Monday, July 17, 2017

[Catatan Skripsi] Latar Belakang

BAB I

Latar belakang saya menulis skripsi berawal dari semua yang indah menjadi gelap. Ketika saya sempat bekerja di sebuah yayasan. Saya terus menjadi bawahan, lataran belum punya titel.

Melihat teman-teman pada nikah, kita kapan menyusul adalah hal yang susah. Mau! tapi tidak ada modal karena belum lulus. Saat jatuh cinta, walau itu adalah hal yang biasa terjadi pada siapa saja. Tapi bagi saya itu adalah hal yang menyakitkan. Saya belum lulus, di yayasan gajinya Cuma satu juta. Belum untuk makan dan kuliah.

Karena sudah cinta dan serius, akhirnya berani datang ke camer (Calon Mertua). Ketika datang, orangtuanya alim dan pintar ilmu agama. Ditanya ini dan itu saya bisa jawab, namun ketika di tanya sekolah dimana.

Kita harus jawab dengan jujur karena terlalu jujur pada si dia. Karena dia juga sering melihat teman-teman saya yang berkunjung atau sekedar datang dan jalan bareng kuliah.

Maka dengan mantap saya menjawab “saya sudah kuliah di sebuah Sekolah Tinggi di Jakarta.”

Sudah semester berapa?
Dengan tenang saya jawab semester 8.

Mendengar jawaban saya semester 8. Maka langsung skripsi sudah bab berapa?
Lama jawabnya. Karena mikir alasan. Maklum dari tadi ngobrolnya santai. Tapi tiba-tiba sudah terlalu serius. Belum  sempat saya menjawab. Beliau sang Camer duluan menjawab, tinggal nunggu wisuda atau masih belum selesai.

Karena saya anak yang polos jadi jawabannya apa adanya. Maaf pak, skripsinya baru bab niat. Sontak dia menjawab, berarti mau melamar anak saya juga baru niat.

Terlalu polos apa bloon. “Jawaban saya iya pak.” Maklum kerena mau nikah sebenarnya belum mampu. Tapi dari pada diambil orang mending tandai dulu. Tapi sialnya, orangtua si dia pintar agama. Sehingga dia tau mana yang boleh untuk mengdekati anaknya dan mana yang tidak boleh.

Akhirnya camer mengeluarkan pernyataan yang sangat berat bagi saya. Kalau kamu selesai skripsi dalam Desember ini. Maka saya setuju kamu menikah dengan anak saya dan  itu pun kalau kamu sudah memiliki rumah. Bukan ngontrak.

Putus asa jadinya. Untung saja saya bukan orang cemen. Tidak ikut gantung diri di pohon cabe. Karena saya bisa menjalani apa adanya. Seperti air yang terus mengalir.

Saya melamar anak pada tanggal 2 Oktober. Disuruh selesai skripsi dan memiliki rumah hingga akhir Desember. Tidak masuk akal, bisa di dapatkan. Setelah Desember, pada tanggal 5 Januari dapat undangan anaknya menikah dengan orang lain pada tanggal 31 Januari nantinya. Sakit atau memang di sakiti. Dia menikah dengan orang yang lebih baik dari saya dan itu pilihan orangtuanya. Akhirnya saya design x-banner doa untuk pernikahannya, yang isinya doa Rasulullah saw. Untuk pengantin.

Saya datang ke pernikahannya dengan undangan khusus “Mantanku Kak Adi”. Dalam undangan juga tertulis surat khusus. Yang pada akhir surat khusus itu “Mohon kesediaan kak Adi untuk menjadi salah satu juru foto dan video.

Sepertinya ia gampang melupakan saya. Tapi apa boleh buat pada hari H nya saya berani datang. Untuk membuktikan bakan kamu saja yang bisa melupakan saya karena sudah adalah yang lain. Saya yang belum ada penganti juga bisa. Kenapa juga harus sedih dan galau, kan selama ini juga sendiri. Dekat dengan dia juga tidak lebih dari teman biasa, yang hanya ngobrol dan saling curhat. Saya di media sosial sering curhat. Ngapain juga ada dia.

Ketika sedang membuat video tiba-tiba dianya menangis. Pada saat membaca surat meminta izin pada orangtua. Entah karena berat dengan orangtua. Atau karena disitu melahat sosok yang pernah sama-sama jatuh hati (Mantan yang ditinggal baru satu bulan). Ini semua karena dia bukan jodoh saya. Mati satu masih ada 10 ribu.

Masih dalam keadaan bimbang dan kacau pikiran pernikahannya. Tiba-tiba Komunitas panahan amburadur. Kehidupan saya juga amburadur. Memutuskan untuk mencari pekerjaan tidak ada yang lewat karena ijazah SMA. Maka jalan keluar dari masalah menurut teman-teman, “kamu buat skripsi dulu, nanti mikirkan kehidupan selanjutnya.” Benar juga.

