Fitnah Tanpa Tabayyun
Kali ini bukan artikel
yang biasa saya tulis di blog atau media online lainnya seperti okezone.com,
kompasiana.com dan lain-lain. Kali ini saya ingin melanjutkan cerita yang lama.
Karena terlalu sibuk ditempat kerja dan kuliah, makanya cerita lama ini tidak
sempat saya lanjutkan. Cerita si M yang baru masuk kuliah di sebuah akademi di
Lampung dengan tempat kuliahnya Cuma di masjid dan asrama layaknya kos-kosan.
Namun mereka tetap kuliah disana bersama teman-teman yang lain dari Aceh.
Hari-hari mereka lalui bersama dengan penuh makna, tidak jarang pula menemui
masalah. Terutama M yang masih awam akan bahasa Arab namun disana dia
dipaksakan untuk belajar bahasa Arab.
Walaupun rendah dalam
bahasa Arab dan dipandang remeh semua orang, tanpa sadar juga dia memiliki
kelebihan yang tidak wajar. Bagaimana tidak! dia bukan seorang yang lulusan IT
namun bisa computer layaknya anak SMK yang belajar masalah computer. Walaupun
tidak begitu mahir dia memiliki beberapa kehandalan dalam teknik computer,
salah satunya dia menguasai MS. Office, CorelDraw dan Photoshop. Hal yang sama
juga dialami dua temannya sang Megician. Mereka berdua lulusan pondok
pesantren, namun mereka bisa sulap tidak kalah seperti magician papan atas dan
bahkan dunia. Mereka juga telah dikenal di Kota Lhokseumawe. Namun mereka
memakai nama samaran yaitu L dan Mift un Heart.
Mereka yang dari Aceh
memiliki keanehan dengan hal yang kebayakan orang. Karena mereka memiliki skil
yang berbeda-beda. Mift sering tampil dalam panggung show di Lampung dengan
bertemu para pesulap lain-lainnya di Metro. Sedang M tampil dalam senyap di
Metro, tidak perlu dikenal banyak orang. Karena keahliannya satu bulan kemudian
dia diangkat menjadi designer grafis untuk membuat sertifikat wakaf dan lain-lain.
Agar akademika tersebut memiliki fasilitas yang memadai.
Beberapa bulan
berikutnya dia diangkat menjadi staf Tata Usaha (TU) dan sekaligus Sekretaris
Akademi disana, walaupun waktu rapat tidak pernah dilibatkan. Dengan menjadi
Tata Usaha maka bertambah pula kegiatannya selain kuliah. Tuntutan deadline
dari kuliah dan TU membuatnya harus bekerja ektra. Namun dengan itu dia juga
memiliki kemudahan, makalah bisa dia kerjakan di computer TU karena dia tidak
memiliki laptop.
Kerja sebagai TU di
Akademi tempat dia kuliah sebagai pembelajaran dalam dunia kerja baru di dunia
pendidikan dan LAZ yang sebenarnya. Kerena disana justru ditutut untuk membuat
proposal pengadaan ini dan itu, membuat presentasi dan lain-lain. Walaupun
tidak ada gaji yang nyata, namun M telah mewakafkan dirinya sebagai pegapdian
da’wah. Kerena tempat dia kuliah adalah jurusan da’wah yang paling banyak
ditolak oleh mahasiswa diberbagai Universitas. Hal ini membuat dirinya
dipercaya oleh ustadz disana. Terutama ustadz Hamid dan Istrinya yang selalu
meminta tolong padanya. Dengan demikian M mendapatkan nilai tambah uang untuk
kesehariannya disana.
Dalam kepercayaan ini,
fitnahpun menerpanya. Terutama dia memang pekerja yang orientasinya bukan uang.
Bagaimana tidak ketika kakak kelasnya mengantarkan surat kepada dosen dan
kegiatan yang menyangkut akademika selalu ada uang jalannya. Namun M sendiri
tidak bisa mengendarai motor, dia memakai sepeda yang lusuk mengantarkan surat
kerumah dosen sebagai tanggung jawabnya di TU. Ketika teman-teman yang lain
membelanjakan sesuatu yang berusan dengan kampus dan akademika sisanya masuk
kantong, namun M tidak demikian. Dia selalu menyerahkan sisanya kepada
akademika, satu persen pun dia tidak mengambilnya kalau tidak kasih langsung
“ini untukmu”.
