oleh: Jaharuddin akhir*
*) Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah (STID) Mohammad Natsir
Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah (STID) Mohammad Natsir
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Ibnu Ishak mengatakan “Ayyub (Bahasa Arab
أیوب ) adalah salah seorang dari bangsa Romawi, yang mempunyai nama
lengkap ayyub bin Maush bin Rozih bin( AlAish)[1]
bin Ishak bin Ibrahim”.[2]
(sekitar1540-1420
SM) Nabi Ayyub adalah seorang nabi yang ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil
dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun
1500 SM dan Namanya disebut kan sebanyak 4 kali di dalam Al-Quran. Ia mempunyai
26 anak dan wafat di Huran, Syam.
Ayyub
dikisahkan sebagai seorang nabi yang paling sabar ketika mendapatkan cobaan dari
Tuhan, bahkan bisa dikatakan bahwa kesabarannya berada diambang puncak
kesabaran. Sering orang mengagumi kesabaran kepada Ayub.Misalnya, dikatakan:
seperti sabarnya Ayyub. Jadi, Ayyub menjadi simbol kesabaran dan cermin
kesabaran atau teladan kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap agama, dan
pada setiap budaya. Allah telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi: “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar.
Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS.
Shad: 44)” [3]
B.
Kisah
Nabi Ayyub
1.
Para Malaikat Memuji
Nabi Ayyub
Berkata
salah seorang malaikat kepada kawan-kawannya yang lagi berkumpul berbincang-bincang
tentang tingkah-laku makhluk Allah, jenis manusia di atas bumi : “Aku tidak
melihat seorang manusia yang hidup diatas bumi Allah yang lebih baik dari hamba
Allah Ayyub”. Ia adalah seorang mukmin sejati ahli ibadah yang tekun. Dari
rezeki yang luas dan harta kekayaan yang diberikan oleh Allah kepadanya, ia mengenepikan sebahagian harta itu untuk
menolong orang-orang yang memerlukan para fakir miskin. Hari-harinya terisi
penuh dengan ibadah, sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan
kurnia yang diberikan kepadanya.”Para kawanan malaikat yang mendengarkan
kata-kata pujian dan sanjungan untuk diri Ayyub mengakui kebenaran itu, bahkan
masing-masing mereka menambahkan lagi dengan menyebut beberapa sifat dan tabiat
yang lain yang ada pada diri Ayyub.
2.
Iblis Menggoda Nabi Ayyub
Sementara itu iblis
yang sedang berada tidak jauh dari tempat malaikat sedang berkumpul, mendengar
percakapan para para malaikat yang memuji-muji Nabi Ayyub as. Tentunya iblis
panas hati dan jengkel mendengar kata-kata pujian bagi seorang dari keturunan
Nabi Adam as yang ia telah bersumpah akan disesatkan ketika ia dikeluarkan dari
surga karenanya. Ia tidak rela melihat seorang dari anak cucu Nabi Adam as
menjadi seorang mukmin yang baik, ahli ibadah yang tekun dan melakukan amal
sholeh sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah SWT.
Dengan tidak menunggu
waktu lama, iblis meminja izin kepada Alloh untuk menggoda Ayyub. “Ya Tuhan!
sesungguhnya Ayyub yang senantiasa patuh dan berbakti pada-Mu, karena takut
kehilangan kenikmatan yang kau berikan kepadanya. Semua ibadah bukan karena
cinta dan ketaatannya kepada-Mu. Adaikata, Ayyub terkena musibah dan kehilangan
harta benda, serta anak-anak dan istrinya belum tentu akan taat pada-Mu.
“Sesungguhnya Ayyub
adalah hamba yang taat pada-Ku. Ayyub adalah seorang mu’min sejati. Apa yang
Ayyub lakukan semata didorong keteguhan imannya. ketaqwaannya tak tergoyahkan
oleh perubahan keduniawiannya. Cintanya pada Ku tak akan berkurang walau ditimpa
musibah apapun. Ayyub yakin, apa yang dimilikinya sewaktu waktu dapat Aku
cabut. Ayyyub bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu. Kau tak rela melihat
hamba-hamba-Ku berada di jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati dan
keyakinan Ayyub pada takdir-Ku, kuizinkan kau menggoda dan memalingkannya dari
Ku. Kerahkan sekutumu untuk menggoda Ayyub melalui harta dan keluarganya. Cerai
beraikanlah keluarganya yang damai sejahtera itu. Hingga kau tahu sampai dimana
kemampuanmu untuk menyesatkan hamba-Ku itu”.[4]
3.
Iblis Gagal Menggoda Nabi Ayyub
Iblis
segera meninggalkan rumah Ayyub dengan rasa kecewa bahawa racun hasutannya tidak
termakan oleh hati hamba Allah yang bernama Ayyub itu. Akan tetapi Iblis tidak
akan pernah berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah nyatakan di hadapan
Allah dan malaikat-Nya bahawa ia akan berusaha menyesatkan Bani Adam di mana
saja mereka berada. Ia merencanakan untuk melanjutkan usaha gangguan dan
godaannya kepada Ayyub lewat penghancuran keluarganya yang sedang hidup rukun,
damai dan saling hidup cinta mencintai dan harga menghargai. Iblis datang lagi
menghadap kepada Tuhan dan meminta izin meneruskan usahanya menggoda Ayyub.
Berkata ia kepada T uhan: “Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh hasutanku dan
sedikitpun tidak goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meskipun ia sudah
kehilangan semua kekayaannya dan kembali hidup papa dan miskin kerana ia masih
mempunyai putera-putera yang cekap yang dapat ia andalkan untuk mengembalikan
semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidupnya di hari tuanya.
Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah yang mengenai harta
kekayaannya mengenai keluarganya pula, apalagi bila ia sangat sayang dan
mencintai, maka izinkanlah aku mencoba kesabarannya dan keteguhannya kali ini
melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap keluarganya dan putera-puteranya
yang ia sangat sayang dan cintai itu.” Allah meluluskan permintaan Iblis itu
dan berfirman: “Aku mengizinkan engkau mencoba sekali lagi menggoyahkan hati
Ayyub yang penuh iman, tawakkal dan kesabaran itu dengan caramu yang lain,
namun ketahuilah bahawa engkau t idak akan berhasil mencapai tujuanmu
melemahkan iman Ayyub dan menipiskan kepercayaannya kepada-Ku.” Iblis lalu pergi bersama pembantu-pembantunya menuju tempat tinggal
putera-putera Ayyub di suatu gedung yang penuh dengan sarana-sarana kemewahan
dan kemegahan, lalu digoyangkanlah gedung itu hingga roboh berantakan menjatuhi
dan menimbuni seluruh penghuninya. Kemudian cepat -cepat lah pergi Iblis
mengunjungi Ayyub di rumahnya, menyerupai sebagai seorang dari kawan-kawan
Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan menyatakan turut berduka cita atas
musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata kepada Ayyub dalam takziahnya: “Hai
Ayyub, sudahkah engkau melihat putera-puteramu yang mati tertimbun dibawah runtuhan
gedung yang roboh akibat gempa bumi? Kiranya, wahai Ayyub, Tuhan tidak menerima
ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu sebagai imbalan bagi amal solehmu
dan sujud rukukmu siang dan malam.” Mendengar kata-kata Iblis itu, menangislah
Ayyub tersedu-sedu seraya berucap:[5]
“Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji
bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut .” Iblis keluar
meninggalkan Ayyub dalam keadaan bersujud munajat dengan rasa jengkel dan marah
kepada dirinya sendiri kerana telah gagal untuk kedua kalinya memujuk dan menghasut
Ayyub. Ia pergi menghadap Tuhan dan berkata: “Wahai Tuhan, Ayyub sudah
kehilangan semua harta benda dan seluruh kekayaannya dan hari ini ia ditinggalkan
oleh putera puteranya yang mati terbunuh di bawah runtuhan gedung yang telah kami
hancurkan, namun ia masih tetap dalam keadaan mentalnya yang kuat dan sihat .
Ia hanya menangis tersedu-sedu namun batinnya, jiwanya, iman dan kepercayaannya
kepada-Mu tidak tergoyah sama sekali. Izinkan aku mencobanya kali ini
mengganggu kesehatan badannya dan kekuatan fisikalnya, kerana jika ia sudah
jatuh sakit dan kekuatannya menjadi lumpuh, nescaya ia akan mulai malas
melakukan ibadah dan lama-kelamaan akan melalaikan kewajibannya kepada-Mu dan
menjadi lunturlah iman dan akidahnya.” Allah tetap menentang Iblis bahawa ia tidak
akan berhasil dalam usahanya menggoda Ayyub walau bagaimana pun besarnya
musibah
yang ditimpakan kepadanya dan bagaimana pun beratnya cobaan
yang dialaminya. Kerana Allah telah menetapkan dia menjadi teladan kesabaran,
keteguhan iman dan ketekunan beribadah bagi hambahamba-Nya. Allah berf irman
kepada Iblis: “Bolehlah engkau mencoba lagi usahamu mengganggu kesehatan badan
dan kekuatan fizikal Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu
dan menghamba pilihan-Ku ini.” Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya
agar menaburkan benih-benih baksil
penyakit ke dalam tubuh Ayyub. Baksil-baksil yang ditaburkan itu segera mengganyang
kesihatan Ayyub yang menjadikan ia menderita berbagai-bagai penyakit , demam panas,
batuk dan lain-lain lagi sehingga menyebabkan badannya makin lama makin kurus, tenaganya
makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi
berbintik-bintik . yang akhirnya Nabi Ayyub dijauhi oleh orang-orang sekampungnya
dan oleh kawan-kawan dekatnya, kerana penyakit Nabi Ayyub dapat menular dengan
cepat nya kepada orang-orang yang menyentuhnya atau mendekatinya. Ia menjadi
terasing daripada pergaulan orang di tempatnya dan hanya isterinyalah yang
tetap mendampinginya, merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang,
melayani segala keperluannya tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal hati
dari penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh itu. Iblis memperhatikan Ayyub dalam keadaan yang
sudah amat parah itu tidak meninggalkan adat kebiasaannya, ibadahnya, zikirnya,
ia tidak mengeluh, tidak berkecil hati, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun
dan lindungan-Nya bila ia merasakan sakit .[6]
Iblis merasa kesal hati dan jengkel melihat ketabahan hati Ayyub menanggung
derita dan kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian. Iblis kehabisan akal,
tidak tahu lagi apa usaha yang harus diterapkan untuk mencapai tujuannya
merusakkan aqidah dan iman Ayyub. Ia lalu meminta bantuan fikiran dari para
kawan-kawan pembantunya, apa yang harus dilakukan lagi untuk menyesatkan Ayyub
setelah segala usahanya gagal tidak mencapai sasarannya. Bertanya mereka
kepadanya: “ Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu yang ampuh serta kelincahanmu
menyebarkan benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang biasanya tidak
pernah sia-sia?” Seorang pembantu lain berkata: “ Engkau telah berhasil
mengeluarkan Adam dari syurga, bagaimanakah engkau lakukan itu semua sampai berhasilnya
tujuanmu itu?” “Dengan memujuk isterinya”, jawab Iblis. “Jika demikian” berkata
syaitan itu kembali, “Laksanakanlah siasat itu dan terapkanlah terhadap Ayyub, hembuskanlah
racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawat nya, namun
masih tetap patuh dan setia.” “Benarlah dan tepat fikiranmu itu,” kata Iblis,
“Hanya tinggal itulah satu-satunya jalan yang belum aku coba. Pasti kali ini
dengan cara menghasut
isterinya aku akan berhasil melaksanakan akan maksudku
selama ini.” Dengan rencana barunya pergilah Iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar
sebagai seorang kawan lelaki yang dekat dengan suaminya. Ia berkata kepada
isteri Ayyub: “Apa khabar dan bagaimana keadaan suamimu di ketika ini?” Seraya
mengarahkan jari telunjuknya ke arah suaminya, berkata isteri Ayyub kepada
Iblis itu (tamunya): “Itulah dia terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya
tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam
keadaan parah, mati tidak hidup pun tidak.” Kata-kata isteri Ayyub itu menimbulkan harapan bagi Iblis bahwa ia kali ini akan
berhasil maka diingatkanlah isteri Ayyub akan masa mudanya dimana ia hidup
dengan suaminya dalam keadaan sehat , bahagia dan makmur dan dibawakannyalah
kenang-kenangan dan kemesraan. Kemudian keluarlah Iblis dari rumah Ayyub
meninggalkan isteri Ayyub duduk termenung seorang diri, mengenangkan masa
lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraan hidupnya, membanding-bandingkannya
dengan masa dimana berbagai penderitaan dan musibah dialaminya, yang dimulai
dengan musnahnya kekayaan dan harta benda, disusul dengan kematian puteranya,
dan kemudian yang terakhirnya diikuti oleh penyakit suaminya yang parah dan
yang sangat mengerikan itu.[7]
Isteri Ayyub merasa kesepian berada di rumah sendirian bersama suaminya yang
terbaring sakit, tiada sahabat tiada kerabat, semua menjauhi mereka kerana
khuatir kejangkitan penyakit kulit Ayyub yang menular dan menjijikkan itu. Seraya
menarik nafas panjang, datanglah isteri Ayyub
mendekati suaminya yang sedang menderita
kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya seraya berkata: “Wahai Ayyub, sampai
kapankah engkau tersiksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah kekayaanmu, putera-puteramu,
sahabat-sahabatmu dan kawan-kawan terdekatmu? Oh, alangkah syahdunya masa
lampau kami, usia muda, badan sehat , sarana kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup tersedia dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali masa yang manis
itu? Mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan dari segala
penderitaan dan musibah yang berpanjangan ini.” Berkata Ayyub menjawab keluhan
isterinya: “Wahai isteriku yang kusayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan
kesejahteraan masa yang lalu, menangisi anak-anak kita yang telah mati diambil
oleh Allah dan engkau minta aku memohon kepada Allah agar dibebaskan dari kesengsaraan
dan penderitaan yang kita alami masa kini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa
lama kita menikmati masa hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu?” “Delapan
puluh tahun”, jawab isteri Ayyub. “Lalu berapa lama kita telah hidup dalam
penderit aan ini?” tanya lagi Ayyub. “Tujuh tahun”, jawab isteri Ayyub. “Aku
malu”, Ayyub melanjutkan jawabannya,” memohon dari Allah membebaskan kita dari kesengsaraan
dan penderitaan yang telah kita
alami belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah
kurniakan kepada kita. Kiranya engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan,
sehingga mulai menipis imanmu dan berkesal hati menerima taqdir dan hukum
Allah. Tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah
sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku pulih
kembali. Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan
diriku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu
untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri ditempat ini sampai Allah menentukan
taqdir-Nya.” Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, maka Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah, tiada sanak saudara, tiada
anak dan tiada isteri. Ia
bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon
rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa: “Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh
syaitan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah
mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan
perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis. Allah mewahyukan firman
kepadanya: “Hantamkanlah kakimu ketanah. Dari situ air akan memancur dan dengan
air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesehatan
dan kekuatan badanmu jika engkau gunakannya untuk minum dan mandimu.”[8]
Dengan izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah segera
Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala
rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali
menampakkan lebih sehat dan lebih kuat daripada sebelum ia menderita.
Pada saat itu isterinya yang telah diusir dan
meninggalkan dia seorang diri ditempat tinggalnya yang terasing, jauh dari
jiran, jauh dari keramaian kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada
jauh dari suaminya, namun ia hampir tidak mengenalnya kembali, kerana bukanlah Ayyub
yang ditinggalkan sakit itu yang berada didepannya, tetapi Ayyub yang muda
belia, segara bugar, sehat afiat seakan-akan tidak pernah sakit dan menderita.
Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan
rahmat dan kurnia-Nya mengembalikan kesehatan suaminya bahkan lebih baik
daripada keadaan asalnya.
Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya
seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu,
namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya dan
menyekutuinya di dalam segala duka dan deritanya. Ia bingung, hatinya
terumbang-ambingkan oleh dua perasaan, ia merasa berwajiban melaksanakan
sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan bakti itu tidak patut, kata hatinya,
menjalani hukuman yang seberat itu. Akhirnya Allah memberi jalan keluar baginya
dengan firman Allah: “Hai Ayyub, ambillah dengan tanganmu seikat rumput dan
cambuklah isterimu dengan seikat rumput itu, dan janganlah engkau melanggar
sumpahmu, maka dengan dengan demikian tertebuslah sumpahmu.”[9]
Nabi Ayyub dipilih oleh Allah sebagai Nabi dan teladan yang baik bagi hamba-hamba-Nya
dalam hal kesabaran dan keteguhan iman sehingga kini nama Ayyub disebut orang
sebagai simbol kesabaran. Orang
menyatakan , si Fulan memiliki kesabaran Ayyub dan
sebagainya. Dan Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan
saja dengan memulihkan kembali kesehatan badannya dan kekuatan fizikalnya kepada
keadaan seperti masa mudanya, bahkan dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan
kekayaan harta-bendanya dengan berlipat gandanya. Juga kepadanya dikurniakan
lagi putera-putera sebanyak yang telah hilang dan mati dalam musibah yang ia telah
alami.
Demikianlah
rahmat Tuhan dan kurnia-Nya kepada Nabi Ayyub yang telah berhasil melalui masa
ujian yang berat dengan penuh sabar, tawakkal dan beriman kepadaAllah.
4.
Masa cobaan Nabi Ayyub
Allah Azza
Wa Jalla menguji Nabi Ayyub selama 18 Tahun. Nabi Ayyub pun menyerahkan
semuanya kepada sang penguasa semesta. Allah kemudian menyembuhkannya. Dia lalu
hidup selama 70 Tahun berikutnya dan berpindah ke bagian utara syria. Saat itu,
penduduk setempat telah memeluk agama Nabi Ibrahim, tetapi mereka banyak
mengubah ajaran dakwah beliau setelah Nabi Ibrahim wafat. Dan, inilah yang
membuat Nabi Ayyub pergi kesana.[10]
[1] AlAish adalah saudara kembar Nabi Ya’qub As, Jadi Nabi Ayyub masih keponakan Nabi Yaqub As dan
sepupu Nabi Yusuf As.
[3] Cerita para nabi;ceritaislam:net
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] Ibid
[10] Sami bin Abdullah
al-Maghlust, Atlas sejarah para Nabi dan Rasul, Jakarta Timur: Almahira,
2008. hlm,137
Kisah Nabi Ayyub diatas dapat dilihat pada surat Shad ayat:
41sehingga 44, dan al-Anbiya’ ayat: 83
dan 84.
0 comments:
Post a Comment