Wisudawati STID Mohammad Natsir ke VI Tahun 2016
Tebar Suara | Wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir Jakarta menghadiri orasi ilmiah Prof. Dr. H. Amsal Bakhtiar, MA. Dalam orasinya ia menceritakan tentang orangtuanya yang sangat ingin anaknya sekolah di Timur Tengah waktu itu.
Akhirnya orangtua Amsal Bakhtiar menghubungi Mohammad Natsir untuk memudahkan anaknya pergi kuliah kesana. Namun Mohammad Natsir memberikan persyaratan pengabdian masyarakat selama 2 tahun di perdesaan Sumatra Barat. Amsal ditugaskan secara resmi oleh Dewan Da’wah pusat dengan uang saku setiap bulan 25.000 Rupiyah, yang harus diambil dengan Sepeda Ontel yang jarak tempuh 25 Km, ceritanya.
Namun selepas dari itu Pak Natsir ditahan oleh Orde Lama, sehingga ia memutuskan untuk kuliah di UIN Ciputat Jakarta, tegas Kementrian Agama RI ini. Saya terlahir dari keluarga Masyumi dan tentunya sangat dekat dengan Dengan Dewan Da’wah. Walaupun ditugaskan 2 tahun perdalaman juga membawa saya menjadi Juru bircara PPP di Sumatra Barat, lanjutnya.
Alumni Gontor ini juga mengisahkan tentang keterlibatannya dalam Dewan Da’wah, ia juga menegaskan untuk STID Mohammad Natsir segera mengurus legalitas lainnya serta menyarankan membangun kampus peradaban yang megah untuk menjadi pusat wisata ruhani layaknya Masjid Kubah Mas, Saran Amsal Bakhtiar di Aula Masjid Al Furqan Lantai 2 Kramat Raya Jakarta Pusat, 31 Maret 2016.
Sidang Terbuka Senat Akademik STID Mohammad Natsir ini juga di hadiri oleh Koordinator Kopertais dan Keluarga Besar Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. Dalam penutupan sambutan diberikan kesempatan kepada ketua Dewan Da’wah pusat yaitu Mohammad Sidiq, MA untuk memberikan kata sambutan dan terakhir ditutup dengan doa bersama. Baca juga:RangkainProsesi Wisuda Ke VI STID Mohammad Natsir Jakarta.
0 comments:
Post a Comment