
A.
Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan
suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan
diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika
aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik.
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamtodi dalam pengantar sosiologi,
interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak
adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan
bersama. [1]
Jika hanya fisik yang saling
berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk
kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan
bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk
proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan antar satu individu
dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.Salah satu
naluri manusia sebagai makhluk sosial adalah kecenderungan untuk hidup
berkelompok atau bermasyarakat yang disebut instink gregarious. Dan
salah satu bentuk manifestasi dari kecenderungan naluriah tersebut adalah apa
yang disebut oleh para ahli psikologi dengan interaksi sosial.[2]
Jadi jelslah
bahwa di dalam proses interaksi itu terdapat tindakan saling mempengaruhi
antara satu individu dengan individu lainnya, sehingga timbul lah kemungkinan-kemungkinan
untuk saling mengubah atau memperbaiki perilaku masing- masing secara timbal
balik. Perubahan demikian bisa terjadi secara disadari atau tidak sepenuhnya disadari,
atau secara perlahan-lahan. Di dalam hubungan interaksional inilah terjadi
suatu proses belajar-mengajar diantara manusia.[3]
Dalam proses
dakwah merupakan permulaan yang fundamental bagi sukses nya dakwah itu. Tanpa
adanya suatu proses belajar-mengajar maka dakwah sulit memperoleh tempat di
dalam hati manusia.
Sebenarnya
dalam interaksi sosial itu tidak hanya harus terjadi dalam kelompok-kelompok
sosial saja, akan tetapi juga dapat terjadi antara dua pribadi bahkan juga bisa
terjadi terhadap diri sendiri yakni dalam bentuk self-reaksi atau
self-response.[4]
Hal ini dapat
diberikan contoh di kalangan anak – anak yaitu misalnya, seorang anak tidak
hanya bereaksi terhadap orang lain tetapi juga terhadap dirinya sendiri;
isyarat-isyarat suara anak kecil mempunyai efek yang sama baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain. Hal ini jelas dapat kita saksikan pada
anak-anak yang sedang berbicara terhadap dirinya sendiri pada waktu bermain-mai
yang punya efek sama terhadap dirinya dan orang lain.[5]
Interaksi adalah sentral dari kehidupan bermasyarakat, kerja sama, demikian
pula penelitian masalah interaksi sosial telah memberikan cara yang lebih
efektif untuk mengatasinya yaitu dengan memahami prinsip – prinsip yang
mendasari banyak masalah sosial tersebut.[6]
Demikian juga
halnya bila individu menghadapi suatu kelompok. Ia telah ditelaah dalam sekejap
oleh kelompok dan ia membentuk suatu impressi. Hal ini sudah lazim dialami oleh
para pemimpin besar/kecil pada waktu berpidato/berceramah/bertukar
fikiran/berdiskusi, suatu interaksi timbul antara dua kelompok , tidak sebagai
perorangan tetapi sebagai keseluruhan kelompok. Dan dapat saling mengadakan
analisa, bentuk give andtake yang tumbuh agar
mereka menggunakan atau merubahnya untuk kepentingan masing – masing.[7]
Jadi jelaslah
bahwa di dalam proses interaksi itu terdapat tindakan saling mempengaruhi
antara individu yang satu dengan yang lain, baik individu dalam perorangan
ataupun kelompok sosial. Kalau kita kaitkan dengan dakwah, maka dalam dakwah
dikenal istilah personal approach dakwah face to
face, sehingga terjadi proses pengaruh – mempengaruhi antara da’i dan
mad’u atau sebaliknya. Begitu pula ada istilah general approach atau
dakwah secara umum misalnya pengajian disini terjadi proses pengaruh –
mempengaruhi antara da’i dan mad’u dalam kelompok sosial. Maka dari itu
interaksi sosial erat kaitannya dengan dakwah.[8]
Arti Da’wah
sendiri yaitu mengajak, menyeru, membimbing. Jadi Interaksi Sosial da’wah dapat
kita simpulkan bahwa, suatu hubungan antara da’i dan mad’u dalam
mengajak/menyeru kejalan ridha Allah
. Tanpa keluar dari karidor syariat
yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

B.
Syarat
interaksi sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin
terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kata
“kontak” dapat di artikan bersama-sama
dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kata kontak berarti
bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu
terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak
sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon,
radio, atau surat elektronik. Oleh
karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak
sosial memiliki sifat-sifat berikut.
@ Kontak sosial dapat bersifat positif
atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan
kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
@ Kontak sosial dapat bersifat primer
atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi
bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam
kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak
di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi
berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon.
Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak
sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke
rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya
menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah
kontak sekunder tidak langsung.[9]
Selanjutnya
kata Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting
dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku
(pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang
disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut:
G Komunikator, yaitu orang yang
menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
G Komunikan, yaitu orang atau
sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
G Pesan, yaitu sesuatu yang
disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan
perasaan.
G Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media
komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
G Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada
komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.[10]
C.
Macam-Macam
Interaksi Sosial
Manusia dalam
memberikan reaksi dalam proses interaksi di suatu kelompok menunjukkan berbagai
tingkah laku berbeda-beda.[11]
Perbedaan reaksi tersebut menurut R.F. Bales dan Strodtbeck (1951), dapat di
kategorikan menjadi 4 macam:
1. Tindakan integratif-ekspresif yaitu tingkah laku yang
bersifat terpadu dan menyatakan dorongan kejiwaan seseorang. Termasuk kategori
perbuatan menolong orang lain, memberikan pujian kepada orang lain atau
menunjukkan rasa setia kawan.
2. Tindakan yang menggerakkan kelompok ke arah penyelesaian
suatu problema yang dipilihnya, seperti memberikan jawaban atas pertanyaan,
memberikan Sugesti, memberikan pendapat, memberikan penjelasan dan lain-lain.
3. Tindakkan mengajukan pertanyaan berupa permintaan untuk
orientasi, sugesti, dan pendapat.
4. Tindakan integratif-ekspresif yang bersifat negatif,
yakni tingkah laku terpadu yang menyatakan dorongan kejiwaan yang bersifat
menghindar. Termasuk dalam kategori pernyataan tidak setuju, menimbulkan
ketegangan, antar gonisme (pertentangan) dan pengunduran diri.[12]
D.
Jenis-Jenis
Interaksi
Seperti terlihat dalam
definisi di atas, interaksi sosial selalu melibatkan dua orang atau lebih. Oleh
karena itu, terdapat tiga jenis interaksi sosial, yaitu interaksi antara
individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, dan antara individu
dengan kelompok.
1.
Interaksi antara
Individu dengan Individu
Pada
saat dua individu bertemu, walaupun tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun
sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar
akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masingmasing. Seperti minyak wangi,
bau keringat, bunyi sepatu ketika berjalan, dan hal-hal lain yang bisa
mengundang reaksi orang lain. Interaksi jenis ini selain tidak harus konkret
seperti telah dijelaskan di atas, juga bisa sangat konkret. Wujudnya antara
lain berjabat tangan, saling bercakap-cakap, saling menyapa, dan lain-lain.[13]
2.
Interaksi antara
Kelompok dengan Kelompok
Interaksi jenis ini
terjadi pada kelompok sebagai satu-kesatuan, bukan sebagai pribadi-pribadi
anggota kelompok yang bersangkutan. Maksudnya kepentingan individu dalam
kelompok merupakan satu-kesatuan yang berhubungan dengan kepentingan individu
dalam kelompok lain. Contohnya pertandingan antartim kesebelasan sepak bola.
Mereka bermain untuk kepentingan kesebelasannya (kelompok).[14]
3.
Interaksi antara
Individu dengan Kelompok
Interaksi antara individu dengan kelompok menunjukkan bahwa
kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok. Bentuk interaksi
ini berbeda-beda sesuai dengan keadaan. Contohnya seorang guru yang mengawasi
murid-muridnya yang sedang mengerjakan ujian. Dalam hal ini seorang guru
sebagai individu berhubungan dengan murid-muridnya yang berperan sebagai
kelompok.[15]
E. Faktor dasar interaksi
Berjalan atau
tidaknya interaksi sosial, walaupun dalam bentuknya yakni paling sederhana,
yakni dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi dalam dakwah, tetap
merupakan suatu proses yang kompleks sekali. Ada empat faktor dasar dalam
interaksi sosial, yaitu; faktor imitasi, faktor
sugesti, faktor identifikasi, faktor simpati.
1.
Faktor imitasi
Imitasi adalah faktor dasar dari
interaksi sosial yang menyebabkan keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku
orang banyak. Proses imitasi adalah contoh – mencontoh atau meniru. Imitasi
bukan pembawaan tetapi yang harus dipelajari dan merupakan sesuatu yang datang
dari lingkungan. Sehingga dapat dikatakan kalau imitasi merupakan proses
belajar manusia dalam masyarakat sebagai mematangkan kepribadiannya. Misalnya,
kita tempatkan seorang anak belajar berbicara, mula–mula ia akan mengimitasi
kata–kata “ba-ba atau la-la” guna melatih fungsi lidah. Imitasi juga dapat
mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan – perbuatan baik
atau dari segi negatif yaitu apabila hal–hal yang di imitasi adalah hal yang
salah.[16]
2.
Faktor sugesti
Sugesti adalah suatu proses dimana seorang
individu dapat menerima suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari
orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Dalam proses sugesti, seorang
memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang diterima oleh orang lain di
luar dirinya (saling mempengaruhi satu dengan yang lain). Misalnya;
ketertarikan, wibawa, dan hambatan berfikir.[17]
3.
Faktor
identifikasi
Identifikasi adalah sebuah istilah
dalam psikologi Sigmun Freud untuk menguraikan mengenai cara belajar anak
mengenai norma-norma sosial dari orang tuanya. Identifikasi berarti
kecenderungan atau keinginan dalam diri anak untuk menjadi sama seperti ayah
dan ibunya. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi seorang anak. Artinya
secara tidak sadar seorang anak akan mengambil sikap-sikap orang tuanya yang
dapat ia mengerti mengenai norma-norma dan pedoman tingkah laku sejauh
kemampuan yang ada pada anak tersebut.[18]
Proses identifikasi pertama-tama
berlangsung secara tidak sadar, kedua secara irasional berdasarkan perasaan dan
kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, ketiga
mempunyai kegunaan untuk melengkapi sistem norma, cita-cita, dan pedoman
tingkah laku orang yang di identifikasikan itu. Identifikasi dalam psikologi
berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan yang lain. Misalnya gaya
ceramah anak Yusuf Mansur, sama dengan ( identik ) dengan ceramah sang
ayah yaitu Yusuf Mansur.
4. Faktor simpati
Simpati dapat di rumuskan sebagai
perasaan tertarik pada seseoraqng terhadap orang lain. Seperti hal nya proses
identifikasi, simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tapi berdasarkan
penilaian perasaan. Berbeda dengan identifikasi, timbul nya simpati merupakan
proses sadar bagi diri manusia yang merasa simpati terlihat dalam hubungan
persahabatan antara dua orang atau lebih.[19]
Gejala identifikasi dan simpati
sebenarnya sudah berdekatan. Dalam hal simpati, hubungan yang timbal balik akan
menghasilkan suatu hubungan kerja sama, di mana individu yang satu ingin lebih
mengerti individu yang lain secara lebih mendalam, sehingga individu tersebut
dapat merasa berpikir dan bertingkah laku seolah-olah ia adalah individu yang
lain. Sedangkan dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan dimana yang satu
menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar padanya karena
dianggap ideal. Jadi dalam simpati, dorongan utamanya adalah ingin mengerti dan
bekerja sama dengan orang lain, sedangkan dalam identifikasi, dorongan utamanya
adalah ingin mengikuti jejak dan ingin belajar dari orang lain.[20]
F.
Ciri - Ciri Interaksi
Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat
ciri - ciri interaksi sosial, antara lain:
@ Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
@ Terjadinya komunikasi di antara pelaku
melalui kontak sosial
@ Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
@ Dilaksanakan melalui suatu pola sistem
sosial tertentu.
G. Interaksi
Sosial Da’wah
Arti Da’wah
sendiri yaitu mengajak, menyeru, membimbing. Jadi Interaksi Sosial da’wah dapat
kita simpulkan bahwa, suatu hubungan antara da’i dan mad’u dalam
mengajak/menyeru kejalan ridha Allah
. Tanpa keluar dari karidor syariat
yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hubungan interaksi dalam da’wah harus memiliki
faktor-faktor berikut; pelaksanaan da’wah (Da’i), objek da’wah (mad’u),
lingkungan da’wah dan media da’wah, tanpa paktor ini mustahil terjadi interaksi
da’wah.[21]
Hubungan ini telah Allah Gambarkan dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa: 1

$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4
(#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4
¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6Ï%u
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[22] Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,[23] dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.
Dengan adanya silaturahim maka akan mempererat tali
persaudaraan antara satu dan yang lainnya, karena silaturahim juga memiliki
peranan yang sangat penting dalam menjalin komunikasi yang baik, serta
merupakan salah satu metode dalam dakwah yang digunakan untuk menyampaikan
suatu pesan kepada mad’u (yang didakwahi) agar pesan dari da’i dapat terserap
dengan baik, saat ini banyak sekali cara yang dilakukan para da’i agar dapat
berinteraksi langsung dengan mad’u nya, selain itu juga dengan memperluas
cakupan interaksi sang da’i juga bisa melebarkan sayapnya untuk menyebarkan
ajaran-ajaran islam lebih luas lagi. Selain memperluas ranah dakwah, silaturrahim juga merupakan
cara yang paling efektif dibanding cara yang lainnya karena dengan berinteraksi
para mad’u bisa melihat da’i itu secara langsung.
H. Kesimpulan
1. Pengertian interaksi
Interaksi
adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku
seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain. Melalui dorongan antar pribadi
tersebut seseorang yang bersifat biologis lambat laun berubah menjadi makhluk
hidup atau pribadi, proses tersebut berlangsung timbal balik, masing – masing
bertindak dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau menyebabkan yang lain
juga bertindak. Interaksi sosial dengan demikian merupakan perilaku timbal
balik, suatu perilaku dimana masing – masing individu dalam proses itu
mengharapkan dan menyesuaikan diri dengan tindakan yang akan dilakukan orang
lain.
2. Syarat-Syarat Interaksi Sosial
G Kontak
G Komunikasi
3. Macam-Macam Interaksi Sosial
J Interaksi antara
Individu dengan Individu
J Interaksi antara
Kelompok dengan Kelompok
J Interaksi antara
Individu dengan Kelompok
4.
Faktor dasar
interaksi
@ Faktor imitasi
@ Faktor sugesti
@ Faktor identifikasi
@ Faktor simpati
Daftar Pustaka
Arifin, H.M, “Psikologi
Dakwah Suatu Pengantar Studi”, Jakarta : Bumi Aksara, 2004
……..,
“Psikologi Dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia”, Jakarta:
Bulan Bintang, 1976
Faizah dan Lalu Muchsin
Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta : Prenada Media, 2006
Jumantoro,
Totok, “Psikologi Dakwah dengan aspek-aspek kejiwaan yang Qur’ani”, Jakarta : Amzah, 2001
Kusuma, Widjaja, “Pengantar
Psikologi”, Jakarta : Interaksara, 1969
Partowisastro, Koestoer, “Dinamika
Psikologi Sosial”, Jakarta Pusat : Erlangga, 1983
[1] Wikipedia Indonesia Bebas,
Interaksi Sosial, Wabsite: id.wikipedia.org
[2] H.M. Arifin, “Psikologi
Dakwah Suatu Pengantar Studi”, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, hal.68
[3] Ibid, hal. 69
[4] Faizah dan H. Lalu Muchsin
Effendi, “Psikologi Da’wah”, Jakarta: Kencana, 2006, hal.130
[7] Drs.
Koestoer Partowisastro, Dinamika Psikologi Sosial, Erlangga,
Jakarta Pusat: 1983, Hal; 10 -11
[8] Drs. Totok jumantoro, Psikologi Dakwah dengan aspek
– aspek kejiwaan yang qur’ani, Amzah, Jakarta: 2001, Hal; 83-86
[9] Wikipedia Indonesia Bebas,
Interaksi Sosial, Wabsite: id.wikipedia.org
[10] Ibid
[11] H.M. Arifin, “Psikologi Dan
Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia”, Jakarta: Bulan Bintang, 1976,
hal. 82
[12] Ibid
[13] Wikipedia Indonesia Bebas,
Interaksi Social, Wabsite: id.wikipedia.org
[14] Ibid
[15] Ibid
[16] Faizah dan H. Lalu Muchsin
Effendi, “Psikologi Da’wah”, hal. 130-131
[17] Ibid, hal. 132
[18] Ibid, hal. 134
[19] Ibid, hal. 135
[21]
Faizah dan H. Lalu Muchsin
Effendi, “Psikologi Da’wah”, hal. 137
[22] Maksud
dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula
yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang
dari padanya Adam a.s. diciptakan.
[23] Menurut
kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada
orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya
bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
0 comments:
Post a Comment