BIOGRAFI IMAM QIRA’AT
Oleh: Amriadi Al Masjidiy, dkk
(Mahasiswa STID Mohammad Natsir)
Jumlah qira’ah yang masyhur ada tujuh
macam, lebih dikenal dengan qira’ah sab’ah, yaitu qira’ah ibn
‘amir, qira’ah ibn katsir, qira’ah ‘ashim, qira’ah abu ‘amr,
qira’ah hamzah, qira’ah nafi’ dan qira’ah al-Kisa’i.
Imam-imam qira’ah ini mempunyai versi qira’ah masing-masing.[1]
Informasi tentang qira’ah diperoleh dari
dua cara,yaitu melalui pendengaran dari nabi oleh para sahabat mengenai bacaan
ayat-ayat al-qur’an, kemudian ditiru dan diikuti tabi’in dan generasi-generasi
sesudahnya hingga sekarang. Cara lain ialah melalui riwayat yang diperoleh
melalui hadits-hadits yang disandarkan kepada nabi atau sahabat-sahabatnya.[2]
Sesudah itu bangunlah segolongan ulama yang
membulatkan tenaganya untuk mempelajarinya untuk mempelajari qira’at
sehingga mereka menjadi pemuka-pemuka qira’at yang dianggap dan
dipercayai. Oleh karena mereka hanya semata-mata membulatkan tenaganya untuk qira’at
dihubungkan qira’at kepada mereka.[3]
Maka segala qira’at yang dapat
disesuaikan dengan bahasa Arab dan dapat disesuaikan dengan salah satu Mushhaf
Utsmany, serta sah pula sanadnya, dipandang qira’at yang benar masuk
ke dalam qira’at sab’ah. Baik diterimanya dari imam yang tujuh, maupun
diterimanya dari imam yang sepuluh, ataupun dari yang lain.[4]
A.
Definisi qira’at
Secara bahasa, Qira’at (قراءات) adalah bentuk jamak dari qiro’ah (قراءة) yang merupakan isim masdar dari qaraa
(قرأ), yang artinya : bacaan atau cara membaca[5]. Adapun
menurut istilah, qira’at ialah ilmu yang mempelajari tentang bacaan Al
Qur’an, sedang yang dimaksud dengan bacaaan dalam ilmu ini terutama menyangkut
benttuk-bentuk pengucapan.[6]
Qira’ah berbeda dengan tajwid. Qira’ah
menyangkut cara pengucapan lafal, kalimat, dan dialek (Lahjah)
kebahasaan al-qur’an. Sedangkan tajwid, sesuai pengertiannya adalah
pengucapan huruf al-qur’an secara tertib, sesuai dengan makhraj dan
bunyi asalnya. Jadi tajwid menyangkut tata cara dan kaidah-kaidah teknis
yang dilakukan untuk memperindah bacaan Al-Qur’an.[7]
Para sahabat mempelajari cara pengucapan
Al-Quran langsung dari Rasulullah SAW, bahkan beberapa dari ‘secara resmi’
direkomendasikan oleh Rasulullah SAW sebagai rujukan sahabat lainnya dalam
pengucapan Al-Qur’an.
Diantaranya :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ خُذُوا
الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَسَالِمٍ
وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ
Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ambillah Al Quran dari empat orang
sahabatku: Abdullah bin Mas’ud, Salim, Mu’adz, dan Ubay bin Ka’ab.” (HR Al Bukhori)[8]
Diantara sahabat yang populer dengan bacaannya
adalah: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Ubay bin Ka’b, Zaid bin Tsabit,
Abu Darda, Ibnu Mas’ud, dan Abu Musa al-Asy’ary. Dari mereka inilah kebanyakan
para sahabat dan tabi’in di seluruh daerah belajar. Kemudian para tabi’in
tersebut menyebar di kota-kota besar pemerintahan Islam.[9]
Para Qari yang hafal Al-Qur’an dan terkenal
dengan hafalan serta ketelitiannya, dan menyampaikan qira’at kepada kita sesuai
dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW. Qira’at yang mutawatir
semuanya kita kutip dari para qari yang hafal Al-Qur’an dan terkenal dengan
hafalan serta ketelitiannya. Mereka
ialah imam-imam qira’at yang masyhur yang meyampaikan qira’at kepada kita
sesuai dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW. Mereka memiliki
keutamaan ilmu dan pengajaran tentang kitabullah Al-Qur’an sebagaimana sabda
Rasulullah SAW: “Sebaik-baiknya orang diantara kalian adalah orang yang
mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.[10]
Sebenarnya Imam atau guru Qira’at itu jumlahnya banyak hanya sekarang yang
populer adalah tujuh orang. Qiraat tujuh orang imam ini adalah qiraat yang
shahih dan memenuhi syarat-syarat disebut qiroaat yang shohih. Syarat tersebut
antara lain :
1.
Sesuai dengan
bahasa arab
2.
Sesuai
dengan salah satu penulisan mushaf Utsmani
3.
Bersandarkan
dari sanad atau riwayat yang shohih / kuat
B.
Biografi Imam Qira’at
Berikut ini adalah para
imam Qira’at yang terkenal dalam
sebutan Qira’at Sab’ah :
1.
Nafi’ al-Madani
Nama lengkapnya adalah Nafi’ bin Abdirrhman bin Nu’aim Al Madani. Beliau berasal dari Ashbahan dan lama tinggal di Madinah
Al-munawwaroh. Beliau lahir pada tahun 70 H dan wafat di Madinah pada tahun 169
H (785 M).[11] Ia
mempelajari Qira’at dari 70 orang tabi’in yang telah mempelajari qira’at dari Ubay bin
Ka’ab, Abdullah bin Abbas dan Abu Hurairah.[12] Qalun
(w. 220 H )danWarsy(w. 197 H ).[13]
Dua orang perawinya adalah Qalun dan Warsy. Qalun adalah Isa bin Mina bin Wardan. Ia adalah seorang guru
bahasa arab yang bergelar Abu Musa. Ia meninggal di Madinah tahun 220 H. Adapun
Warsy adalah Utsman bin Said al Mishri. Ia diberi gelar Abu Said dan diberi
julukan Warsy karena ia berkulit sangat putih. ia wafat di Mesir tahun 198 H.[14]
2.
Ibnu Katsir al-Makki
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Katsir ad Dary al Makky. Ia Lahir di Makkah tahun
45 H (665 M) dan wafat juga di
Makkah tahun 120 H (738 M). Ia pernah menjadi qadli[15]
di makkah.[16] Ia adalah imam dalam hal qira’at di Makkah, ia adalah seorang
tabi’in yang pernah hidup bersama shahabat Abdullah ibnu Jubair, Abu Ayyub
al-Anshari dan Anas ibnu Malik.[17] Karangan beliau yang terkenal adalah Tafsir
Ibnu Katsir.
Beliau mempelajari Qira’at dari Abu as-Sa’ib, Abdullah bin Sa’ib
al-Makhzumi, Mujahid bin Jabr al-Makki dan Diryas (maula Ibn ‘Abbas). Mereka
semua masing-masing menerima dari Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Umar bin
Khattab; ketiga Sahabat ini menerimanya langsung dari Rasulullah SAW.[18]
Dua orang perawinya addalah al Bazzi dan Qumbul.
Al Bazzi adalah Ahmad bin Muhammad Abul Hasan, seorang muadzin di Makkah. Ia
wafat di Makkah tahun 250 H. sedangkan Qumbul adalah Muhammad bin Abdrrahman al
Makki. Ia wafat di Makkah tahun 291 H.[19]
3.
Abu’Amr al-Basri
Nama lengkapnya Zabba bin Al Ala’ bin Ammar Al Bashri At Tamimi. Beliau adalah imam
Bashrah sekaligus ahli qiraat Bashrah. Beliau lahir di Mekkah tahun 70 H (690
M) dan wafat di Kufah pada tahun 154 H (711 M). Seorang imam lughah, adab dan qira’at.[20]
Beliau menerima Qira’at dari mujahid bin jabr. Said bin jabr yang menerima
qira’at dari Abdullah bin Abbas , yang menerima dari Ubay bin Ka’ab.[21]
Murid beliau banyak sekali, yang terkenal adalah Yahya bin Mubarak bin
Mughirah al-Yazidi (w. 202 H.) Dari Yahya inilah kedua perawi qiraat Abu ‘Amr
menerima qiraatnya, yaitu ad-Duri dan as-Susi. Ad Duri adalah Hafs bin Umar bin Abdil Azziz al Baghdadi,
sedang ad Dur adalah nama tempat
di Baghdad. Ia wafat pada 246 H. Sedang as Susi adalah Abu Syu’aib Shalih bin Ziyad ar Raqqi. Ia wafat pada 261 H.[22]
4.
Abdullah bin ‘Amir al-Syami
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Amir Al Yahshabi Asy
Syami. Beliau adalah imam
qiraat negeri Syam, lahir pada tahun 21 H (642 M), wafat pada tahun 118
H (736 M).[23]
Beliau mengambil qira’at dari Al Mughirah bin Syu’bah Al Makhzumi yang
mengambil dari Utsman bin Affan dan beliau bertemu dengan beberapa sahabat,
diantaranya adalah An Nu’man bin Basyir
dan Wailah bin Al Asqa’. Ada yang mengatakan bahwa beliau ini bertemu dengan Utsman dan
belajar kepadanya.[24]
Qira’at Ibnu Amir
diriwayatkan oleh Hisyam dan Ibnu Dzakwan. Hisyam adalah Abdul Walid bin Ammar bin Mashir ad
Dimasqi. Ia seorang qadhi di Damaskus digelari Abu Walid, wafat tahun 245 H. Sedang Ibnu Dzakwan adalah Abu Muhammad bin Abdullah bin Ahmad. Ia dilahirkan pada 137 H dan wafat di Damaskus pada 242 H.[25]
5.
‘Ashim al-Kufi
Nama lengkapnya adalah ‘Ashim bin Abi Nujud Bahddalah Al Kufi al Asady. Beliau berasal dari kufah, masih tergolong Tabi’in
dan wafat pada tahun 127 H (745 M) di Kufah.[26] Beliau menerima Qira’at dari Zurr bin Hubaisy yang belajar pada Abdullah bin Mas’ud.[27]
Di antara para muridnya yang menjadi perawi qiraatnya yang terkenal adalah
Syu’bah dan Hafsh. Syu’bah adalah Abu Bakar
bin Ayyasy bin Salim aal Kufi, wafat pada 193 H. Sedang Hafs adalah Abu Umar
bin Sulaiman al Mughirah al Kufi. Ia adalah orang terpercaya. ia wafat pada tahun
180 H.[28]
6.
Hamzah al-Kufi
Nama lengkapnya adalah Hamzah bin Habib az Zayyat. Beliau adalah imam qiraat di Kufah setelah Imam ‘Ashim. Lahir di Kufah pada tahun 80 H (700 M), wafat pada tahun 156 H (773 M) di Halwan, suatu kota
di Iraq.[29]
Beliau belajar dan mengambil qiraat pada sulaiman
bin Mihran Al A’masy yang menerima dari Yahya bin Watstsab yang menerima
daripada Zurr bin Hubaisy yang menerima dari Utsman, Ali dan Ibnu Mas’ud.[30]
Di antara para muridnya yang menjadi perawi Qira’at-nya yang terkenal
adalah Khalaf dan Khallad. Khalaf
adalah abu Muhammad bin Hisyam al Baghdadi. Ia wafat di Baghdad pada 229 H.
sedang Khallad adalah Abu Isa bin Khalid asy Syaibani al Kufi, disebut juga ibnu
Khalid ash shairafi al kufi. Ia wafat
pada tahun 220 H.[31]
7.
Al-Kisa’i al-Kufi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Hamzah bin Abdullah al Asady al Kufi. Nama panggilannya Abul Hasan. Ia seorang imam
qiraat serta nahwu dan juga lughah .Beliau lahir di Kufah,
berkediaman di Baghdad dan wafat pada tahun 189 H (805 M) di
Ranbawiyyah yaitu sebuah desa di Negeri Ray.[32]
Beliau mengambil Qira’at dari banyak ulama.
Diantaranya adalah Hamzah bin Habib al-Zayyat, Muhammad bin Abdurrahman bin Abu
Laia, ‘Ashim bin Abun Nujud, Abu Bakar bin’Ilyasy dan Ismail bin Ja’far yang
menerimanya dari Syaibah bin Nashah (guru Imam Nafi’ al-Madani), mereka semua mempunyai
sanad yang bersambung kepada Rasulullah SAW.[33] Diantara
kitabnya ialah Ma’anil Qur’an
Murid-murid Imam Kisaa’i yang dikenal sebagai perawi yang dikenal sebagai
perawi qira’at-nya adalah Abul Harits dan Hafsh ad-Duuri. Abul Harits adalah al Laits bin Khalid al
Mawarzi al Baghdadi, wafat pada tahun 240 H. Sementara hafs ad Duri adalah hafs bin Umar bin Abdil Aziz al Baghdadi. Ia wafat pada tahun 240 H.[34]
Untuk melengkapi jumlah Qira’at menjadi Qira’at‘Asyarah, maka ditambahkan
imam-imam Qira’at berikut ini :
8.
Abu Ja’far al-Madani
Nama lengkapnya adalah Yazid bin Qa’qa’ al-Makhzumi al-Madani. Nama
panggilannya Abu Ja’far. Beliau salah seorang Imam Qiraat di Madinah. Beliau wafat pada
tahun 132 H (750 M).[35]Beliau
mengambil qiraat dari Abdullah bin Abbas dan Abu Hurairah, mereka menerimanya
dari Ubay bin Ka’ab.[36]
Murid Imam Abu Ja’far yang terkenal menjadi perawi qiraatnya adalah Isa bin
Wardan (w. 160 H) dan Ibn Jammaz (w. +170 H).[37]
9.
Ya’qub al-Bashri
Nama lengkapnya adalah Ya’qub bin Ishaq bin Zaid al-Hadrani. Nama panggilannya
Muhammad. Beliau lahir di Bashrah pada tahun 117 H (735
M) dan wafat pada tempat yang sama pada tahun 225 H (820 M). Beliau seorang ahli qiroat di bashrah,
terkemuka dalam bidang “arabiyah dan adab.[38]
Beliau menerima qira’at dari Salam bin Sulaiman Ath Thawil yang
menerima dari Ashim dan Abu Amr.[39] Murid sekaligus perawi dari qiraat Imam Ya’qub yang terkenal adalah Ruwais (w. 238 H) dan Rouh (w. 234 H).[40]
10.
Khalaf Al Asyir
Nama lengkap beliau
adalah Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam al Bazzar. Seorang pemuka Qiroat, Ia
wafat tahun 229 H (844 M) di
Baghdad.[41]
Beliau menerima qira’at dari Sulaim bin Isa bin Habib az Zaiyat.[42]
Murid sekaligus perawi dari qiraat beliau yang terkenal adalah Ishaq (w. 280 H ) dan Idris
(w. 292 H )[43]
C. Hikmah Perbedaan Qiira’at
Perbedaan qira’ah tersebut tentu saja
tidak bertentangan dengan konsep orisinalitas al-qur’an karena semua itu
didukung oleh petunjuk nabi
muhammad saw. Lagi pula, selain perbedaan itu jumlahnya sangat terbatas, juga
mempunyai hikmah untuk memberikan kemudahan dalam pembacaan dan sekaligus
menunjukkan keluasan makna al-qur’an, sebagai akibat dari perbedaan qira’ah
itu.
Disisi lain, ini juga yang telah menjadi syarah
dari sebuah hadits shohih yang masyhur, yang artinya; “.....dan bacalah
al-quran yang mudah bagimu,...” atau dengan arti yang senada dengan kalimat
tersebut. Para ‘ulama memaknai kalimat dari hadist ini adalah sebagai printah
bagi kita untuk memilih qira’at yang mudah bagi kita untuk dibaca dalam sholat.
Wallaahu ‘alam!
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hafidz, Drs. Ahsin W. M.A. Kamus
Ilmu Al- Qur’a. AMZAH. Cet. I. 2005
Al Qaththan, Syaikh Manna. Pengantar
Studi Ilmu Al-qur’an. Jakarta: Pustaka Al Kautsar. 2005
Ash-Shiddieqy,Teungku
Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an.
Semarang : Pustaka Rizki Putra. 2002
------------------------------------------------------------.
Sejarah & Pengantar Ilmu
Al-Qur’an dan
Tafsir,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, Cet. II. Ed. 2. 1999
------------------------------------------------------------.
Sejarah
& Pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir. Semarang: Pustaka
Rizki Putra. Cet. II. Ed. 3. 2009
Shihab , Prof. Dr. M. Quraish, dkk. Sejarah dan ‘Ulum Al-Qur’an. Jakarta:
Pustaka Firdaus. Cet. III. 2001
S. Askar. Kamus Arab-
Indonesia. Jakarta: Senayan
Publishing. Cet. III. 2011
[1] Prof. Dr. M.
Quraish Shihab, et. al., Sejarah dan
‘Ulum Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, Cet. III, 2001, Hal. 100
[3] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
Cet. II, 2009, Hal. 66
[8] HR. Bukhari no. 4615
[10] Ibid.
[11] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang: Pustaka Rizki Putra, Cet. 2, 1999, Hal.273
[12] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 2009,
Hal.140
[13]
Teungku muhammad
hasbi ash shiddieqy, Sejarah & pengantar Ilmu
Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal. 77
[14] Syaikh Manna Al Qaththan, Pengantar Studi Ilmu
Al-qur’an, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2005, hal. 224
[16] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal.273
[17] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, Cet. 2, 2002, Hal.140
[20] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal.273
[21] Teungku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, Cet. 2, 2002, Hal.140
[23] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal. 274
[26] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal. 273
[29] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal. 274
[32] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal. 274
[35] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal. 275
[37] Teungku Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal. 77
[40] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal. 77
[41] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal. 274-275
[43] Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, Sejarah
& pengantar Ilmu Al-Qur’an & tafsir, 1999, Hal. 77
0 comments:
Post a Comment