggal 5 Oktober 1964. Disaat masih lemah PKI melakukan taktik awal yaitu bermuka dua untuk menghancurkan Islam dan musuhnya. Hal ini mereka telah menyusun pada tahun 1947 sebelum peristiwa Madiun. Dalam pasal 6 mereka tertulis, aksi legal maka tindakan illegal, nyata harus segera dilakukan. Mereka terus melakukan kecauan dimana-mana dengan cara menggerakkan organisasi jahatnya. Tokoh-tokoh PKI waktu itu menggunakan muka Islamis untuk memojokkan Masyumi dan NU, namun yang perlu dicatat lagi mereka sebenarnya ingin menghabisi para tokoh Islam. Setelah kuat mereka kemudian menguji kekuatan umat Islam baik lewat pidato, fitnah dan terror. Sehingga pecahlah kup PKI yang dikenal dengan Gerakkan 30 September serta lubang buayanya atau disebut juga dengan Revolusi/pemberontakan komunis kedua.[17]

F.     Kasus G 30 S/PKI Jakarta
Gerakkan PKI memang benar-benar Iinters melakukan penggerakan, buktinya selalu mengadakan rapat-rapat khusus, hal ini mengindikasikan keseriusan dan keterlibatan PKI terhadap 1 Oktober 1965 sebelum meledak G 30 S/PKI. Peristiwa pada tanggal 1 Oktober dan 30 September 1965 merupakan keuntungan bagi komunis Cina pada tahun 1949. Maka seharusnya menamakan peristiwa 1 Oktober merupakan sebagai hari pengkhianatan Pancasila, bukan hari kesaktian Pancasila dan perlu dipertimbangkan juga sebagai hari duka nasioanl. 
Hasil kongres PKI tahun 1951, model revolusi komunis Indonesia yang menggunakan cara metode tiga bentuk perjuangan, yaitu gerakkan tani di desa dan tani bersenjata, yang kedua gerakkan buruh di kota, dan yang ketiga adalah gerakkan intensif di kalangan ABRI, yaitu penetrasi dan infiltrasi dalam tubuh ABRI. Dengan kata lain ABRI di pakai sebagai ujung tombak revolusi di Indonesia. Amanat partai selama masa peralihan revolusi ala Indonesia dipimpin ABRI (PKI Baju Hijau).[18]
Keterlibatan PKI berlansung tiga kali rapat di bulan Agustus 1965 dengan memperluas mengundang Comite daerah besar seluruh Indonesia. Hasil rapat 10 kali oleh biro khusus dari tanggal 6 sampai dengan tanggal 29 September 1965 dengan urutan sebagai berikut. Tanggal 6 dan tanggal 9 rapat di rumah Kapten yaitu Wahyudi. Tanggal 13, 15 dan 17 rapat di rumah Kol. Latif. Tanggal 19, 22, 24, 26, dan 29 di rumahnya Sam Kamaruzzaman. Tanggal 30 September 1965 rapat dewan militer polit biro CCPKI yang dipimpin D.N.Aidit dirumah Syam. Dewan revolusi melangkah untuk mencapai tujuan yang telah diagendakan oleh para petinggi PKI, sehingga gerakkan dapat melebar ke daerah-daerah dengan bentuk tri komando kota yaitu, Semarang, Solo dan Yogyakarta. tri komando berikutnya adalah Klaten, Kertosuro dan Boyolali yang merupakan kekuatan rakyat kecil yang terdiri dari buruh dan tani komunis yang dipersenjatai oleh PKI.
