HINDUISME
Oleh: Amriadi (Pimpinan
Islamic Research Forum)
Mukadimah
Indonesia
merupakan Negara yang meliki keberaneka ragaman budaya dan agama. Secara geografis pengaruh Hindu masih melekat
pada masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa dan Bali. Disisi lain di Indonesia sering terjadi konflik
antar umat berama, dan bahkan di Bali umat Islam di zhalimi. Dari itu supaya tidak
salah melihat mana agama Hindu
dan Islam maka diperlukan untuk melihat kembali apa itu Hindu dan apa itu
Islam.
Hindu berasal dari
India. Kata Hindu memiliki arti geografis dan digunakan untuk menggambarkan
orang yang hidup di luar sungai Sindhu atau orang yang tinggal di tanah disiram
oleh sungai Indus. Sebagian besar sejarawan mengatakan, bahwa kata Hindu
pertama kali digunakan oleh orang Arab. Beberapa sejarawan mengatakan itu
digunakan oleh Persia ketika mereka datang ke India melalui barat utara
Himalaya.[1]
Sanatana Dharma adalah nama Asli Hindu. Ajaran Dharma di
kenal dengan nama Indus Culture atau kebudayaan lembah sungai Shindu
(Indus). Di dalam pengucapan,perubahan lafadz “S” ke “H” mempengruhi ejaan
“Shindu” menjadi “Hindu” kata inilah yang di pakai sampai sekarang. Kata
sanskerta yang terdekat dengan arti kata agama adalah dharma. Dengan demikian
“Hindu Dharma” sama artinya dengan Agama Hindu, yaitu Sanatana Dharma (agama yang kekal dan abadi).[2]
Kata Islam berasal
dari akar kata Arab Salam, yang berarti damai. Hal ini juga berasal dari
kata Arab silm, yang berarti Anda patuh kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Singkatnya, Islam berarti damai yang diperoleh dengan menyerahdirikan kehendak
Anda untuk Tuhan yang Mahakuasa dan kata Islam ini terdapat di beberapa tempat
di dalam Al-Quran dan Hadist Shahih termasuk dalam Al Qur'an dalam Surat
Al-Imran Ayat 19 dan 85. Setiap orang
yang memperoleh kedamaian dengan berserah diri kepada Allah
. ia disebut sebagai seorang Muslim dan kata
ini Muslim juga ditemukan di beberapa tempat di dalam Al-Quran dan Hadist Sahih termasuk dalam Al Qur'an dalam Surat Al-
Imran 64 dan Surat Fussilat Ayat 33.[3]
Banyak orang salah
paham bahwa Islam adalah agama baru, yang muncul 1400 tahun yang lalu dan Nabi
Muhammad
adalah pendiri agama ini. Bahkan, Islam adalah
ada sejak jaman dahulu. Semenjak manusia menginjakkan kaki pertama kali di
bumi, dan Nabi Muhammad
bukanlah pendiri agama ini, tetapi dia
hanyalah utusan terakhir dan final yang dikirim oleh Tuhan Yang Maha Esa, Nabi
terakhir dan final.[4]
Hal ini tidaklah
tepat untuk mencoba dan memahami agama atau untuk mencoba dan memahami konsep
Tuhan dalam suatu agama, dengan mengamati para pengikut agama saja, karena para
pengikut agama itu bermacam-macam dan banyak sekali, mereka sendiri mungkin
tidak sadar tentang agama atau konsep Tuhan dalam agama mereka, tidaklah tepat
mengamati atau melihat tradisi atau budaya dari pengikut agama karena banyak
dari budaya dan tradisi tidak dapat menjadi bagian dari agama. Cara terbaik dan
paling otentik untuk memahami agama atau konsep Ketuhanan dalam suatu agama
adalah untuk mencoba dan memahami apa yang kitab sucinya bicarakan tentang
agama atau konsep Tuhan dalam agama itu.[5]
Sejarah Lahir
Agama Hindu
Agama Hindu adalah suatu agama yang lahir dan berkembang di India, jauh
berabad-abad sebelum Masehi. Penduduk India merupakan campuran antara penduduk
asli yang disebut bangsa Dravida dengan suku pendatang yaitu bangsa Arya yang
merupakan rumpun dari Jerman. Bangsa Arya yang memisahkan diri dari induk
bangsanya dan masuk ke India sekitar tahun 2000-1000 SM. Mereka menetap disekitar
Sungai Gangga yang dihuni oleh penduduk asli yaitu Dravida. Akibat dari
pergaulan tersebut maka lahirlah kebudayaan Hindu yang nantinya menjadi agama
Hindu.[6]
Menurut Drs. Abdullah Sinaga mengatakan bahwa Agama tertua dan terbesar di
dunia yang
merupakan hasil dari agama Brahma yang telah bercampur
dengan unsur-unsur agama Budha, kebudayaan Dravida serta filsafat India.
Perpaduan inilah yang di sebut agama Hindu. Dari itu dapat di gambarkan sebagai berikut; Agama Brahma yang berkembang
lebih kurang dari tahun 1500-500 s.M. kemudian agama Budha, yang berkembang
antara tahun 400-700 s.M. Selanjutnya baru agama Hindu yang berkembang lebih
kurang 3000 s.M.[7]
Dr. A. G. Honig mengambarkan bahwa agama Hindu bukanlah merupakan suatu
agama melainkan hasil kumpulan sejumlah agama-agama yang meliputi etika dan
kemasyarakatan.[8]
Dalam perjalanan agama Hindu dapat rumuskan sebagai proses agama Weda yang
berkembang menjadi agama Brahma dan akhirnya menjelma menjadi Agama Hindu dan
hal ini disebut dengan masa-masa agama Upanishad.[9]
Maka dari beberapa pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa bakan lahir dari
suatu pemikiran akan tetapi agama Hindu merupakan hasil dari peradaban manusia
yang meliputi bangsa, budaya, agama dan kemasyarakatan.
Konsep Tuhan
Dalam Agama Hindu
Konsep tuhan dalam agama Hindu tidak diketahui dengan jelas bagaimana
sebenarnya konsep tuhan yang harus di sembah. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan,
antara lain henoteisme, panteisme ,
monisme, monoteisme, politeisme, dan ateisme.
Menurut Sami bin Abdullah Al Maghlouth, Tuhan agama Hindu memiliki konsep monoteisme tetapi
hal ini tidak ada kejelasan dalam agama Hindu. Kemudian ada konsep tuhan Politeisme yaitu mereka berpendapat
seluruh alam jagat raya ini adalah tuhan, seperti matahari, bulan, batu pohon,
ular dan lain sebagainya adalah tuhan agama Hindu. Pada abad ke 9 sebelum
masehi para pendeta agama Hindu berpendapat konsep tuhan dalam agamanya adalah
Trimurti yaitu kekuatan Dewa Bramana sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai
pemelihara dan Dewa Siwa yang akan melebur dunia beserta isinya.[10]
Menurut orang awam yang tidak mengetahui isi kitab suci atau sejarah
agamanya akan mengatakan tuhan itu ada 10, 100, 1000 dan seterusnya, namun bagi
mereka kaum terpelajar yang mengetahui isi kitab suci agamanya akan mengatakan
bahwa tuhan dalam agama Hindu hanya satu.[11]
Ada pun konsep tuhan menurut kitab suci agama Hindu disebutkan sebagai berikut:
Dalam
mantra Yajur Veda XL. 17 “Yo Savaditye Purassa So Savaham.” Artinya
Kekuatan yang menjadi matahari bersinar itu adalah aku yang tunggal. “Ekam
Eva Adwityam Tasmad Asatah Sajjayata.” (Chadogya Upanisad VI. 21) artinya:
Ia Maha Esa, Tidak ada duanya, dari padanyalah semua makhluk tercipta.[12]
Lebih lanjut dalam kitab Upanishad
konsep tuhan disebutkan dalam Chandogya Upanishad Ch. 6 Sec. 2 V. 1 tuhan
hanya ada satu. Dalam Shvetashatara
Upanishad Ch. 6 V. 9 menyatakan bahwa Tuhan itu tidak punya ibu dan bapak,
Dia tidak punya tuan dan pelindung.
Sementara dalam Shvetashatara Upanishad Ch. 4 v. 19 menyatakan
bahwa Tuhan itu tidak ada sesuatupun yang menyerupai Dia. Dalam Shvetashatara Upanishad Ch. 4 v. 19 menyatakan bahwa Tuhan tidak bisa dilihat dan Tidak ada
orang yang mampu melihat dengan mata. Dalam kitab suci Hindu yang
paling sering dibaca orang yaitu Bhagavad Gita yaitu Bhagavat Gita
Ch. 10 V. 3 menyatakan bahwa Dia tidak dilahirkan, tak ada permulaan, Tuhan
seru sekalian alam.[13]
Dalam kitab utama Hindu
yaitu Veda atau Weda disebutkan dalam Yajurveda
Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada
rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yang berhak disembah. Yajurveda Ch. 40 V. 8
menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci. Yajurveda Ch. 40 V. 9
menyatakan bahwa “Andhatma pravishanti” artinya memasuki, dan “assambhuti”
artinya benda/alam seperti api, air, dan udara. Maksudnya mereka yg menyembah
benda/alam seperti
api, air, udara, telah masuk kedalam kegelapan. Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3 menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar. Pada Rigveda yang dianggap paling suci,
pada Rigveda Bk. 1 Hymn 64. V. 46 dinyatakan : Tuhan itu Maha Esa,
panggillah Dia dengan berbagai nama. Di Islam juga ada 99 nama
untuk Tuhan yang satu. Juga diulangi pada Rigveda
Bk. 10 Hymn 114 V. 5 menyatakan Tuhan itu satu tapi Dia disebut dengan
nama yang bermacam-macam. [14]
Pada Rigveda Bk. 2 Hymn
1 menyatakan bahwa ada 33 nama yang ditujukan pada Tuhan, diantaranya :
G
Rigveda
Bk. 2 Hymn 1 V. 3 : Brahama (pencipta), bahasa arabnya Choliq.
Umat muslim tidak keberatan kalau Allah dipanggil dengan Khalik atau Creator,
atau Brahama. Tapi kalau orang menyebutkan Brahama itu adalah
Tuhan yang berkepala 4 dengan mahkota, umat muslim sangat tidak setuju.
G
Shvetashvatara
Upanishad Ch. 4 V. 19 menyatakan tidak ada satu
makhlukpun yang
menyerupai Tuhan.
G
Rigveda
Bk. 2 Hymn 1 V. 3 : Vishnu (Wishnu) artinya Sustainer
(pemelihara alam), yang memberi rizki. Bahasa arabnya adalah “Rabb”.
Orang muslim tidak keberatan Allah disebut Rabb, Vishnu, Sustainer, Cheriser.
Yang jadi masalah adalah Vishnu adalah Tuhan yang punya 4 tangan, tiap tangan
memegang cakra, tangan kirinya memegang rumah kerang, menaiki seekor burung
garuda sambil bersandar pada gulungan ular. Umat muslim tidak bisa menerima
itu.
G
Apalagi
Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan.
G
Rigveda
Bk. 1 Hymn 1 V. 1 menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali
Tuhan yang satu.
G
Rigveda
Bk. 6 Hymn 45 V. 6 menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang
sesungguhnya”
G
Dalam
Brahama Sutra disebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yang kedua.
Tuhan tidak berbilang sama sekali”.[15]
Dalam Veda, Istilah tuhan
yang maha esa disebut dewa atau sat (kebenaran mutlak). Kata dewa
mengandung dua makna yaitu tuhan yang maha esa dan sebagai makhluk tertinggi
ciptaanya. Dijelaskan bahwa seluruh dewa berjumlah 33 yang menguasai dunia.
Seluruh dewa terdiri 8 wasu (asta wasu), 11 Ludra (Ekadasaludra),
12 Aditya (Dwadasatya) serta Indra dan Prajapati.[16]
Delapan Dewa Asta
Wasu disebutkan sebagai berikut:
1. Dewa Api yaitu Agni
atau Anala
2.
Dewa Bumi yaitu Prthiwi atau Dhawa
3.
Dewa Angin yaitu Wahyu atau Anila
4.
Dewa Langit yaitu Dyaus atau Pratyusa
5.
Dewa Matahari yaitu
Surya atau Pratyusa
6.
Dewa Antariksa yaitu Sawitri atau Aha
7.
Dewa Bulan yaitu Chandra atau Soma
8. Dewa Konstlasi
Planet yaitu Druha atau Duwa[17]
Sepuluh Dewa Ekadasaludra
disebutkan sebagai berikut:
1. Aja Ekapat
2.
Ahirbudhnya
3.
Wirupaksa
4.
Jayanta
5.
Bahurupa
6.
Aparajita
7.
Savitra
8.
Tryambaka
9.
Waiwaswata
10. Hara[18]
Duabelas Dewa Dwadasaditya
yang terdiri enam pasang dewa yang terbagi dua kelompok yaitu:
a. Kelompok Dewa
Transenden:
1.
Mitra (Sahabat)
2.
Aryaman (mengalahkan musuh)
3.
Bhaga (pemurah)
4.
Twastra (pembentuk)
5.
Pusan (Energi)
6.
Wiwaswat (gemerlapan)
b.
Kelompok Dewa Immanen:
1.
Waruna (langit)
2.
Daksa (Ahli)
3.
Amsa (yang bebas)
4.
Sawitri (pelebur)
5.
Sukra (kekuatan)
6.
Wisnu (yang meresapi)[19]
Dalam Rg Veda X. 36.14
disebutkan dewa-dewa yang datang dari berbagai penjuru dunia yang dikenal
dengan Astadikpalaka atau Dewa Dewata Nawa Sanga dengan Siwa
sebagai penguasa tengah. Dewata Nawa Sanga terdiri dari:
1. Utara :
Kuwera
2.
Timur
: Indra
3.
Selatan
: Yama
4.
Barat
: Waruna
5.
Timur
Laut : Isana
6.
Tenggara
: Agni
7.
Barat
Daya : Surya
8. Barat Laut :Wayu[20]
Dari gambaran
konsep tuhan diatas maka dapat kita simpulkan bahwa konsep agama Hindu memiliki kontradiksi antara satu dengan yang lain. Disuatu
sisi konsep tuhan agama Hindu Monoteisme namun disisi lain mereka
memiliki banyak dewa yang harus disembah. Maka tidak heran jika kita bertanya kepada orang Hindu awam
percaya berapa banyak Tuhan? Beberapa orang mungkin mengatakan 3, beberapa
orang mungkin mengatakan 100, beberapa orang mungkin mengatakan 1.000,
sementara yang lain mungkin mengatakan 33 crores, 330 juta. Tetapi jika
Anda bertanya kepada seorang Hindu terpelajar yang berpengalaman dengan tulisan
suci Hindu, dia akan memberitahu Anda bahwa dalam Hinduisme Anda harus
percaya dan menyembah hanya kepada satu Tuhan.[21]
Tapi Hindu awam,
ia percaya dalam filsafat yang dikenal sebagai panteisme, segala sesuatu
adalah Tuhan. Hindu yang awam percaya bahwa pohon adalah Tuhan, matahari adalah
Tuhan, bulan adalah Tuhan, manusia adalah Tuhan, ular adalah Tuhan. Namun apa
yang kami Muslim percayai adalah segalanya adalah milik Tuhan, segala sesuatu
milik Tuhan (GOD), 'G' 'O' 'D' dengan 's' tanda kutip (akhiran S tanda
kepemilikan); pohon milik Tuhan, matahari milik Tuhan, bulan milik Tuhan,
manusia menjadi milik Tuhan, ular itu milik Tuhan. Jadi perbedaan utama antara
Hindu awam dan Muslim awam adalah bahwa Hindu awam mengatakan segala sesuatu
adalah Tuhan, kita Muslim mengatakan segalanya adalah milik Tuhan.[22]
Kepecayaan
Dalam Agama Hindu
Dalam kepercayaan agama Hindu juga mempunyai pokok keimanan yang dibagi
menjadi 5, yang di sebut dengan Panca Sraddha; Pertama, Percaya
adanya Sang Hyang Widhi yaitu yang maha kuasa sebagai pencipta dan
pemelihara segala yang ada di alam semesta ini. Kedua, Percaya adanya atman
atau Roh Leluhur yang merupakan percikan-percikan kecil Sang Hyang Widhi
yang berada di alam makhluk hidup. Tugas atman menurut kepercyaan Hindu adalah
yang menghidupkan makhluk di alam semesta.[23]
Ketiga, Percaya adalanya
Hukum Karma Pala, yaitu perbuatan dan pala atau buah/hasil. Perbuatan
yang baik membawa hasil yang baik dan begitu juga sebaliknya. Keempat, Percaya
adanya Samsara atau Purnabawa, artinya kelahiran yang
berulang-ulang di dunia ini yang membawa akibat suka dan duka. Kelahiran akan
diikuti oleh kematian dan kematian akan diikuti kelahiran. Kelima, Peracaya
adanya moksa, yaitu kebebasan dari ikatan keduniawian, bebas dari karma
pala dan bebas dari samsara. Moksa akan tercapai setelah
manusia dapat mengakhiri keterikatan hidupnya di alam dunia ini.[24]
Konsep Wahyu
Dalam Agama Hindu
Kitab Hindu terbagi dalam 2
kategori besar, yaitu : Sruti dan Smiriti. Sruti
merupakan sesuatu yang diturunkan, yang didengar, yang dirasakan, dan yang
dipahami. Inilah yang diakui oleh cendekiawan Hindu sebagai wahyu Tuhan dan
derajatnya lebih tinggi dari kitab-kitab lain. Sruti terbagi dua yaitu :
veda
dan Upanishad. Veda
diambil dari kata sansekerta “ved” yang artinya : pengetahuan. Jadi veda
artinya: pengetahuan yang sangat mulia. Veda dianggap paling dijamin
keasliannya dan paling di kramatkan, serta dianggap bernilai wahyu dari Tuhan.
Usianya yang pasti dari kitab ini tidak ada yang tahu, ada bermacam-macam
pendapat. Dari yang bilang sudah 1310 juta tahun, sampai ada juga yang
mengatakan hanya sekitar 400 tahun saja. Siapa yang menulis, diturunkan pada
siapa, kapan pertama kali diturunkan, tidak ada yang tahu.[25]
Kitab “kelas dua” setelah Sriti
adalah Smriti. Smriti artinya ingatan. “sm” berarti
mengingat. Cendekiawan Hindu mengatakan kitab ini bukan dari Tuhan, tapi buatan
manusia sebagai petunjuk hidup sehari-hari. Ada juga kitab itihas-epik,
ada 2 epik besar yaitu : Ramayana dan Mahabarata yang mengisahkan tentang peperangan.[26]
Dilihat dari sisi sejarah kitab suci agama Hindu yang
percaya terdiri dari mula-mulanya yaitu Regveda yang timbul sekitar 1500
s.M. Penyusunan veda disusun secara beransur-ansur, sehingga bahasanya
berbeda-beda. Regveda inilah yang paling tua, yang terdiri dari 1028
halaman yaitu mengenai syair untuk memuja dewa. Kemudian dibagi kepada 10 Mandala
buku. Mandala-Mandala itu tidak sama usianya. Regveda terdiri
dari bahasa daerah, yaitu antara bahasa Indonesia dan bahasa penduduk asli
India. Sesudah masa Brahma timbullah buku lain yaitu, Samaveda, Yayurveda
dan Atharvaveda.[27]
Samaveda yaitu nyanyian yang
harus dinyanyikan oleh udgatar (pelanda) waktu menjalankan upacara.
Nyanyian-nyanyian ini terdiri dari 25 buku ditulis dalam bentuk prosa yang
disebut Tandya Maha Brahmana. Sedangkan Yayurveda yaitu buku yang
memuat doa yang diucapkan oleh advaryu, waktu menjalankan upacara dan
dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu Yayurveda putih dan Yayurveda hitam.
Sedangkan Atharvaveda terbagi atas 3 bagian yaitu; Pertama,Doa-doa
menyembuhkan penyakit, menggunakan mantera dan sebagainya. Kedua,
nyanyian sakti bagi Brahma. Ketiga, ilmu pengetahuan tentang
penciptaan manusia dan pencipataan dunia.[28]
Dengan demikian maka buku/kitab yang
dianggap suci oleh agama Hindu dapat kita simpulkan sebagai berikut:
G
Rigveda : inti weda yang berisi wirid-wirid.
G
Yajurveda : tentang mantra yang berisi
upacara-upacara tentang korban dan lain-lain (hadiah agama).
G
Samaveda : tentang melodi yang berisi
nyanyia-nyanyian memuji.
G
Atharva
veda :
formula magis yang mengandung azimat-azimat dan jampi-jampian yang berupa atau
doa sihir.[29]
Dari buku-buku
yang tercantum diatas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Mantera yaitu text
yang pokok, isinya berbagai nyanyian dan mantera suci yang dinyanyiakan oleh
para pendeta pada waktu upacara menghidangkan sajian kepada dewa-dewa.
2.
Brahmana,
yaitu tafsiran text asli tersebut. Sebab tanpa penjelasan, maka tidaka ada
artinya dalam praktek. Dengan demikian korban seseorang terhadap dewa akan
diterima dan dihapuskan dosanya.
Kitab suci
umat Hindu secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
10. Ramayana
11. Dan kitab-kitab lainnya.
Konsep Nabi
Dalam Agama Hindu
Dalam Bhagavat Gita Ch. 10 V. 3 menyatakan bahwa Dia tidak
dilahirkan, tak ada permulaan, Tuhan seru sekalian alam.[31] Tokoh pembawa agama Hindu tidak diketahui
siapa dan dari mana. Maka dari itu kita tidak menemukan konsep Nabi dalam agama
Hindu. Sami bin Abdullah menulis dalam buku Atlas Agama-Agama bahwa
Agama Hindu tidak ditemukan sejarah siapa penulis kitab sucinya dan siapa
pembawanya.[32]
Para ahli ahli perbandingan agama dan beberapa penelusuran penulis tidak
menemukan siapa pembawa agama Hindu. Tidak cukup hanya mengandalkan buku tapi penulis juga
melakukan penelusuran sampai kepada Google tetapi tidak menemukannya.
Lebih
lanjut dalam agama Hindu juga tidak diketahui siapa penulis kitab sucinya.
Namun menurut beberapa menyebutkan bahwa wahyu agama Hindu diajarkan oleh guru
ke murid secara langsung dan dihafalkan dalam bentuk prosa, sajak-sajak,
lagu-lagu, mantera-mantera, puisi dan dalam bentuk sastra lainnya. Seiring
perkembangan tokoh-tokoh atau pendeta Hindu baru menuliskan dalam bentuk buku
atau kitab suci.
Dalam
Wikipedia Indonesia Bebas terdapat seorang tokoh penyebar agama hindu yang
sampai ke Indonesia yaitu Rsi Agastya, namun dia
hanya tokoh yang berpengaruh dalam mendakwahi agama Hindu, tidak bisa disebut
sebagai Nabi atau pembawa atau pencetus agama Hindu.[33] Ada yang menarik dalam
artikel Wikipedia dan disebutkan sebagai berikut:
Sruti (artinya
"apa yang didengar") terutama mengacu kepada
kumpulan Weda, yang merupakan bentuk pustaka Hindu
tertua. Banyak umat Hindu mengagungkanWeda sebagai kebenaran abadi
yang diwahyukan kepada para resipurbakala, sementara umat yang lain tidak
menyangkutpautkan penyusunan Weda dengan Tuhan atau seseorang.
Umat Hindu meyakini kumpulanWeda sebagai pedoman bagi dunia spiritual, yang akan ada selama-lamanya, bahkan tetap ada jika
seandainya tidak pernah diwahyukan kepada para resi. Umat Hindu memiliki
kepercayaan demikian karena mengimani bahwa kebenaran spiritual dalam Weda bersifat
kekal, yang dapat terus diungkapkan dengan cara-cara yang baru.[34]
Konsep Lainya Dalam
Agama Hindu
1.
Larangan
Minuman keras dilarang dalam kitab-kitab
Hindu, misalnya Manusmriti Ch. 9 V. 235, Manusmriti Ch. 11 V. 55,
Rigveda Bk. 8 Hymn 2 V. 12, dan banyak lagi bagian yg lain. Judi dilarang dalam kitab veda
disbutkan dalam Rigveda Bk. 10 Hymn 34 V. 3. Mengundi nasib dengan
bermain dadu dilarang, disebutkan didalam beberapa tempat diantaranya Rigveda
Bk. 10 Hymn 34 V. 13. Hal-hal
yang berhubungan dengan meramal adalah dosa disebutkan dalam Manusmriti Ch.
9 V. 258.[35]
2.
Kasta
Dalam agama Hindu
terdapat kasta-kasta atau struktur social masyarakat yang terdiri dari; Bramana,
yaitu golongan para pendeta yang berhak menafsirkan veda/weda, termasuk
golongan terkemuka atau tokoh masyarakat. Kasatria, terdiri dari
perwira, tentara dan pegawai negeri (PNS). Waisya, terdiri dari saudagar
dan kaum buruh. Sudra, terdiri dari hamba sahaya dan orang-orang hina.[36]
3.
Poligami
Vishnusutra Ch. 24 V. 1
menyebutkan kalau ayahanda Sri Rama punya 4 istri. Mahabarata Anushasana
Parva Sec. 15 menyebutkan Krisna punya 16100 istri. Jika dianalisa, orang
Hindu boleh mempunyai istri berapapun ia mau, walaupun pemerintah melerangnya,
sedangkan kitab sucinya membolehkan sesukanya.[37]
4.
Ibadah
Agama Hindu
khusunya di Indonsia beribadah pada hari Jum’at sorenya. Berkumpul di Kuil atau
rumah Ibadahnya. Mula-mula mengatur nafas setelah itu membaca mantera dengan
bahasa sang yang dipuja
dan
yang dimuliakan oleh
mereka adalah alam. Kemudian diiringin dengan lagu-lagu
yang memuji tuhan. Kemudian berdiri bersama dengan mendoakan keselamatan semua
makhluk dengan menyembah. Kemudian khotbah dengan bahasa pengikutnya. Dalam
agama Hindu juga ada sembahyang setiap pagi jam 7:00 mengadakan pemujaan dengan
mengadakan pemujaan diiringi saji-sajian sebagai tanda terima kasih kepada Hyang
Widhi. Kemudian membaca doa, dan pulang ke tempat masing-masing.[38]
5.
Jihad
Hindu
juga punya konsep Jihad yang sama dengan Islam yaitu berjuang/berperang melawan
kebathilan, seperti pada Bhagavat
Gita 2 : 50 ketika Krisna menyuruh Arjuna untuk berjihad, “Berjihadlah
engkau demi memperoleh “Yoga” (syahid). Jihad itu demi kebaikan kamu, Jihadlah!
Bhagavat Gita adalah berisi nasihat
Sri Krisna kepada Arjuna di medan pertempuran. Bhagavat Gita Ch.1 V. 42-46:
Arjuna berkata pada Sri Krisna kalau ia lebih baik mati tak bersenjata tanpa
perang dari pada harus membunuh saudara sepupu (Kurawa). Bhagavat Gita Ch. 2
: 2 : Krisna berkata, “Oh Arjuna
kenapa pikiran kotor itu bisa masuk ke dalam benakmu? Kalau engkau enggan
berperang, engkau tidak akan masuk surga, kenapa engkau berkata seperti itu,
itu bisa melemahkan hatimu.”Bhagavat Gita Ch. 2 : V.31-33: Hai Arjuna, kamu
ini satria, kamu harus berperang. Dengan begitu engkau akan masuk surga, mereka
tidak.[39]
6.
Salam Dalam Agama Hindu
Untuk menjalin
hubungan yang harmonis dan mempererat persaudaraan dalam pergaulan sehari-hari
agama hindu mengajari salam persaudaraan yaitu “Om Swastyastu” digunakan
untuk memulai dan mengakhiri. Khusus untuk mengakhiri kegiatan menggunakan “Om
Santi, Santi, Santi, Om” artinya semoga damai. “OM” berasal dari symbol “A”
symbol Brahma, “U” Simbol Wisnu dan “M” symbol Syiwa, lalu
diucapkan AUM atau OM.[40]
Pada waktu mengucap
salam kedua tangan dicakup kedepan dada dengan ujung jari mengarah ke atas,
yang menerima salam sebaiknya mengucapkan “Om Swastyastu” dengan sikap
yang sama. Om artinya Tuhan, Su artinya Baik, Asti artinya
ada dan Astu artinya Semoga jadi “Om Swastyastu” artinya Semoga
selamat atas rahmat tuhan yang maha esa. Maka setiap kegiatan telah
dilaksanakan dengan saling mendoakan antara satu dengan yang lainnya.[41]
7.
Hari Besar Agama Hindu
Dalam agama Hindu
juga memiliki hari raya-hari raya seperti hari raya Galungan yang berasal dari
kata jawa kuno yang artinya Menang. Hari raya ini menurut keterangan dilakukan
pada tahun saka 804 atau 882 M. Ada hari raya Saraswati yang hari
raya terpenting agama Hindu, menurut legenda Saraswati adalah dewi/istri
Brahma, disebut juga sebagai pelindung/pelimpah pengetahuan. Kemudian
ada hari raya nyepi yang rayakan setiap tahun baru saka. Dengan tujuan memohon kepada tuhan untuk mensucikan alam
manusia dan alam semesta. Selanjutnya ada hari raya Kuningan yang
rayakan oleh umat Hindu Dharma. Perayaan ini jatuh pada hari Saniscara (sabtu),
Kliwon, Wuku Kuningan. Sabtu hari ke 7 dalam satu pekan, dengan
tujuan untuk dilindungi oleh dewa Indera.[42]
8.
Amalan Agama Hindu
Rigveda Bk. 10 Hymn 117 ayat 5
menjelaskan tentang berderma. Manusmriti
Ch. 4 ayat 222 dan Manusmriti Ch. 6
ayat 24 menyebutkan tentang puasa. Rigveda Bk. 3 Hymn 29 ayat 4
menyebutkan tentang “Ilaspad” yang artinya adalah juga baitullah,
dan juga dikatakan berada ditengah dunia “prathvi”. Kita tahu letak
Mekkah ada ditengah dunia pada daerah garis Katulistiwa. Hal yang sama Juga
disebut pada Rigveda Bk. 1 Hymn 128 V. oleh karena itu untuk masuk ke
Mekkah umat Hindu harus Islam. Tidak ada pilihan lain bagi agama Hindu selain
masuk Islam kalau ingin menjalankan ayat-ayat suci diatas.
Metode Da’wah
Kepada Agama Hindu
Metode terbaik adalah
mengajak dialog untuk
kembali ke kitab suci sebagai dasar utama ajaran agama. Karena hanya dengan kembali
ke kitab suci-lah seseorang dapat menemukan esensi sebenarnya dari ajaran
agamanya yang mungkin saja tidak pernah diketahuinya karena minimnya akses umat
ke kitab suci, dan selama ini hanya menerima saja apa yg diberikan oleh
pemimpin agama mereka. Masalahnya adalah banyaknya para pemuka agama yang
melarang umatnya untuk membaca kitab suci, membuat terhalangnya umat untuk
memahami kitab sucinya. Islam yang tidak mengenal
konsep kependetaan sebagai perantara antara umat dan Tuhannya dapat menjadi contoh
yang bagus dimana justru dengan tidak adanya konsep kependetaan itu membuat
umat Islam mempunyai akses terhadap kitab sucinya jauh lebih besar dibandingkan
umat-umat agama lainnya.[43]
Umat Islam yang tetap
menjaga bahasa arab dalam Al-Qur’an, seharusnya umat Hindu juga menghidupkan
lagi bahasa Sansekerta sebagai alat untuk memahami kitab sucinya, sebuah kitab
suci akan lebih dapat dipahami dengan benar apabila ia dibaca dan dipahami
melalui bahasa aslinya. Ia mengatakan, Jika orang Hindu memahami kitab sucinya
dengan baik, mereka akan menemukan bahwa kitab suci Hindu dan Islam sama
berbicara tentang Tuhan yang satu, mereka akan punya misi yang sama seperti yang
dikatakan oleh nabi Muhammad
, dan mereka akan percaya adanya kehidupan
setelah kematian.[44] Namun kita juga tidak
melupakan Firman Allah dalam AL-Qur’an Surat Ali Imran ayat 110.
Pertanyaan yang akan terlintas
Kalau ternyata banyak ajaran yang sama antara
Hindu dan Islam, apakah itu berarti bahwa umat Hindu juga bisa disebut Ahlul
Kitab? Jawaban ini mungkin bisa mewakili : “Dalam pandangan Islam, mungkin saja
kitab Hindu adalah dari Tuhan dan tokoh-tokohnya adalah nabi utusan Tuhan. Tapi
andai kata itu benar, itu hanya untuk masa itu saja dan untuk umat tertentu
saja, yang mana setelah nabi Muhammad datang dengan ajarannya untuk seluruh
umat manusia, itulah yang harus diikuti.” Disi lain agama Hindu juga tidak ditemukan dengan jelas
siapa tokoh pencetusnya.
Penutup
Dari gambaran konsep-konsep diatas maka dapat kita simpulkan bahwa konsep agama
Hindu memiliki kontradiksi antara satu dengan yang lain. Disuatu sisi konsep
tuhan agama Hindu Monoteisme namun disisi lain mereka memiliki banyak
dewa yang harus disembah. Maka tidak heran jika kita bertanya kepada orang Hindu awam percaya berapa
banyak Tuhan? Beberapa orang mungkin mengatakan 3, beberapa orang mungkin
mengatakan 100, beberapa orang mungkin mengatakan 1.000, sementara yang lain
mungkin mengatakan 33 crores, 330 juta.
Tetapi jika Anda bertanya kepada seorang Hindu terpelajar yang berpengalaman
dengan tulisan suci Hindu, dia akan memberitahu Anda bahwa dalam Hinduisme
Anda harus percaya dan menyembah hanya kepada satu Tuhan.
Kebanyakan umat Hindu
menganut paham Phanteism/Fantaisme (Pancaran), yaitu “Everything is
God” (semua adalah Tuhan). Matahari, bulan, bintang, bahkan ular-pun
dianggap Tuhan. Sedang umat Islam menganut paham “Everything is God’s”
(semuanya milik Tuhan). Pohon, manusia, bumi, bulan, bintang, dan lain-lain.
semua adalah milik Tuhan. Dalam Hindu “God,” dalam Islam “God’s”,
perbedaannya hanya pada “’s”. Maka jika umat Hindu & Islam sepakat pada
“’s” ini maka mereka akan bersatu.
Konsep Tuhan dalam Islam
adalah apa yang terdapat pada QS. Al-Ikhlas ayat 1-4 : Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa”
(1) Allah
tempat meminta segala sesuatu (2) Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, (3) dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia.(4).
Konsep Tuhan dalam Islam lebih rasional dan bahkan lebih Ilmiah ketimbang
dewa-dewa yang disembah dalam agama Hindu.
Dafta
Pustaka
Ahmadi, Abu, Perbandingan Agama
(Jilid 1), Surakarta: AB. Sitti Syamsiyah Sala, 1979
Al Maghlouth, Sami bin Abdullah, Athlas
Al-Adyan, terj. Syauqi Abu Khalil, Jakarta: Almahira, 2011
Djam’annuri (Ed.), Agama Kita,
Perspektif Sejarah Agama-Agama (Sebuah Pengantar), Yokyakarta: Karunia Alam
Semesta, 2000
Jirhanuddin, Perbandingan Agama
(Pengantar Studi Memahami Agama-Agama), Yogyakarta: Pustaka Fajar, 2010
Puar,
Yusuf A., Panca Agama di Indonesia, Jakarat, Pustaka Antara, 1977
Sinaga, Abdullah, Makna Agama
Terhadap Alam Fikiran Manusia, Medan, Raibow, 1987
Refernsi lain:
Id.wikipedia.org/ Rsi-Agastya
Id.wikipedia.org/hindu
Dr. Zakir Abdulkarim Naik dalam Dialog Dr
Zakir Naik Dengan Sri Sri Ravi Shankar Dalam Topik “Konsep Tuhan Dalam Hindu
Dan Islam” Bertempat di Bangalore di depan kerumunan 50000 hadirin lebih,
di Grounds Palace pada tanggal 21 Januari 2006. (MP4. File)
Zakir
Abdulkarim Naik, Similarities Between Hinduism And Islam,(sisi Persamaan
Hindu dan Islam) (Vidio)
[1] Dr. Zakir Abdulkarim Naik dalam Dialog Dr Zakir Naik
Dengan Sri Sri Ravi Shankar Dalam Topik “Konsep Tuhan Dalam Hindu Dan Islam”
Bertempat di Bangalore di depan kerumunan 50000 hadirin lebih, di Grounds
Palace pada tanggal 21 Januari 2006. (MP4. File)
[2] Djam’annuri (Ed.), Agama
Kita, Perspektif Sejarah Agama-Agama (Sebuah Pengantar), Yokyakarta:
Karunia Alam Semesta, 2000, hlm. 35
[3] Dr. Zakir Abdulkarim Naik dalam
dialog, Dr. Zakir Naik dengan Sri Sri Ravi Shankar “Konsep Tuhan Dalam Hindu Dan
Islam”
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Jirhanuddin, Perbandingan
Agama (Pengantar Studi Memahami Agama-Agama), Yogyakarta: Pustaka Fajar,
2010, hlm. 63-64
[7] Abdullah Sinaga, Makna Agama
Terhadap Alam Fikiran Manusia, Medan, Raibow, 1987, hlm. 113-114
[10] Sami bin Abdullah Al Maghlouth, Athlas
Al-Adyan, terj. Syauqi Abu Khalil, Jakarta: Almahira, 2011, hlm.484
[11] Zakir Abdulkarim Naik, Similarities
Between Hinduism And Islam, (Vidio)
[13] Dr. Zakir Abdulkarim Naik dalam
dialog, Dr. Zakir Naik dengan Sri Sri Ravi Shankar “Konsep Tuhan Dalam Hindu Dan
Islam”
[15] Bedasarkan Vidio Dr. Zakir Naik “Sisi
Persamaan Antara Hindu dan Islam”
[21] Dr. Zakir Abdulkarim Naik dalam
dialog, Dr. Zakir Naik dengan Sri Sri Ravi Shankar “Konsep Tuhan Dalam Hindu Dan
Islam”
[23] Yusuf A. Puar, Panca Agama di
Indonesia, Jakarat, Pustaka Antara, 1977, hlm. 110
[31] Dr. Zakir Abdulkarim Naik dalam
dialog, Dr. Zakir Naik dengan Sri Sri Ravi Shankar “Konsep Tuhan Dalam Hindu Dan
Islam”
[34] Id.wikipedia.org/hindu
[43]
Zakir
Abdulkarim Naik, Similarities Between Hinduism And Islam, (Vidio)
[44] Ibid
0 comments:
Post a Comment