BACALAH
Oleh: Amriadi
Kata bacalah hanya terdapat dalam Al-Qur’an, dan tidak terdapat dalam kitab suci agama lain, hanya Islamlah agama yang memerintahkan Ummatnya untuk membaca. Dengan kata bacalah ini, Rasulullah
. Diangkat menjadi Rasul, walaupun Rasulullah
. Seorang Nabi yang ummi (Tidak bisa Membaca dan Menulis), hal ini Allah lebih mengetahui dari pada kita, kenapa Rasullah
. Yang buta huruf diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Hal ini mayoritas ulama berpendapat bahwa untuk membantah fitnah Al-Qur’an buatan Nabi Muhammad
. Kata bacalah ini telah membawa ummat Islam pada puncak kejayaan di Cordoba Spaiyol dan dengan kata ini juga telah membawa konstatinopel berhasil ditaklukkan oleh Muhammad Al-Fatih.




Sekarang kata “Bacalah” ini tidak berbekas lagi pada ummat Islam, sekarang ummat Islam tidak memikirkan lagi makna bacalah ini. Sehingga kata “Bacala” ini dipakai oleh orang yahudi dan sekutunya untuk menaklukkan Islam. Seorang tokoh yahudi mengatakan “kami tidak takut kepada ummat Islam, karena ummat islam bukan ummat yang membaca” maka dari itu, sudah saatnya bagi kita untuk meniti kembali sejarah akan kejayaan Islam dengan kata Bacalah. Lihat firman Allah
.

ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,(1) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.[1] (4)
Maka jelaslah bagi kita, bahwa membaca dan menulis merupakan perintah pertama kepada Nabi Muhammad
. Yang hal ini juga berlaku untuk semua ummat Islam yang mengaku Nabinya Muhammad dan kitab suci Al-Qur’an, yang tidak ada keraguan didalamnya.

Kenapa membaca adalah hal yang penting bagi kita? Sumber Ilmu pengetahuan dan wawasan seseorang itu didapatkan dengan cara membaca, mustahil walaupun ada tapi hanya orang pilihan yang tidak bisa membaca tapi dia pinter. Dengan membaca kita mengetahui apa yang belum kita ketahui, oleh karena itu pondasi Ilmu dalam Islam sebelum beramal. Dalam kitab tiga ushul karangan syaikh Muhammad bin Abdul Wahab mengatakan: posisi utama adalah mempelajari Ilmu dan kemudian mengamalkan dan setelahnya adalah menda’wahkan Ilmu tersebut.
Tanpa Ilmu segala amal perbuatan kita tidak berlandas dan akan rancu serta menimbulkan kebid’ahan terhadap amal ibadah tersebut. So, jangan heran kenapa kenapa masyarakat awam begitu fanatik terhadap sesuatu yang dia dapatkan dari nenek moyangnya dan sulit untuk dilepaskan, walaupun hal itu tidak berlandas Al-Qur’an dan As-Sunnah, penyebabnya hanya satu yaitu kata “Bacalah” yang termaktub dalam Surat Al-A’laq ayat pertama. Jiakalau pengamalan ayat ini ada pada mereka tentunya akan kritis terhadap suatu berita atau suatu kabar tentang suatu amalan perbautan mereka dan mereka tidak akan menerima mentah-mentah apa yang disampaikan oleh orang lain tanpa harus ada cek and ricek terlebih dahulu.
Penulis adalah seorang yang sangat fanatisme dahulu terhadap Muhammadiyah itu aliran sesat, tapi setelah penulis bergabung dan mengetahui sepak terjang Muhammadiyah, jadi biasa-biasa saja. Dahulu penulis hanya mengetahui Al-Qur’an hanya yasin saja, tapi sekarang penulis sudah mengenal bahwah Al-Qur’an itu tidak hanya ‘yasin” saja. Tapi Al-Qur’an itu mempunyai 114 Surat yang dimulai dari surah Al-Fhatihah dan diakhiri Surah An-Naas.
Penulis tidak anti pada Surah Yasin, karena surah yasin juga termasuk salah satu surah dalam Al-Qur’an, penulis sekarang sudah bisa bersikap adil pada Al-Qur’an. Tidak menjadikan surah “Yasin” Anak kandung dan surah yang lain anak tiri. Sekarang penulis setidaknya sudah mengetahui yang mana Organisasi dan yang mana aliran atau sekte. Ini semua berkat dorongan orang tua yang tidak makan untuk dirinya tapi menyekolahkan anaknya sampai penguruan tinggi hanya untuk anaknya menjadi pintar dan menjadi anak yang shaleh.
Maka dari itu penulis sangat bersyukur punya orang tua yang sangat prihatin terhadap pendidikan anaknya, walaupun banyak ringtangan yang harus dia hadapi. Tanpa dia sangka dan tidak pernah bercita anaknya bisa kuliah, jangankan untuk kuliah anak pertamanya unuk makan adiknya saja sangat sulit. Tapi dengan optimis dan salalu berdo’a kepada Allah anak sekarang bisa kuliah diluar daerah, di Jakarta lagi. Ini merupakan suatu kebanggaan pada dirinya sendiri dibandingkan anak orang terkaya di kampung penulis hanya mampu kuliah di daerah saja, itu pun menghabiskan biaya orang tuanya yang tidak sedikit, sekali lagi hal ini Allah memberikan kemudahan bagi penulis. Mohon maaf ini bukan curhatan, tapi dengan membaca dan mempelajari semua ilmu pengetahuan penulis bisa keluar daerah untuk kuliah.
Kembali lagi kepada pembahasan tentang Iqra’ dalam Al-Qur’an, ketika penulis membaca Biografi para ulama dan tokoh masyarakat, mereka semua tidak pernah berhenti membaca sanking gilanya membaca. Lihatlah Syaikh Bin Baz kenapa beliau buta, tidak lain karena pada waktu kecilnya sangat gila dalam membaca dan lihatlah Imam Syafi’I, kapan beliau pernah berhenti membaca dan dan menulis dan bahkan pada umur 5 tahun sudah hafal Al-Qur’an, tapi baru bisa baca Al-Qur’an pada umur 7 tahun. Ini semua berkat Ibundanya yang selalu membawa Imam Syafi’I ke halaqah-halaqah Al-Qur’an dan setiap harinya dengan Al-Qur’an, jadi jangan heran kalau Imam Syafi’I pintar.
Lihatlah pada masa kita sekarang ini, ketika masih bayi yang kita perdengarkan lagu dangdut atau senetron. Maka jangan heran anak kita bandel dan malas-malasan, karena kitalah yang mengajarkannya kepada mereka pada waktu kecil untuk memberontak kepada orang tua seperti yang dilihat dalam senetron dan begitu juga dengan anak-anak kita yang memakai pakaian telanjang dan model-modelan serta berdua-duan, ini semua kita yang ajarkan kepada mereka dengan menyetel program-program yang tidak benar.
Lihatlah Muhammad Al-Fatih di waktu kecilnya beliau diajarkan Al-Qur’an, membaca dan sirah-sirah heroic para Nabi dan para sahabatnya,sehingga pada umur 18 tahun Ayahnya mengankat menjadi Raja dan pada waktu umur 21 tahun Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Kota Konstatinopel, Kota yang jika di Dunia ini mempunyai satu Negara maka Kota Konstatinopel yang cocok untuk menjadi Ibu kotanya.
Ini semua bisa dilakukan karena Muhammad Al-Fatih mengamalkan kata Iqra’, jadi secara umum kata Iqra’ atau Bacalah adalah kata yang umum untuk membaca apa saja dan lebih khusus lagi adalah membaca dan mempelajari Al-qur’an sebagaimana dikatakan dalam sebuah Hadits Rasullah
. Yang artinya: Sebaik-baik kamu adalah orang mempelajri Al-Qur’an dan mengajarkannya (HR. Bukhari).

Jadi, posisi Ilmu dalam Islam ditunjukkan melalui konsepnya yang jelas. Bahwa Ilmu dalam Islam harus melalui proses pencarian yang benar, berdasar, Sistematis, Analitif, Konprehensif serta evaluative seperti Imam Bukhari mencari sebuah dengan perjalan berbulan-bulan hanya untuk mencari sebuah hadits yang benar, begitu juga dengan Imam Muslim dan yang lainnya, mereka tidak mengambil ilmunya suatu pendapat tanpa terlebih dahulu diperiksa sumber dan kebenarannya.
Dalam Islam mempunyai konsep Ittiba’, konsep ini mengharuskan adanya proses cek and re-cek (tabayyun) terhadap setiap Informasi yang datang pada sumber Aslinya. Menurut kaidah Ushul Fiqh yang di sepakati para ulama, yang di artikan Ittiba’ adalah “mengikuti pendapat seseorang dan Anda mengetahui dasar (dalil) nya.”[2]
Usaha membasmi buta huruf yang konon di polopori oleh Tokoh Pendidikkan Nasional terbesar di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantoro, sehingga salah satu ajaran pendidikan Nasional yaitu Ing Ngarso SungTulodo,Ing Madyo Mangun Karsodan Tut Wuri Handayani dan harinya adalah 2 Mei yang diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional,[3] Apakah benar demikian? Atau hanya scenario untuk menghilangkan nama Islam dibidang Pendidikan dan sejarah atau hanya Suku Jawa yang harus menguasai dan diangkat menjadi suku yang Mulia yang bisa segalanya? Mari kita lihat lebih jauh lagi. Apakah benar demikian?.
Mari kita lihat sejarah yang sebenarnya, semoga membuka mata kepala kita siapa sebenarnya Ki Hajar Dewantara dan Boedi Oetomo. Lihatlah sejarah dibuku-buku SMP anda dan Bacalah Buku API SEJARAH karangan Ahmad Mansur Suryanegara, lihat pula buku yang ditulis oleh kalangan Nasionalis, sekuleris serta Liberalis dan bandingkan pula dengan Penulis Sejarah dari Islam yang Murni. Maka sekali lagi penulis katakana bahwah kalimat Bacalah yang ada dalam Al-Qur’an sangat penting untuk Ilmu pengetahuan dan asal-usul sejarah yang sebenarnya, tanpa membaca mustahil kita menemukan fakta yang sebenarnya.
Boedi Oetomo, makanan apa itu. Bagi yang tidak pernah membaca tentunya mereka akan mengatakan Boedi Oetomo itu berbagai prosepsi, mulai dari makanan, makhluk apa dan tidak sedikit menanyakan siapa dia? Inilah sebabnya jikalau kita kurang membaca. Boedi Oetomo menolak kemerdekaan Indonesia, Boedi Oetomo Memakai bahasa Jawa dan Belanda secara tidak langsung penjajahan Belanda, Boedi Oetomo bersikap eklusif, diluar perjuangan Penggerakkan Nasional dan Boedi Oetomo hanya untuk kalangan Ningrat saja.[4]
Brosur milik Boedi Oetoma, Djawa Hisworo selalu menyerukan caci maki terhadap Rasulullah
. Dan ummat Islam serta ajaran Islam. Mereka tidak menghendaki Nasionalisme tapi menghadirkan Jawanisme serta menolak usulan KH.Ahmad Dahlan untuk mengadakan pengajian keIslam. Ki Hajar Dewantara sangat membenci Islam, sampai-sampai Anjingnya pun diberikan Nama Muhammad untuk melecehkan Nabi Muhammad
. Sebagai Anjing yang bernajis. Dia membuat pendidikan Moral budi pekerti sebagai peganti pendidikan Agama, tapi sangat disayangkan ummat Islam tidak sadar. Inti dari pengajaranya adalah menolak adanya tuhan yang maha pengatur, segala sesuatu itu adalah ia disebutkan sebagai kodrat Alam.[5]


Dari sisi sezaman kiprah Boedi Oetoma dan Ki Hajar Dewantara maka kata Rahmat Ardiansyah, Bahwa Tokoh Pendidikan Nasional sangat pantas diberikan kepada KH. Ahmad Dahwan dibandingkan Ki Hajar Dewantara. KH. Ahmad Dahlan sampai disebutkan KH Kafir karena melaporkan pendidikan Sekolahan berbasis keIslaman. Muhammadiyah pelopor pembaharuan system Pendidikan yang lahir pada tahun 1912 dibandingkan Taman Siswa yang lahir pada tahun 1922. Muhammadiyah menggunakan bahasa Melayu sebagai cikal bakal Bahasa Indonesia bukan bahasa Jawa dan belanda.
Maka hari lahir Muhammadiyah atau KH. Ahmad Dahlan lebih layak diperingati sebagi hari pendidikan Nasional karena Muhammadiyah memperjuangkan kemerdekaan bukan bekerja sama dengan penjajah.Muhammadiyah untuk semua kalangan baik priyayi maupun abangan, baik ninggrat maupun bujangan,[6] baik kaya maupun miskin, baik berpangkat maupun keparat tidak ada masalah. Sehingga KH. Ahmad Dahlan mengatakan hidupilah Muhammadiyah janganmencari hidup di Muhammadiyah.
Apakah peristiwa seperti ini akan kita ketahui dengan tidak membaca, maka Allah sebelum menurunkan ayat yang lain lebih utama menurunkan surah Al-A’laq ayat 1 sampai 4, karena posisi membaca menentukan posisi yang lainnya. lihatlah para ulama kita, ketika Seorang dokter mendatangi Imam Abu Bakar Al-Anbari dalam keadaan sakit parah. Dokter melihat urine Abu bakar, kemudian berkata, “Anda telah melakukan (sewaktu mesih sehat dan kuat) sesuatu yang tidak dilakukan oleh siapapun.” Lalu dokter menemui keluarganya dan berkata kepada mereka, “hampir tidak ada harapan (dokter pesimis terhadap kesembuhan penyakitnya).” Lalu keluarganya menemui Abu Bakar dan menyampaikan ucapan dokter kepadanya dan bertanya, “Apa yang dahulu anda lakukan?” Abu Bakar menjawab,” Saya menelaah dan membaca setiap minggu sepuluh ribu lembar.”[7]
Kisah lainnya adalah seorang ulama Qiraah Imam Tsa’lah yang gila membaca, sampai-sampai ketika diundang walimah dia mengisyaratkan untuk agar diletakkan tempat selebar kulit domba sebagai tempat kitab yang akan dibacanya. Hal ini juga dilakukan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah, Apabila beliau masuk WC, ia berkata kepada kepada orang di sekitarnya;“Bacalah kitab ini untukku, keraskanlah suaramu sehingga aku mendengarnya.” Hal ini dia lakukan karena ingin menjaga waktu buang hajatnya tidak sia-sia.[8]
Bagaimana dengan kita saat ini, jangankan membaca sebuah buku kadang-kadang kenal juga gak. Indonesia merupakan Negara terendah dalam hal membaca ditingkat Asia sebagaimana yang kutip laporan Bank Dunia Nomor 16369-IND, dan studi IEA ( International Association for the Evaluation of Education Achicievement) di Asia Timur, tingkat terendah membaca dipegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7, di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand ( skor 65,1), Singapura (skor 74,0), dan Hongkong (skor 75,5). Bukan itu saja, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30 persen. [9]
Hasil Penelitian Dr. Raghib As-Sirjani, Jepang memhabiskan 40 buku membaca dalam sebulan bagi mereka dari kalangan rendah/pebantu rumah tangga, di Eropa rata-rata menghabiskan 4 untuk kalangan yang sama, di Arab menhabiskan 20 Lembar juga untuk kalangan yang sama dan di Indonesia beliau belum menelitinya,[10] tetapi mampu diprediksikan hasilnya adalah min (-). Bagaimana kita meningkatkan daya membaca menjadi seperti para ulama yang pada gila dalam membaca? Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai bagaimana agar kita bisa membaca banyak buku, supaya masyarakat menjadi pintar tentu tujuan pada akhirnya. Tidak salah kalau kita membuat sebuah skepsa:
|
Dari skema diatas maka sangat jelas bagi kita, bahwa poin penting yang harus ada pada diri kita adalah Niat ataupun minat, kalau sudah ada minat membaca maka jangan tinggalkan minat itu dan terus dilanjutkan tanpa perlu berhenti. Kalau sudah berhenti secara otomatis anda harus mengulang dari awal atau dari tengah, Istiqamah sangat menentukan pada anda untuk tetap membaca. Sekarang sudah cukup bagi kita untuk tidak mumpunyai alasan dalam membaca, karena membaca anda melestarikan atau menjaga kemurnian Islam lewat membaca, sedikit tidak minimal sudah mengamalkan perintah Allah dalam surat Al-A’laq ayat pertama.
|
Alasan yang sering dilontarkan mulai dari RT sampai Provinsi pun tidak jauh berbeda, alasannya tidak punya waktu. Katakan saja anda orang terssibuk diantara orang lain, jangankan membaca menyentuh buka saja tidak punya waktu. Dari 24 Jam, sisipkanlah untuk membaca buku minimal satu lembar buku kalau tidak satu paragraph saja dan lakukan setiap hari dalam satu bulan kalau anda membaca satu lembar berarti anda telah membaca 30 lembar hampir setengah buku tebal biasa, dalam 3 bulan anda bisa khatam membaca buku.
Istiqamahlah dalam membaca walaupun hanya satu lembar, memang waktu pertama sulit tapi lama kelamaan anda pasti akan senang akan membaca. Begitu juga dengan orang yang tidak shalat karena tidak Ikhlas niatnya, kalau gak pernah shalat kapan ikhlasnya. Begitu juga dengan orang pertama kali sadaqah Rp. 100.000;00 pasti akan ria alias tidak Ikhlas dan pamer, tapi kalau itu diteruskan dan terus-menerus dengan Istiqamah maka lama-lama ikhlas sendiri. Jadi tidak salah ada pepatah mengatakan “ala bisa karena biasa”. Lakukanlah perbuatan yang biasa dengan cara yang luar biasa maka anda akan luar biasa.
“Kalau ingin sukses tinggalkan banyak alasan, kalau banyak alasan tinggal kesuksesan”
Tidak ada kata selain bangkit, dan serukan kepada mereka yang tertidur untuk bangun memperbaiki diri kita dan Negara kita. Indonesia rata-rata pengangguran, rata-rata punya pekerjaan Cleaning Service, rata-rata toko atau mall-mall di Indonesia dikuasai oleh asing, rata-rata penghasilan masih dibwah gali lubang tutup, ngutang. Budaya membaca harus kita prioritaskan jangan sampai kita menjadi orang tertinggal hanya karena kurang pengetahuan, tertinggal karena tidak punya Ilmu dan tertindas karena tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan. Sekali lagi “mari Budayakan Membaca dengan mempunyai minat atas kesadaran, Selamat Membaca”.
***
Jangan lakukan sesuatu yang kita tidak mampu, semua harus bermula dari awal terlebih dahulu. Jangan pernah terjadi loncatan, pasti akan rancu dan strees.
“Selamat memulai”


[1] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
[2] Wildan Hasan “Bawalah Facebookmu Ke Surga” Bekasi: Al BahrPress, 2014, hal.416
[3] Ibid, hal. 410
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Ibid, Hal.411
[7] Imam Taufik Al-Khatab, M.Pd.I, Pengantar Mata Kuliah Materi Reading Course, Pertemuan Pertama di Kampus Da’wah STID. Mohammad Natsir.
[8] Ibid
[9] Ibid
[10] Ibid
0 comments:
Post a Comment