Hal ini semakin jelas dengan intruksi pimpinan tertinggi PKI yaitu DN. Aidit yang mengintruksikan sebagai berikut:
“Ketua CCPKI mengintruksikan kepada semua anggota CCPKI dan sebagian anggota Polit Biro untuk pulang ke daerah binaan masing-masing membantu CDB/PKI Propinsi, susun kekuatan Kelompok Komando dan Dewan Revolusi/ PKI daerah pada minggu ke 3 bulan September 1965. Selanjutnya mewakili DN. Aidit memberikan intruksi yang sah di daerah-daerah sebagai Dewan Harian Polit Biro CCPKI yang berada di daerah binaaan masing-masing.”[19]
CIA mengungkapkan bahwa pada musim gugur 1965, Yani berserta kelompok intinya dibunuh. Hal ini dilakukan karena ada keinginan perebutan kekuasaan dan kekuatan anti Yani.[20] Selanjutnya diungkap oleh Untung bahwa dewan Jenderal adalah gerakkan subversif yang disponsori oleh CIA dan pada waktu itu Soekarno lagi sakit jantung. Kedutaan AS mengatakan bahwa terdapat bukti menyakinkan ada gerakkan anti komunis yang efektif dan tidak dipngaruhi oleh Soekarno dan hal ini tdak dikembangkan ketika Soekarno masih hidup. Ini juga akan memungkinkan Negara jatuh ke tangan dictator komunis, dan jika hal itu terjadi maka tidak dapat diubah lagi.[21] Hal yang sama jaga diungkapkan oleh Bunker, kehadiran AS secara besar dan luas bagi PKI merupakan sasaran penyerangan. Kehadiran pun dikurangi oleh mereka yang menentang PKI. Sumber dari wakil CIA mengatakan bahwa di Indonesia CIA tidak memiliki asset yang baik.[22]
Pecahnya Gerakkan 30 September seperti yang telah kita ketahai sebelumnya. Mengenai pendapat tentang peristiwa ini dan apa peran PKI, DN.Aidit, Kelompok Perwira AD, CIA Amerika, Soekarno dan Soeharto sulit untuk dipahami.  Karena setiap kelompok berbeda versi antara satu dengan yang lain. Suara yang berpengaruh dalam sejarah PKI adalah antara PKI dan TNI AD. Dari awal mereka terlihat dalam berbangai aksi yang sama, misalnya ketika PKI membuat kegiatan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Untuk mengimbangi gerakkan propaganda PKI melalui Barisan Tani Indonesia (BTI) terhadap rakyat kecil, maka didirikanlah Musyawarah keluarga Gotong-Royong (MKGR), kemudian didirikan Koperasi Serbaguna Gotong-Royong (Kasgoro) yang dibina oleh Tentara Pelajar. Dalam kesempatan lain PKI mendirikan surat kabar Harian Rakyat, Bintang Timur, dan Warta Bakti untuk melancarkan kegiatan dan propaganda ajaran Komunisme. Pimpinan ABRI mendirikan surat kabar Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha  untuk menyaingin PKI. Namun secara realistis PKI menguasai kantor berita nasional, maka dari itu ABRI mendirikan Pusat Pemberitaan Angkatan Bersenjata (PPAB).[23]
Terlepas dari versi mana yang benar dan meyakinkan, Peristiwa G 30 S/PKI pada saat itu diyatakan dan diyakini sebagai kudeta yang dilakukan oleh pihak Revolusi yang didalangi oleh PKI berserta biro khusus yang membina militer. Peristiwa itu merupakan kunci untuk melakukan dan memunculkan konflik terpendam antara PKI dan non-PKI, tanpa G 30 S/PKI pun akan tetap meledak kudeta, karena kedua kelompok tersebut berada dalam satu Negara. Intinya mereka ingin menghancurkan total non-PKI seperti dimana Negara komunis berkuasa dan partai komunis menang atau yang dikenal dengan “civil war” tentu hal ini akan menghasilkan Indonesia terpecah seperti yang pernah mereka lakukan di Korea, Vietnam dan lain-lain.[24]
Keterlibatan PKI dalam G 30 S dengan menculik 6 perwira tinggi dan 1 perwira angkatan darat, mereka itu tidak lain adalah Men/Pangad Letdjen A. Yani, Deputi II Majdjen Soeprapto, Deputi III Majdjen Harjono MT, Asisten I Majdjen S. Parman, Asisten IV Brigjen Pandjaitan, Oditur AD Brigdjen Sutojosisworomiharjo dan ajudan KASAB Lettu Piere Tendean. Mereka dijemput dari masing-masing kediaman mereka, namun yang selamat dari sergapan mereka A.H.Nasution, tetapi anaknya Ade Irma Suryani ditembak mati kerena perisai ayahnya. Akhirnya diketahui keganasan PKI dan kebiadapan mereka yang berpesta komunis berdarah disuatu tempat lubang buaya.[25]
Hal inilah yang menjadi pemicu nasional, sehingga dengan cepat menjalar kesemua daerah di Indonesia. Dalam hal ini propaganda PKI kalah telah dengan non-PKI. Akhirnya menjadi kesempatan emas bagi non-PKI untuk menghancurkan PKI. Pada saat itu Soeharto sebagai penyimbang tidak dapat berdiri di tengah lagi. Bagi yang ikut-ikutan PKI tidak merasa apa-apa dari revolusi tersebut tapi bagi atasannya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, menang total atau hancur total, dan ini sengaja dilakukan guna untuk membangun opini masa depan dengan dalih melawan imperialis dan pengkhianatan Soeharto pada Soekarno. Sisa PKI saling mengkritik terhadap keputusan Aidit, begitu juga sebaliknya. Hal ini dilakukan Aidit ingin membentuk Front Nasional, tapi pola United Front tidak dapat diterapkan lagi karena PKI  pada12 Maret 1968 dibubarkan. Sisi lain juga pelaksanaan strategi ala Mao di Blitar selatan 1968 digagalkan oleh Operasi Trisula.[26]
Dari siasat kejatan PKI sebelum dihancurkan oleh non-PKI, sangat aneh yang terjadi terhadap para ulama, baik yang pro Nasakom maupun yang tidak. Tetap saja menjadi pencaria untuk dibunuh oleh eks PKI dalam G 30 S PKI. Rumah-rumah ulama, kiyai, dan tokoh Islam ditandai di pagar atau ditempat lainnya untuk dibunuh. Sumur-sumur dan kolam-kolam masjid atau surau/langgar diracuni dengan racun ganas yang waktu itu dinamakan endrin oleh PKI, agar muslim yang berkumur apalagi meminum air itu teracuni dan mati. Sebelum meracuni sumur-sumur dan kolam wudhu muslimin, PKI belagat Islami melakukan apa yang sering dilakukan umat Islam yakni menyedia air minum dipinggir jalan untuk orang lewat. Tadak di ketahui bahwa itu pemancing agar umat Islam yang menyediakan air minum dipinggir jalan telah mereka diracuni.[27]
Kejadian kebiadapan ini kemudian ditiru oleh pemerintahan Orde Lama sampai reformasi membantai umat Islam secara terang-terangan dengan tentaranya, sebagai mana yang dilakukan di Aceh, Tanjung Priok, Lampung, Haur Koneng Majalengka Jawa Barat, dengan isu dukun santet di Bayuwangi, membiarkan antar agama mengempur muslimin seperti hal yang terjadi di Poso, Timor-Timur, Kupang, Ambon dan lain-lain.[28] Atas hal inilah akar penyebab lahirnya Front Pembela Islam dan Laskar Pembela Islam pimpinan Habib Rezieq Syihab pada tahun 1998 sampai sekarang masih eksis dalam beramar ma’ruf nahyi mungkar.[29]

G.    Wanita Dalam Permainan Komunisme
PKI terus menyusun kekuatan dengan berbagai cara agar mencapai tujuannya. Gerombolan PKI masih sanggup melakukan pembelaan diri 72 halam didepan pengadilan dengan semangat yang kobar-kobar. Disamping itu mereka juga tak henti melatih dan mendidik kader-kader muda, sebutkan saja di daerah Sragen dan Purwodadi. Meraka turut melatih anak-anak kecil dengan bela diri dan menggunakan senjata guna memusuhi Pamong desa dan Tri Tunggal, yang mereka juluki sebagai “tuan tanah”. Kegiatan gelap PKI tersebut mereka dilakukan untuk membentuk “prada” (Prajurit Desa) dan “Praga” (Prajurit Gerilya) dalam rangka membangun organisasi di Desa, inilah rangcangan mereka. Dalam sebuah penggerebegan di Purwodadi Jawa Tengah dengan ditemukan 8 pria dan beberapa wanita, ditmukan juga 38 pistol, 14 butir peluru, dan bandera palu arit lambang komunis. Anehnya lagi para wanita yang ditangkap itu telah mahir dalam ilmu beladiri.[30]
Salah satu gerakkan rahasia komunis adalah dengan menggunakan kata sandi (kode khusus) disamping nama samaran, misalnya kontak dengan teman-teman mereka gunakan sandinya “Paru”. Jika berhadapan dengan pihak berwajib mereka gunakan “0-3” yaitu “hana tupui/ora ngerti” (tidak tahu), “hana eu/ora waruh dan hana teusoe/ora kenal” (tidak melihat dan tidak kenal), maka dengan begitu mereka telah mengunakan prisip 3 R yaitu; Rapi, Rapet dan Rampung. Senjata yang mereka dapatkan, menurun berita berbagai sumber dari penyeludupan 1.500 senjata dari RRC. Kegiatan itu diketahui dengan keuletan seorang wanita lurah Desa Gayer, ibu Syi Hartati.  Penggunaan anak-anak dan wanita sudah biasa mereka lakukan untuk gerakkan rahasia mereka.[31]  Gerakkan wanita dalam komunis juga tidak beda dengan pria bahkan mereka mempunyai lebih dari binatang betina. Selain kesadisan dan kebiadapan dalam melakukan penghancuran terhadap pihak yang dianggap musuh mereka yang begitu banyak di Indonesia. Wanita dalam komunis disisi lain juga dilatih sex yang tinggi dan siap melayani dimana saja, tidak peduli dimana dan kapan, didepan umum juga tidak masalah bagaikan binatang tanpa akal. Hal ini telah terbukti pada tahun 1950-an dan bahkan sampai sekarang masih ada yang demikian.[32] Jika kita melihat ada wanita berkelakuan layak binatang seperti anjing betina itu patut dicurigai.
Dari sinilah komunis memiliki pengikut fantik, ingat saja peranan Gerwani yang telah dilatih di Lubang Buaya tahun 1965 yang sanggup melakukan apa saja dan berada diluar prikemanusiaan. Kasus serupa juga didapati di kebakaran besar Tanjung Priok tahun 1972. Kejadian itu diketahui dengan bocornya  seorang spion wanita keturunan Cina, yang kemudian diketahui sebagai perancang pembakaran pelabuhan itu. Jaringan Spionase kuning dimana wanita cantik, dan memang wanita cantik biasanya yang tergabung dalam organisasi yang menamakan dirinya “pembela tanah air dan rakyat”. Menurut Koran Buana spion wanita cantik dan cerdik itu berumuran yang berkisar 25 tahun. Pada tahun 1972 mereka menginap disebuah hotel mewah di Jakarta sebelum pembakaran Pelabuhan Tanjung Priok. Istilah mewah waktu itu ada arti lain pada saat itu, dengan kata lain memiliki multi taksir dibalik kata “mwah”. [33]
Dalam artikel Majalah Kiblat 1982 kata mewah diartikan sebagai intel atau pengumpul inrformasi tentang jadwal kapal yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, dimana penyimpanan bahan bakarnya, dan seterusnya. Setelah info semua didapatkan, lalu dilaporkan kepada spion temannya, misalnya spion AL dan JH, sebagai bahan sabotage yaitu membakar pelabuhan. Spion AL pernah dilatih di Singapure pada tahun 1967 sedangkan JH dalam kasus ini sebagai pemimpin grup-grup Sabogate serta melatih spion baru.[34]
Gerakkan Wanita PKI Gerwani (Gerakkan Wanita Indonsia) yang awalnya bernama Gerakkan wanita Sedar atau Gerwanis yang berdiri pada tanggal 4 Juni 1950 yang merupakan fusi dari 6 organisasi wanita yang terdiri dari Rupindo ( Rukun Putri Indonesia) di Semarang, Persatuan Sedar di Surabaya, Istri sedar di Bandung, Gerwindo (Gerakkan Wanita Indonesia) di Kediri, ada Wanita Madura di Madura dan Perjuangan Putri Indonesia yang merupakan Barisan Pemberontak Republik Indonesia. Latar belakang organisasi social ini terbentuk pada tahun 20-an. Hasil kongres meraka I dan II berfokus pada tiga Fron utama yaitu; front politik, Feminisme, dan gerakkan tani. Semua itu tidak lain adalah front penyerangan terhadap Islam dan pemerintah. Pendirinya adalah Tri Metty Suwarti selanjutnya digantikan oleh kader-kader muda yang beridiologi komunis kuat seperti Suharti, Sulami Sumini dan seterusnya.[35]
Dari gerakkan 1972-1973 dapat kita lihat indikasi perkembangan mereka, karena kemaksiatan seperti perjudian, mabuk-mabukan, narkotika, dan juga wanita malam. Dari sinilah lahirnya geng-geng komunis wanita. Maka dari sini sangat jelas musuh utama komunis adalah Islam, karena Islam lah yang sangat gencar melakukan pemusnahan terhadap kemaksiatan tersebut. Hal ini tentunya akan menjadi penghambatan bagi komunis untuk berkembang. Hal ini terbukti pada tanggal 14 Januari 1973 adanya kewaspadaan terhadap pemamfaatan Hostess (Pramuria/sekarang PSK) di nite club  bagi kepentingan spionase asing. Ditambah lagi dengan argumen dari pemerintah yang menegaskan adanya hubungan antara penyudup narkotika dan subversi komunis. Disisi lain komunis juga menungangi gerakkan kebatinan atau dukun. Menurut Mayjen Widodo diketahui adanya kegiatan daerah yang menjerumus untuk melakukan perpecahan, dengan isu menakuti rakyat lewat aliran kepercayaan.[36] Dari itu sekarang ini, lagi maraknya aliran sesat di Indonesia, hal ini bisa jadi ada indikasi dari komunis sisa PKI dulu.
Sekarang memang tidak terdengar adanya Gerwani, tapi tokoh Gerwani ada yang masih hidup sampai sekarang dan tentunya terus melakukan penggerakan yang terselubung dalam LSM-LSM. Seperti halnya Sulami yang paling gencar melakukan propaganda, dia sekarang aktif di Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP), disamping itu dia juga ikut menjaring kader PKI di seluruh Indonesia. Dia mengaku telah 60 orang yang aktif bersamanya, gerakkan-gerakkan pun dilalui dengan menyusup ke sekolah-sekolah dan kalangan pelajar dengan mengunakan jargon Aliansi Pelajar Indonesia (API).[37] Gerakkan mereka memang sangat halus, bagaikan musang berbulu ayam. Seperti yang diungkapkan Sudomo, walau imfrastruktur PKI telah hancur, namun cara kerja organisasi dijalankan dengan system dimana antara anggota satu dengan yang lainnya tidak saling mengetahui, sehingga sampai sekarang belum diketahui organisasi tersebut secara keseluruhan.[38]
Dari indikasi tersebut dapat kita ketahui dimana kaum perempuan adalah paling cepat terpengaruh dan mempengaruh tanpa harus berpikir panjang. Ini terbukti di Indonesia tingkatan kenakalan remaja putri lebih tinggi dari putra, seperti tingkat obortus yang dilakukan pada perempuan, narkoba, seks, dan cenderung jauh dan enggan mempelajari agama dengan alasan natinya akan didapur dan tidak bisa menjadi wanita karir. Hal ini harus kita cegah dengan memperbanyak pengajaran agama kepada mereka dan tentunya harus siap juga menghadapi kaum liberal dan media. Karena keagamaan sering terjadi sasaran tuduhan radikalisme dan teroris. Pada umumnya perempuan itu enderung tidak memerankan diri dalam aktifis kemasyarakatan, dan berbeda dengan tokoh komunis, mereka justru sebaliknya. Maka dari itu masyarakat disamping mengetahui apa itu Komunisme, namun cara kerja dan siasatnya juga harus kita ketahui. Supaya tidak terpengaruh oleh yang namanya pendakalan agama.
***



[1]  Sartono Kartodirjo, “Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional”, Jakarta: Gramedia, 1993, hlm. 144
[2] Iskandar P. Nugraha, Teosofi, Nasionalisme, dan Elite Modern Indonesia, Jakarta: Komunitas Bambu, 2011, hlm. 87
[3] Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta: Serambi, 2010, hlm. 370
[4] Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Dian Rakyat,1994, hlm 28
[5] Wikipedia Indonesia Bebas, http://id.wikipedia.org/wiki/Semaun di akses pada 18 mei 2015
[6] Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, hlm. 375-376
[7] Dr. Z. Yasni, Bung hatta Menjawab, Jakarta, Gunung Agung, 1979, hlm. 10-11
[8] Redaksi Kiblat, “Menunggalkan ABRI dan Rakyat Hancurkan PKI”, Kiblat, 9, xxx, 5-20 Oktober 1982, hlm. 6-7
[9] Hartono Ahmad Jaiz, Di Bawah  Bayang-Bayang Soekarno-Soeharto (Tragedi Politik Islam Indonesia dari Orde Lama Hingga Orde Baru), Jakarta: Darul falah, 1999, hlm. 77
[10] Kiblat, 9, xxx, 5-20 Oktober 1982, hlm. 7
[11] Busjarie Latif, Manuskrip Sejarah 45 Tahun PKI (1920-1965), hlm. 179
[12] Ibid, hlm. 180
[13] Kiblat, 9, xxx, 5-20 Oktober 1982, hlm. 7
[14] Ibid
[15] Busjarie Latif, Manuskrip Sejarah 45 Tahun PKI (1920-1965), hlm. 180
[16] Ibid
[17] Kiblat, 9, xxx, 5-20 Oktober 1982, hlm. 7
[18] H. Firos Fauzan, Civil War Ala PKI 1965, Jakarta:  Accelerate Faundation, 2011, hlm. 62-63
[19] Ibid, hlm. 66-67
[20] Peter Dale Scott, Peran CIA dalam Pengulingan Sukarno, Yogyakarta: MedPress, 2007, hlm.17
[21] Antonie. C.A. Dake, Sukarno file,  terj. I. Lesmana Hardjo, Jakarta, Aksara Karunia, 2005, hlm. 344
[22] Ibid, hlm. 344-347
[23] Nugroho Notosusanto (Ed), Pejuang dan Prajurit, Jakarta: Sinar harapan, 1985, hlm. 105-106
[24] Alfian Tanjung, Mengganyang Komunis, hlm. 42
[25] Erwin M. Hasan, Gerakkan Pemuda Pelajar Berjuang KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), Jakarta: GNPI, 2002, hlm. 78
[26] Alfian Tanjung, Mengganyang Komunis, hlm. 43
[27] Hartono Ahmad Jaiz, Di Bawah  Bayang-Bayang Soekarno-Soeharto (Tragedi Politik Islam Indonesia dari Orde Lama Hingga Orde Baru), hlm. 78
[28] Ibid, hlm. 79
[30] Pembantu Khusus Kiblat, “Gerakkan Kominis1972 Masih Ingat?” Kiblat, 12, xxx, 5-20 Nopember 1982, hlm. 16

[31] Ibid, hlm.17
[32] Alfian Tanjung, Mengganyang Komunis, hlm. 132
[33] Kiblat, 12, xxx, 5-20 Nopember 1982, hlm. 17
[34] Ibid, hlm. 17
[35] Alfian Tanjung, Mengganyang Komunis, hlm. 133
[36] Kiblat, 12, xxx, 5-20 Nopember 1982, hlm. 17
[37] Alfian Tanjung, Mengganyang Komunis, hlm. 133
[38] Kiblat, 12, xxx, 5-20 Nopember 1982, hlm. 17


SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: