Tuesday, December 9, 2014

INTERAKSI SOSIAL DA’WAH


A.    Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamtodi dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. [1]
Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.Salah satu naluri manusia sebagai makhluk sosial adalah kecenderungan untuk hidup berkelompok atau bermasyarakat yang disebut instink gregarious. Dan salah satu bentuk manifestasi dari kecenderungan naluriah tersebut adalah apa yang disebut oleh para ahli psikologi dengan interaksi sosial.[2]
Jadi jelslah bahwa di dalam proses interaksi itu terdapat tindakan saling mempengaruhi antara satu individu dengan individu lainnya, sehingga timbul lah kemungkinan-kemungkinan untuk saling mengubah atau memperbaiki perilaku masing- masing secara timbal balik. Perubahan demikian bisa terjadi secara disadari atau tidak sepenuhnya disadari, atau secara perlahan-lahan. Di dalam hubungan interaksional inilah terjadi suatu proses belajar-mengajar diantara manusia.[3]
Dalam proses dakwah merupakan permulaan yang fundamental bagi sukses nya dakwah itu. Tanpa adanya suatu proses belajar-mengajar maka dakwah sulit memperoleh tempat di dalam hati manusia. Sebenarnya dalam interaksi sosial itu tidak hanya harus terjadi dalam kelompok-kelompok sosial saja, akan tetapi juga dapat terjadi antara dua pribadi bahkan juga bisa terjadi terhadap diri sendiri yakni dalam bentuk self-reaksi atau self-response.[4]
Hal ini dapat diberikan contoh di kalangan anak – anak yaitu misalnya, seorang anak tidak hanya bereaksi terhadap orang lain tetapi juga terhadap dirinya sendiri; isyarat-isyarat suara anak kecil mempunyai efek yang sama baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Hal ini jelas dapat kita saksikan pada anak-anak yang sedang berbicara terhadap dirinya sendiri pada waktu bermain-mai yang punya efek sama terhadap dirinya dan orang lain.[5] Interaksi adalah sentral dari kehidupan bermasyarakat, kerja sama, demikian pula penelitian masalah interaksi sosial telah memberikan cara yang lebih efektif untuk mengatasinya yaitu dengan memahami prinsip – prinsip yang mendasari banyak masalah sosial tersebut.[6]
Demikian juga halnya bila individu menghadapi suatu kelompok. Ia telah ditelaah dalam sekejap oleh kelompok dan ia membentuk suatu impressi. Hal ini sudah lazim dialami oleh para pemimpin besar/kecil pada waktu berpidato/berceramah/bertukar fikiran/berdiskusi, suatu interaksi timbul antara dua kelompok , tidak sebagai perorangan tetapi sebagai keseluruhan kelompok. Dan dapat saling mengadakan analisa, bentuk give andtake yang tumbuh agar mereka menggunakan atau merubahnya untuk kepentingan masing – masing.[7]
Jadi jelaslah bahwa di dalam proses interaksi itu terdapat tindakan saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan yang lain, baik individu dalam perorangan ataupun kelompok sosial. Kalau kita kaitkan dengan dakwah, maka dalam dakwah dikenal istilah personal approach dakwah  face to face, sehingga terjadi proses pengaruh – mempengaruhi antara da’i dan mad’u atau sebaliknya. Begitu pula ada istilah general approach atau dakwah secara umum misalnya pengajian disini terjadi proses pengaruh – mempengaruhi antara da’i dan mad’u dalam kelompok sosial. Maka dari itu interaksi sosial erat kaitannya dengan dakwah.[8]
Arti Da’wah sendiri yaitu mengajak, menyeru, membimbing. Jadi Interaksi Sosial da’wah dapat kita simpulkan bahwa, suatu hubungan antara da’i dan mad’u dalam mengajak/menyeru kejalan ridha Allah l. Tanpa keluar dari karidor syariat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