Saat lagi stres sendiri,  dari rumah di telphone. Amri kapan pulang. Ibu sangat merindukanmu. Saya belum lulus bagaimana bisa pulang. Pekerjaan tidak ada yang memadai dan bahkan kita seringkali makan sehari sekali. Sehingga belum bisa pulang. Sudah 5 tahun merindukan orangtua di Kampung halaman. Tetap harus bersabar, karena kita tidak memiliki sanak family seperti orang lain.

Masih pikiran kayak benang kusut. Seorang teman telphone, Amri sudah bab berapa Skripsi. Pulang ke kampus yang di tanya juga skripsi sudah bab berapa? Sudah nikah apa belum? Stres 7 keliling. Uang tidak ada pertanyaan yang kita dengar itu-itu saja. “Leumoh Aneuk muda”, kata Apache13.

Saya selalu berusaha untuk menutupi keadaan saya yang sebenarnya. Ketika mau fokus skripsi di Kampus. Ternyata teman-teman yang tinggal di kampus fokus skrispi sudah mau di usir. Karena magang di Masjid hingga selesai skripsi.

Solusi yang berikan untuk saya menetap di Masjid yang jauh tempat dulu atau pindah masjid dekat kampus. Apapun sebenarnya, yang saya butuhkan adalah biaya hidup. Bukan tempat tinggal saat itu. Karena saya bisa tinggal dimana saja namun skripsi harus selesai tampa tahan lapar. Di kampus ada teman yang baik, yang sudah lulus. Dia jadi staf disana. Sehingga jatah makan dia sering di kasih saya. Dan Bahkan sering juga memberikan uang secara Cuma-cama kepada saya saat itu.

Namun sepertinya keadaan belum memungkinkan saya untuk selesai skripsi. Karena beberapa teman saya secara kasar suatu siang di usir dari tempat tinggal para staf yang juga teman satu kelas dulu.

Akhirnya saya pulang ke tempat saya tinggal dulu di Harapan Indah. Sesampai disana saya stress. Pekerjaan tidak ada. Makan hanya daun Ubi Ungu dan kangkung di goreng pakai tepung. Itulah makanan sehari-hari selama 3 hari di Harapan Indah sendiri. Karena teman juga sudah pindah.

Lagi pikiran kacau listrik sebentar lagi padam. Datang telphone dari sebuah Tabloid Nasional. Saya di minta untuk menjadi Layouter kembali. Karena dulu pada tabloid tersebut saya pernah menjadi layouter selama 2 edisi. Kemudian saya tidak mau lagi, karena di dalamnya harus membuat salip-salip, tulisan dan gambarnya adalah anti Islam dan pro Ahok.

Dia memaksa saya untuk kembali menjadi layouter. Dengan memberikan gaji saya setiap edisi 7 juta. Waktu dulu Cuma 3 juta saya di gaji per-edisi, ini nambah jadi 7 juta.

Pada saat-saat saya sangat membutuhkan pekerjaan. Hati antara terima atau tidak. Namun karena hati nurani mengatakan jangan jual aqidahmu hanya untuk kamu hidup. Hidup dan matimu adalah sudah di tentukan oleh yang maha segalanya.

Setelah lama dia nego saya. Akhirnya saya katakan “Maaf pak saya tidak mau” dan langsung saya menutup telphone darinya.

Saat itu saya berfikir, menyelesaikan tugas akhir adalah kunci dari problematika ini. Kalau saya tidak bergegas menulis skripsi maka akan begini terus. Sulusi adalah menulis skripsi.

Akhirnya saya balik lagi ke kampus, dan apapun yang terjadi saya di kampus harus selesai skripsi dulu.

Itulah latar belakang yang menyebabkan saya bergegas menulis skripsi setelah muak dengan aktivitas di berbagai organisasi. Karena aktivitas disana hanya menjadi famor dan tidak ada perubahan pada saya, selain organisasi yang berubah.

Seperti dalam skripsi umumnya, latar belakang biasanya alasan muncul masalah, sehingga bisa saja tidak ada masalah menjadi masalah (mencari-cari kesalahan). Bisa saja mahasiswa mencari masalah walau tidak ada masalah, asal jangan jadi bermasalah.

Masalah saya diatas adalah benar-benar masalah. Bukan masalah yang buat-buat. Namun kalau saya tidak mampu berargumen sama saja itu tidak masalah. Karena pasti muncul argumen lain. Kanapa kamu gak begini atau begitu? Itulah yang akan dihadapi oleh pembuat latar belakang.

Dalam panduan menulis skripsi versi lama pada halaman 5 tertulis sebagai berikut.

“Dalam latar belakang masalah dikemukakan data dasar yang dapat dijadikan acuan atau alasan munculnya masalah penelitian. Hal itu kemudian dirumuskan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang saling berhubungan dan mengandung kontradiksi atau keunikan (distinctive). Pengungkapan pernyataan itu dilakukan secara deduktif, berawal dari yang bersifat umum dan berakhir pada yang bersifat khusus.”

Dari panduan diatas memang mahasiswa harus memiliki asumsi dasar dalam menulis latar belakang, sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan dan kontradiksi atau keunikan. Namun dari beberapa dosen mungkin akan mengatakan yang penting menarik, unik, belum pernah diteliti, dan sudah memiliki data hingga 70%.

Kalau latar belakang dilihat dari “Menarik” maka menulis cerita adalah yang paling menarik. Maka yang ahli bercerita dia jadi pemenang. Menarik bagi saya belum tentu menarik bagi pembaca.

Jika latar belakang “unik” maka yang ahli menghayal dan bermimpi yang akan jadi pemenang. Karena keunikan bisa di dapatkan dari hayalan dan mimpi belaka. Pembuat Komik kartun kebanyakan dari mimpi dan hayalan. Begitu juga dengan ahli Pemograman Komputer, tidak lepas dari menghayal. Kadar unik juga tidak bisa diukur. Unik bagi saya belum tentu unik bagi yang lain.

Kalau hanya sebatas belum pernah diteliti maka semua yang belum diteliti juga harus diterima. Layak atau tidak untuk diteliti itu urusan belakang.

Jika latar belakang harus diketahui hampir 70% maka tidak perlu dibuat penelitian lagi. Kerana sudah positif ujungnya. Kita mahasiswa hanya mampu untuk berargumentasi yang kuat, agar semua yang kita ajukan tidak mental menjadi masalah.

Maka yang menguasi publik speaking selalu menjadi pemenang dalam menghadapi skripsi. Sebagus apapun tulisanmu dalam skripsi, tetap saja ada revisi. Tetap saja banyak perbaikan. Karena kita yang tidak bisa berargumen di depan dosen akan selalu terkalahkan.

Jadi dalam menghadapi skripsi perlu mental, kecakapan dalam berbicara dan terakhir baru kepintaran kita dalam menulis. Karena pintar berargumen dalam tulisan belum tentu bisa bebas dari argumen percakapan. Sehingga seringkali mahasiswa yang menulisnya biasa saja, namun mampu membela diri saat ditanya, itulah yang jadi pemenang.

Ternyata publik speaking adalah hal yang utama. Tidak mungkin dosen yang begitu sibuk sempat membaca semua tulisan kita. Kalau pun ada itu bisa di hitung tangan. Baik itu di Universitas Swasta maupun di Universitas negeri.

Dari itu latar belakang yang kita buat harus benar-benar menarik, unik, belum dibuat orang lain, memiliki daya tarik untuk diteliti. Bisa saja hal yang menarik, unik dan belum pernah di teliti namun tidak layak untuk diteliti.

Soal hasilnya positif atau negatif itu diketahui setelah selesai penelitian. Jangan belum penelitian sudah di vonis itu hasilnya positif atau negatif. Maka jika ada yang mengatakan 70% hal yang mau kita teliti itu sudah kita tau hasilnya.

Apa menariknya bagi peneliti jika dia sudah mengetahui 70% dari apa yang teliti. Menarik sebuah latar belakang/skripsi bukan tergantung pada kemauan dosen. Tapi kemauan peneliti yang menentukan mau meneliti hal itu atau tidak.

Lebih lanjut dalam panduan skripsi tertulis, “Karena itu isinya harus dapat meyakinkan pembaca bahwa: Masalah yang diangkat benar-benar masalah, bukan masalah yang dibuat-buat. Dan masalah yang diangkat benar-benar penting untuk dipecahkan.”

Jika masalah yang harus benar-benar penting untuk di pecahkan sekarang. Maka berita di media hari ini yang membutuhkan investigasi adalah hal utama. Setiap hari ada berita yang mesti di pecahkan. Maka bagi mahasiswa komunikasi tidak perlu panik mencari judul skripsi. Cukup cari judul berita dan lakukan investigasi (penelitian).

Karena dalam latar belakang biasanya minimal 6 lembar. Maka latar ini sudah mencapai hal itu. Kita cukupkan saja catatan latar belakang ini. Sampai ketemu di catatan rumusan masalah.

Bagi yang belum menulis skripsi segera menulis, agar tidak tertumpuk menjadi masalah. Masalah harus di selesaikan bukan masalah yang harus selesai. Karena tidak mungkin masalah selesai tampa kita selesaikan. Mari menulis, menuju mahasiswa yang selesai.



SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: