0leh: Amriadi Al
Masjidiy
Nangroe
Aceh Darussalam merupakan salah satu wilayah dengan kandungan mineral terbesar
di dunia. Minyak hidrokarbon di timur laut semeulue di perkirakan mencapai 320
miliyar barel. Sangat jauh lebih besar dari apa yang ada di Negara lain
khususnya Saudi Arabia yang Negara penghasil minyak tertinggi tapi hanya ada
264 milyar barel, silahkan saudara bandingkan dengan apa yang ada di negeri
kita. Kanapa penghasilan Negara Saudi bisa makmur padahal penghasilan mereka
hanya bergantung pada minyak. Silahkan saudara menghayal lebih jauh lagi.
Selain
minyak juga terdapat potensi tenaga panas bumi di Jaboi Sabang. Selain itu
emas, tembaga, timah, krominium dan marmer di pidie, ada juga Native copper,
Chalcopirit, Bornit, Chalcosit, covellit, dan tembaga lain yang bernilai tinggi,
yang kalau digunakan untuk memakmurkan rakyat sungguh melebihi seluruh rakyat
Indonesia walaupun penghasilannya di Aceh saja. Tapi tentunya kekayaan ini
bukan di Aceh saja di daerah lain juga jauh dari pada itu.
Hal
ini telah menimbulkan perang besar dan berkempanjangan antara Gerakan Aceh
Mardeka (GAM) dan Republik Indonesia. Tapi demi kepentingan RI rela membunuh
jutaan rakyat Aceh, dengan berbagai tindakan penyiksaan dimulai dari penyiksaan
tubuh sampai membunuh mental terhadap wanita. Sumber Daya Alam Aceh telah
menyebabkan Aceh dihadang oleh beberbagai kepentingan, baik dari RI maupun
asing. Seharusnya RI menhormati Aceh sebagai benteng Indonesia pasca
Kolonilisme dan saharusnya juga ikut malu menjajah Aceh yang telah menyumbang
pesawat Selawah Agam dan Dara yang sampai saat ini masih ada di Taman Mini
Nasional.
Apa
yang terjadi di Negara kita, kenapa rakyat sensara padahal hasil bumi melimpah.
Setelah kita cek lebih jauh ternyata korporasi asing yang menguasai seluruh isi
perut bumi yang ada di Aceh yaitu Exxon, BerAwick dan Rio Tinto. Kenapa hasil
bumi kita, kita berikan kepada asing padahal rakyat kita menjerit kelaparan,
apa yang salah dengan rakyat. Silahkan tanyakan pada rumput yang bergoyang
seperti kata Ebiet E. Gade.
Derita demi derita masyarakat Aceh
terus di lalui, pada tahun 2004 Amerika turun tangan karena konflik di Aceh
sudah kepanjangan. Mereka tidak sabar lagi ingin menguasa sumber daya alam di
Aceh. Akhirnya dengan senjata pengalih cuaca High Frequency Active Auroral
Researh (HAARD) ciptaan asli anak aceh Cut Annisa yang dijual ke Simon
Solomon militer Amerika Serikat. Senjata buatan putri Aceh ini dimodifikasi
menjadi HAARD yang nama pertama diberikan oleh Cut Annisa adalah Terestrial
Phenomena. HAARD yang dimodifikasi mampu menciptakan iklim yang ekstim dan
membuat getaran di Lempeng Bumi serta mendesain gempa dan tsunami buatan,
sehingga hasil buatan anak Aceh ini di coba pada tanggal 26 Desember 2004.
Selain itu HAARD juga bisa membuat semacam ilusi lewat gelombang yang dikirim
ke udara kepada manusia sehingga mempengaruhi cara berpikir seseorang (mind-control).
Selain di Aceh senjata ini telah
dicoba di Paskistan dengan banjir, gempa bumi di Ban, Iran, pada tahun 2003
tanaman di Moskow mati karena kasus Asap buatan HAARD, Serta gempa bumi di
Haiti tahun 2010, di Sichuan dan Cina pada tahun 2008 sehingga dengan senjata
ini telah membuat Amerika seperti tuhan, siapa yang dia kehendaki akan
diturunkan bencana. Catatan gempa tsunami Aceh di beritakan secara berbeda, BMG
mencatat 6,4 SR, NOAA 8,5 SR, sehingga pemerintah India pada waktu itu
mencuriga gempa 9,2 SR itu bukanlah gempa alimiah. Akhirnya pada tanggal 28
Desember 2008 India mengusir paksa angkatan laut militer AS untuk menjauhi
wilayah mereka.
Selang satu hari kemudian Daily
Editorial, Media India ini menurukan tulisan kontroversi berjudul, ”Was
this a showdown by a country to show the region what havoc can be created?” pada
posisi ini India menjelaskan apayang sesungguhnya terjadi pada gempa besaryang
menghancurkan Asia Tenngara dan sebagian Asia Selatan. Judul editorial itu
mengarahkan peristiwa gempa tersebut sebagai rekayasa dari senjata pengalih
cuaca HAARD yangdigunakan oleh AS, hal ini juga disampaikan oleh presiden
Chaves melalui RT Channel mengungkapkan permainan AS pada gempa Haiti
walaupun keberadaan HAARD di Alaska. Korban tsunami di Aceh yang telah
menewaskan ratusan ribu orang tanpa dosa atau tanpa salah apa-apa pada Amerika,
tapi karena keserakahan AS pada sumber daya alam di Aceh hal ini tidak apa-apa
bagi Amerika.
Joe Vialls jurnalis Australia
mengata bala tentara AS yang dilengkapi tentara mariner lengkap dengan senjata
memasuki Aceh, “ini semua demi mengagganti kerugian kegagalan pencurian minyak
dan rekonstruksi di Irak”. Tanpa disadari oleh pemerintah Indonesia, Kapal yang
seharusnya didatangkan ke Srilangka, USS Bonhome Richard memindahkan 3500
marinir ke USS Duluth, kapal dermaga yang sangat besar ini menuju Sumatra dan
semua bergerak ke Aceh. sekarang Indonesia terjerat utang, sebagai bantuan
asing dari Negara-negara donor. Kekuatan riba ini memerah Negara ini harus
membayar dengan sumber daya alam yang ada di Aceh. Dengan penciptaan gempa dan
tsunami buatan ini telah memenangkan AS mengeruk hasil bumi di Aceh tanpa bisa
ditekan mundur. Inilah realita Negara demokrasi yang tamak harta dengan
merampok Negara lain walau harus membunuh ratusan ribu rakyat sipil di Aceh.
Sekarang mesium tsunami Aceh,
designya seperti angka 666 one-eyes. Sehingga dengan selesai mesium tersebut
ramai-ramai Negara asing memperingati tsunami buatan tersebut. 10 tahun tsunami
Aceh telah membuat banyak bagunan Aceh telah kembali. Tapi yang belum kembali
rakyat Aceh tetap dalam tantaman penjajahan dari asing dan RI. Aceh belum damai
karena SDA dan ekonomi masih ditangan orang lain. Aceh baru dapat dikatakan
damai jika Politik, ekonomi dan lain-lain tidak dipengaruhi oleh Negara lain,
tanpa terikat dan beban terhadap kepetingan luar.
10 tahun tsunami Aceh dan damai
konflik antara GAM dan RI, Syariat Islam di Aceh masih belum rata ditegakkan
bahkan syariat Islam di Aceh di gonggong oleh barat dan liberal, sehingga
syariat Islam selalu terhambat oleh pengaruh oknum-oknum yang anti syariat
Islam. Mari kita kembali sama merenung kembali tuan kita berjuang adalah untuk
tegaknya syariat Islam di Aceh. Puluhan juta rakyat telah korban seharusnya
menjadi momentum bagi kita untuk tetap istiqamah membangun Syariat Islam. Membangun
Musyawarah mufakat adalah anjuran untuk menemukan titik temu antara ide-ide
yang telah ada. Perjuangkan suara rakyat dan jangan sekali memperjuangkan suara
kepentingan diluar Aceh. Karena akan kehilangan kembali nyawa rakyat aceh jika
turut digubris permintaan suara selain dari anak Aceh.
10 tahun tsunami dan damai Aceh
dari konflik adalah momentum yang tepat untuk membangun seluruh kepentingan
syariat Islam dan kepentingan kesyahteraan masyarakat Aceh, setelah berpuluhann
tahun hidup dalam penderitaan konflik. Aceh telah damai dari segi konflik, maka
saatnya rakyat Aceh merasa hidup aman tanpa ada suara penembakkan terhadap
rakyat. Saat rakyat Aceh menikmati tantanan hidup baru yang damaian dan
bersyariat, saatnya rakyat Aceh menikmati hidupnya tanpa ada perampokkan,
pencurian apalagi penculikkan. Mari sama-sama kita membangun Aceh menuju
kejayaan bersama. (dikutib: Berbagai Sumber)
0 comments:
Post a Comment