Memang sulit kalau kita
cari orang seperti M didunia ini. Dari kelakuan ini dia menemui berbagai
fitnah. Suatu ketika ustadz Hamid menyerahkan uang kepada M untuk megisi ulang
listrik, namun duluan listrik diisi oleh ustadz En. Kemudian uangnya diserahkan
kepada ustadz En dan dia tidak
memberitahukan kepada ustadz Hamid, Akhirnya tanpa tabayyun Ustadz Hamid
menuduhnya menyelewengkan dana listrik. Memojokan dengan kata-kata yang tidak
enak dan tidak sepntasnya. Mentang-mentang dia seorang yang tidak menerima kiriman
dari orangtua diperlakukan demikian. Hal ini yang membuatnya merasa dirugikan,
maka M dengan terpaksa menyerahkan jabatannya kepada yang lain lantaran fitnah
itu, yang sebenarnya sudah lama ada fitnah kecil-kecilan dan selalu menyudutkan
dirinya.
Penyudutan ini juga dia
dapatkan dari teman-temannya. Kenyamanan tidak ada lagi, fitnah rusaknya
printer oleh pelaku yang tidak bertanggung jawab juga dia yang menjadi sasaran.
Diakhir-akhir mau lulus tantangan yang begitu banyak. Kerja sama dengan ummi
ustadz Hamid mulai kacau karena ada kemiringan permainan teman-teman yang bercanda
berlebihan. Dia di cirigai miring ketika seorang teman, ketika dia mengetuk
pintu rumahnya ummi dia tidak menjawab. Teman itu menelpon si M yang lagi ada
kegiatan bareng ustadz hamid dan lain-lain di Lampung Timur.
Dia menyuruhnya untuk
sms ummi agar keluar untuk meminjam blender kepada mereka. Akhirnya dia sms
ummi Ustadz Hamid agar keluar menyerahkan blender kepada mereka. Ketika sudah
dibantu layaknya Sapi masuk sumur, kemudian kita tolongnya agar bisa naik
kedarat. Betitulah perumpamaannya yang cocok. Setelah itu mereka ngencar
kampanyekan berita semalam yang ketika ummi diketuk pintu tidak menjawabnya,
namun ketika sms oleh si M umminya keluar dan menyerahkan blender ke mereka.
Ditambah lagi paginya ketika M lagi diasrama datang ummi membawa makanan dengan
memangil M, tidak menyerahkan kepada mereka yang di luar. Akhirnya si M dituduh
ada hubungan dengan ummi. Tanpa memikirkan kerja sama dan kepercayaan.
Walaupun
dalam keadaan bercanda hal ini tentunya sudah tidak wajar, menuduh orang hanya
dengan berdasarkan asumsi tanpa cek ricek terdahulu. Perjalanan lika-liku ini
memang banyak diami oleh orang-orang serpeti M. Karena apapun juga M adalah
Manusia biasa yang sama seperti kita. Dia juga tidak senang diperlakukan dengan
sewenang-wenang. Hal ini seharusnya kita sadar, bagaimana kalau perlakuan
tersebut terjadi pada diri kita.
Pada
suatu kesempatan saya menanyakan kepada M bagaimana kamu bisa bertahan dengan
berbagai fitnah dan kerja tampa jasa itu. Dia sangat simpel menjawabnya. Allah
tidak menguji hambanya diluar kemampuannya. Hidup kita semua Allah yang
mengaturnya. Kita selaku hamba Allah berusaha dengan baik dan sabar dalam
menjalankan ujian darinya. M telah memberikan yang terbaik tampa mengiginkan
timbal balik. Sangat langka terjadi pada diri kita. Apa yang telah kita lakukan
hari ini. Tentunya akan menentukan pad hari esok.
To be Contineu.....
0 comments:
Post a Comment