B.     Syarat interaksi sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kata “kontak”  dapat di artikan bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kata kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
@ Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
@ Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.[9]
Selanjutnya kata Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut:
G  Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
G  Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
G  Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
G  Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
G  Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.[10]
C.    Macam-Macam Interaksi Sosial
Manusia dalam memberikan reaksi dalam proses interaksi di suatu kelompok menunjukkan berbagai tingkah laku berbeda-beda.[11] Perbedaan reaksi tersebut menurut R.F. Bales dan Strodtbeck (1951), dapat di kategorikan menjadi 4 macam:
1.      Tindakan integratif-ekspresif yaitu tingkah laku yang bersifat terpadu dan menyatakan dorongan kejiwaan seseorang. Termasuk kategori perbuatan menolong orang lain, memberikan pujian kepada orang lain atau menunjukkan rasa setia kawan.
2.      Tindakan yang menggerakkan kelompok ke arah penyelesaian suatu problema yang dipilihnya, seperti memberikan jawaban atas pertanyaan, memberikan Sugesti, memberikan pendapat, memberikan penjelasan dan lain-lain.
3.      Tindakkan mengajukan pertanyaan berupa permintaan untuk orientasi, sugesti, dan pendapat.
4.      Tindakan integratif-ekspresif yang bersifat negatif, yakni tingkah laku terpadu yang menyatakan dorongan kejiwaan yang bersifat menghindar. Termasuk dalam kategori pernyataan tidak setuju, menimbulkan ketegangan, antar gonisme (pertentangan) dan pengunduran diri.[12]
D.    Jenis-Jenis Interaksi
Seperti terlihat dalam definisi di atas, interaksi sosial selalu melibatkan dua orang atau lebih. Oleh karena itu, terdapat tiga jenis interaksi sosial, yaitu interaksi antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, dan antara individu dengan kelompok.
1.      Interaksi antara Individu dengan Individu
Pada saat dua individu bertemu, walaupun tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masingmasing. Seperti minyak wangi, bau keringat, bunyi sepatu ketika berjalan, dan hal-hal lain yang bisa mengundang reaksi orang lain. Interaksi jenis ini selain tidak harus konkret seperti telah dijelaskan di atas, juga bisa sangat konkret. Wujudnya antara lain berjabat tangan, saling bercakap-cakap, saling menyapa, dan lain-lain.[13]
2.      Interaksi antara Kelompok dengan Kelompok
Interaksi jenis ini terjadi pada kelompok sebagai satu-kesatuan, bukan sebagai pribadi-pribadi anggota kelompok yang bersangkutan. Maksudnya kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu-kesatuan yang berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contohnya pertandingan antartim kesebelasan sepak bola. Mereka bermain untuk kepentingan kesebelasannya (kelompok).[14]
3.      Interaksi antara Individu dengan Kelompok
Interaksi antara individu dengan kelompok menunjukkan bahwa kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok. Bentuk interaksi ini berbeda-beda sesuai dengan keadaan. Contohnya seorang guru yang mengawasi murid-muridnya yang sedang mengerjakan ujian. Dalam hal ini seorang guru sebagai individu berhubungan dengan murid-muridnya yang berperan sebagai kelompok.[15]

E.     Faktor dasar interaksi
Berjalan atau tidaknya interaksi sosial, walaupun dalam bentuknya yakni paling sederhana, yakni dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi dalam dakwah, tetap merupakan suatu proses yang kompleks sekali. Ada empat faktor dasar dalam interaksi sosial, yaitu; faktor  imitasi, faktor sugesti,  faktor identifikasi, faktor simpati.
1.      Faktor imitasi
Imitasi adalah faktor dasar dari interaksi sosial yang menyebabkan keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku orang banyak. Proses imitasi adalah contoh – mencontoh atau meniru. Imitasi bukan pembawaan tetapi yang harus dipelajari dan merupakan sesuatu yang datang dari lingkungan. Sehingga dapat dikatakan kalau imitasi merupakan proses belajar manusia dalam masyarakat sebagai mematangkan kepribadiannya. Misalnya, kita tempatkan seorang anak belajar berbicara, mula–mula ia akan mengimitasi kata–kata “ba-ba atau la-la” guna melatih fungsi lidah. Imitasi juga dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan – perbuatan baik atau dari segi negatif yaitu apabila hal–hal yang di imitasi adalah hal yang salah.[16]
2.      Faktor sugesti
Sugesti adalah suatu proses dimana seorang individu dapat menerima suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Dalam proses sugesti, seorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang diterima oleh orang lain di luar dirinya (saling mempengaruhi satu dengan yang lain). Misalnya; ketertarikan, wibawa, dan hambatan berfikir.[17]

3.      Faktor identifikasi
Identifikasi adalah sebuah istilah dalam psikologi Sigmun Freud untuk menguraikan mengenai cara belajar anak mengenai norma-norma sosial dari orang tuanya. Identifikasi berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri anak untuk menjadi sama seperti ayah dan ibunya. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi seorang anak. Artinya secara tidak sadar seorang anak akan mengambil sikap-sikap orang tuanya yang dapat ia mengerti mengenai norma-norma dan pedoman tingkah laku sejauh kemampuan yang ada pada anak tersebut.[18]
Proses identifikasi pertama-tama berlangsung secara tidak sadar, kedua secara irasional berdasarkan perasaan dan kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, ketiga mempunyai kegunaan untuk melengkapi sistem norma, cita-cita, dan pedoman tingkah laku orang yang di identifikasikan itu. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan yang lain. Misalnya gaya ceramah anak Yusuf Mansur, sama dengan ( identik ) dengan ceramah sang ayah  yaitu Yusuf Mansur.
4.      Faktor simpati
Simpati dapat di rumuskan sebagai perasaan tertarik pada seseoraqng terhadap orang lain. Seperti hal nya proses identifikasi, simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tapi berdasarkan penilaian perasaan. Berbeda dengan identifikasi, timbul nya simpati merupakan proses sadar bagi diri manusia yang merasa simpati terlihat dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih.[19]
Gejala identifikasi dan simpati sebenarnya sudah berdekatan. Dalam hal simpati, hubungan yang timbal balik akan menghasilkan suatu hubungan kerja sama, di mana individu yang satu ingin lebih mengerti individu yang lain secara lebih mendalam, sehingga individu tersebut dapat merasa berpikir dan bertingkah laku seolah-olah ia adalah individu yang lain. Sedangkan dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan dimana yang satu menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar padanya karena dianggap ideal. Jadi dalam simpati, dorongan utamanya adalah ingin mengerti dan bekerja sama dengan orang lain, sedangkan dalam identifikasi, dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejak dan ingin belajar dari orang lain.[20]
F.     Ciri - Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain:
@ Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
@ Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
@ Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
@ Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu.

G.    Interaksi Sosial Da’wah
Arti Da’wah sendiri yaitu mengajak, menyeru, membimbing. Jadi Interaksi Sosial da’wah dapat kita simpulkan bahwa, suatu hubungan antara da’i dan mad’u dalam mengajak/menyeru kejalan ridha Allah l. Tanpa keluar dari karidor syariat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hubungan interaksi dalam da’wah harus memiliki faktor-faktor berikut; pelaksanaan da’wah (Da’i), objek da’wah (mad’u), lingkungan da’wah dan media da’wah, tanpa paktor ini mustahil terjadi interaksi da’wah.[21] Hubungan ini telah Allah Gambarkan dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa: 1
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# (#qà)®?$# ãNä3­/u Ï%©!$# /ä3s)n=s{ `ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur t,n=yzur $pk÷]ÏB $ygy_÷ry £]t/ur $uKåk÷]ÏB Zw%y`Í #ZŽÏWx. [ä!$|¡ÎSur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# Ï%©!$# tbqä9uä!$|¡s? ¾ÏmÎ/ tP%tnöF{$#ur 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3øn=tæ $Y6ŠÏ%u
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[22] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,[23] dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Dengan adanya silaturahim maka akan mempererat tali persaudaraan antara satu dan yang lainnya, karena silaturahim juga memiliki peranan yang sangat penting dalam menjalin komunikasi yang baik, serta merupakan salah satu metode dalam dakwah yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan kepada mad’u (yang didakwahi) agar pesan dari da’i dapat terserap dengan baik, saat ini banyak sekali cara yang dilakukan para da’i agar dapat berinteraksi langsung dengan mad’u nya, selain itu juga dengan memperluas cakupan interaksi sang da’i juga bisa melebarkan sayapnya untuk menyebarkan ajaran-ajaran islam lebih luas lagi. Selain memperluas ranah dakwah, silaturrahim juga merupakan cara yang paling efektif dibanding cara yang lainnya karena dengan berinteraksi para mad’u bisa melihat da’i itu secara langsung.

H.    Kesimpulan
1.      Pengertian interaksi
Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang lain. Melalui dorongan antar pribadi tersebut seseorang yang bersifat biologis lambat laun berubah menjadi makhluk hidup atau pribadi, proses tersebut berlangsung timbal balik, masing – masing bertindak dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau menyebabkan yang lain juga bertindak. Interaksi sosial dengan demikian merupakan perilaku timbal balik, suatu perilaku dimana masing – masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri dengan tindakan yang akan dilakukan orang lain.
2.      Syarat-Syarat Interaksi Sosial
G  Kontak
G  Komunikasi
3.      Macam-Macam Interaksi Sosial
J  Interaksi antara Individu dengan Individu
J  Interaksi antara Kelompok dengan Kelompok
J  Interaksi antara Individu dengan Kelompok

4.      Faktor dasar interaksi
@ Faktor imitasi
@ Faktor sugesti
@ Faktor identifikasi
@ Faktor simpati

Daftar Pustaka

Arifin, H.M,  “Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi”, Jakarta : Bumi Aksara, 2004
…….., “Psikologi Dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia”, Jakarta: Bulan Bintang, 1976
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta : Prenada Media, 2006
Jumantoro, Totok, “Psikologi Dakwah dengan aspek-aspek kejiwaan yang Qur’ani”,  Jakarta : Amzah, 2001
Kusuma, Widjaja, “Pengantar Psikologi”, Jakarta : Interaksara, 1969
Partowisastro, Koestoer,  “Dinamika Psikologi Sosial”, Jakarta Pusat : Erlangga, 1983
Wikipedia Indonesia Bebas, Interaksi Sosial, Wabsite: www.wikipedia.org




[1] Wikipedia Indonesia Bebas, Interaksi Sosial, Wabsite: id.wikipedia.org
[2] H.M. Arifin, “Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi”, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, hal.68
[3] Ibid, hal. 69
[4] Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, “Psikologi Da’wah”, Jakarta: Kencana, 2006, hal.130
[5] H.M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, hal. 70  
[6] Drs. Widjaja kusuma, pengantar psikologi , Interaksara, Jakarta: 1969, Hal. 606
[7] Drs. Koestoer Partowisastro, Dinamika Psikologi Sosial, Erlangga, Jakarta Pusat: 1983, Hal; 10 -11
[8] Drs. Totok jumantoro, Psikologi Dakwah dengan aspek – aspek kejiwaan yang qur’ani, Amzah, Jakarta: 2001, Hal; 83-86

[9] Wikipedia Indonesia Bebas, Interaksi Sosial, Wabsite: id.wikipedia.org
[10] Ibid
[11] H.M. Arifin, “Psikologi Dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia”, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, hal. 82
[12] Ibid
[13] Wikipedia Indonesia Bebas, Interaksi Social, Wabsite: id.wikipedia.org
[14] Ibid
[15] Ibid
[16] Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, “Psikologi Da’wah”, hal. 130-131
[17] Ibid, hal. 132
[18] Ibid, hal. 134
[19] Ibid, hal. 135
[20] Ibid, hal. 135
[21] Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, “Psikologi Da’wah”, hal. 137
[22] Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
[23] Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.

SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: