Sunday, September 20, 2015

Perjalanan Da'wah Nabi Ayyub

oleh: Jaharuddin akhir*
*) Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam 
Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah (STID) Mohammad Natsir

PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Ibnu Ishak mengatakan “Ayyub (Bahasa Arab أیوب ) adalah salah seorang dari bangsa Romawi, yang mempunyai nama lengkap ayyub bin Maush bin Rozih bin( AlAish)[1] bin Ishak bin Ibrahim”.[2]
(sekitar1540-1420 SM) Nabi Ayyub adalah seorang nabi yang ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1500 SM dan Namanya disebut kan sebanyak 4 kali di dalam Al-Quran. Ia mempunyai 26 anak dan wafat di Huran, Syam.
Ayyub dikisahkan sebagai seorang nabi yang paling sabar ketika mendapatkan cobaan dari Tuhan, bahkan bisa dikatakan bahwa kesabarannya berada diambang puncak kesabaran. Sering orang mengagumi kesabaran kepada Ayub.Misalnya, dikatakan: seperti sabarnya Ayyub. Jadi, Ayyub menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau teladan kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap agama, dan pada setiap budaya. Allah telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi: “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad: 44)”  [3]

B.   Kisah Nabi Ayyub
1.                   Para Malaikat Memuji Nabi Ayyub
Berkata salah seorang malaikat kepada kawan-kawannya yang lagi berkumpul berbincang-bincang tentang tingkah-laku makhluk Allah, jenis manusia di atas bumi : “Aku tidak melihat seorang manusia yang hidup diatas bumi Allah yang lebih baik dari hamba Allah Ayyub”. Ia adalah seorang mukmin sejati ahli ibadah yang tekun. Dari rezeki yang luas dan harta kekayaan yang diberikan oleh Allah kepadanya, ia mengenepikan sebahagian harta itu untuk menolong orang-orang yang memerlukan para fakir miskin. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah, sujud kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan kurnia yang diberikan kepadanya.”Para kawanan malaikat yang mendengarkan kata-kata pujian dan sanjungan untuk diri Ayyub mengakui kebenaran itu, bahkan masing-masing mereka menambahkan lagi dengan menyebut beberapa sifat dan tabiat yang lain yang ada pada diri Ayyub.
2.        Iblis Menggoda Nabi Ayyub

Sementara itu iblis yang sedang berada tidak jauh dari tempat malaikat sedang berkumpul, mendengar percakapan para para malaikat yang memuji-muji Nabi Ayyub as. Tentunya iblis panas hati dan jengkel mendengar kata-kata pujian bagi seorang dari keturunan Nabi Adam as yang ia telah bersumpah akan disesatkan ketika ia dikeluarkan dari surga karenanya. Ia tidak rela melihat seorang dari anak cucu Nabi Adam as menjadi seorang mukmin yang baik, ahli ibadah yang tekun dan melakukan amal sholeh sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah SWT.
Dengan tidak menunggu waktu lama, iblis meminja izin kepada Alloh untuk menggoda Ayyub. “Ya Tuhan! sesungguhnya Ayyub yang senantiasa patuh dan berbakti pada-Mu, karena takut kehilangan kenikmatan yang kau berikan kepadanya. Semua ibadah bukan karena cinta dan ketaatannya kepada-Mu. Adaikata, Ayyub terkena musibah dan kehilangan harta benda, serta anak-anak dan istrinya belum tentu akan taat pada-Mu.
“Sesungguhnya Ayyub adalah hamba yang taat pada-Ku. Ayyub adalah seorang mu’min sejati. Apa yang Ayyub lakukan semata didorong keteguhan imannya. ketaqwaannya tak tergoyahkan oleh perubahan keduniawiannya. Cintanya pada Ku tak akan berkurang walau ditimpa musibah apapun. Ayyub yakin, apa yang dimilikinya sewaktu waktu dapat Aku cabut. Ayyyub bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu. Kau tak rela melihat hamba-hamba-Ku berada di jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati dan keyakinan Ayyub pada takdir-Ku, kuizinkan kau menggoda dan memalingkannya dari Ku. Kerahkan sekutumu untuk menggoda Ayyub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikanlah keluarganya yang damai sejahtera itu. Hingga kau tahu sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan hamba-Ku itu”.[4]

3.        Iblis Gagal Menggoda Nabi Ayyub
Iblis segera meninggalkan rumah Ayyub dengan rasa kecewa bahawa racun hasutannya tidak termakan oleh hati hamba Allah yang bernama Ayyub itu. Akan tetapi Iblis tidak akan pernah berputus asa melaksanakan sumpah yang ia telah nyatakan di hadapan Allah dan malaikat-Nya bahawa ia akan berusaha menyesatkan Bani Adam di mana saja mereka berada. Ia merencanakan untuk melanjutkan usaha gangguan dan godaannya kepada Ayyub lewat penghancuran keluarganya yang sedang hidup rukun, damai dan saling hidup cinta mencintai dan harga menghargai. Iblis datang lagi menghadap kepada Tuhan dan meminta izin meneruskan usahanya menggoda Ayyub. Berkata ia kepada T uhan: “Wahai Tuhan, Ayyub tidak termakan oleh hasutanku dan sedikitpun tidak goyah iman dan aqidahnya kepada-Mu meskipun ia sudah kehilangan semua kekayaannya dan kembali hidup papa dan miskin kerana ia masih mempunyai putera-putera yang cekap yang dapat ia andalkan untuk mengembalikan semua yang hilang itu dan menjadi sandaran serta tumpuan hidupnya di hari tuanya. Menurut perkiraanku, Ayyub tidak akan bertahan jika musibah yang mengenai harta kekayaannya mengenai keluarganya pula, apalagi bila ia sangat sayang dan mencintai, maka izinkanlah aku mencoba kesabarannya dan keteguhannya kali ini melalui godaan yang akan aku lakukan terhadap keluarganya dan putera-puteranya yang ia sangat sayang dan cintai itu.” Allah meluluskan permintaan Iblis itu dan berfirman: “Aku mengizinkan engkau mencoba sekali lagi menggoyahkan hati Ayyub yang penuh iman, tawakkal dan kesabaran itu dengan caramu yang lain, namun ketahuilah bahawa engkau t idak akan berhasil mencapai tujuanmu melemahkan iman Ayyub dan menipiskan kepercayaannya kepada-Ku.” Iblis lalu pergi bersama pembantu-pembantunya menuju tempat tinggal putera-putera Ayyub di suatu gedung yang penuh dengan sarana-sarana kemewahan dan kemegahan, lalu digoyangkanlah gedung itu hingga roboh berantakan menjatuhi dan menimbuni seluruh penghuninya. Kemudian cepat -cepat lah pergi Iblis mengunjungi Ayyub di rumahnya, menyerupai sebagai seorang dari kawan-kawan Ayyub, yang datang menyampaikan takziah dan menyatakan turut berduka cita atas musibah yang menimpa puteranya. Ia berkata kepada Ayyub dalam takziahnya: “Hai Ayyub, sudahkah engkau melihat putera-puteramu yang mati tertimbun dibawah runtuhan gedung yang roboh akibat gempa bumi? Kiranya, wahai Ayyub, Tuhan tidak menerima ibadahmu selama ini dan tidak melindungimu sebagai imbalan bagi amal solehmu dan sujud rukukmu siang dan malam.” Mendengar kata-kata Iblis itu, menangislah Ayyub tersedu-sedu seraya berucap:[5] “Allahlah yang memberi dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji bagi-Nya, Tuhan yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut .” Iblis keluar meninggalkan Ayyub dalam keadaan bersujud munajat dengan rasa jengkel dan marah kepada dirinya sendiri kerana telah gagal untuk kedua kalinya memujuk dan menghasut Ayyub. Ia pergi menghadap Tuhan dan berkata: “Wahai Tuhan, Ayyub sudah kehilangan semua harta benda dan seluruh kekayaannya dan hari ini ia ditinggalkan oleh putera puteranya yang mati terbunuh di bawah runtuhan gedung yang telah kami hancurkan, namun ia masih tetap dalam keadaan mentalnya yang kuat dan sihat . Ia hanya menangis tersedu-sedu namun batinnya, jiwanya, iman dan kepercayaannya kepada-Mu tidak tergoyah sama sekali. Izinkan aku mencobanya kali ini mengganggu kesehatan badannya dan kekuatan fisikalnya, kerana jika ia sudah jatuh sakit dan kekuatannya menjadi lumpuh, nescaya ia akan mulai malas melakukan ibadah dan lama-kelamaan akan melalaikan kewajibannya kepada-Mu dan menjadi lunturlah iman dan akidahnya.” Allah tetap menentang Iblis bahawa ia tidak akan berhasil dalam usahanya menggoda Ayyub walau bagaimana pun besarnya musibah
yang ditimpakan kepadanya dan bagaimana pun beratnya cobaan yang dialaminya. Kerana Allah telah menetapkan dia menjadi teladan kesabaran, keteguhan iman dan ketekunan beribadah bagi hambahamba-Nya. Allah berf irman kepada Iblis: “Bolehlah engkau mencoba lagi usahamu mengganggu kesehatan badan dan kekuatan fizikal Ayyub. Aku akan lihat sejauh mana kepandaianmu mengganggu dan menghamba pilihan-Ku ini.” Iblis lalu memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan benih-benih baksil penyakit ke dalam tubuh Ayyub. Baksil-baksil yang ditaburkan itu segera mengganyang kesihatan Ayyub yang menjadikan ia menderita berbagai-bagai penyakit , demam panas, batuk dan lain-lain lagi sehingga menyebabkan badannya makin lama makin kurus, tenaganya makin lemah dan wajahnya menjadi pucat tidak berdarah dan kulitnya menjadi berbintik-bintik . yang akhirnya Nabi Ayyub dijauhi oleh orang-orang sekampungnya dan oleh kawan-kawan dekatnya, kerana penyakit Nabi Ayyub dapat menular dengan cepat nya kepada orang-orang yang menyentuhnya atau mendekatinya. Ia menjadi terasing daripada pergaulan orang di tempatnya dan hanya isterinyalah yang tetap mendampinginya, merawatnya dengan penuh kesabaran dan rasa kasih sayang, melayani segala keperluannya tanpa mengeluh atau menunjukkan tanda kesal hati dari penyakit suaminya yang tidak kunjung sembuh itu. Iblis memperhatikan Ayyub dalam keadaan yang sudah amat parah itu tidak meninggalkan adat kebiasaannya, ibadahnya, zikirnya, ia tidak mengeluh, tidak berkecil hati, ia hanya menyebut nama Allah memohon ampun dan lindungan-Nya bila ia merasakan sakit .[6] Iblis merasa kesal hati dan jengkel melihat ketabahan hati Ayyub menanggung derita dan kesabarannya menerima berbagai musibah dan ujian. Iblis kehabisan akal, tidak tahu lagi apa usaha yang harus diterapkan untuk mencapai tujuannya merusakkan aqidah dan iman Ayyub. Ia lalu meminta bantuan fikiran dari para kawan-kawan pembantunya, apa yang harus dilakukan lagi untuk menyesatkan Ayyub setelah segala usahanya gagal tidak mencapai sasarannya. Bertanya mereka kepadanya: “ Di manakah kepandaianmu dan tipu dayamu yang ampuh serta kelincahanmu menyebarkan benih was-was dan ragu ke dalam hati manusia yang biasanya tidak pernah sia-sia?” Seorang pembantu lain berkata: “ Engkau telah berhasil mengeluarkan Adam dari syurga, bagaimanakah engkau lakukan itu semua sampai berhasilnya tujuanmu itu?” “Dengan memujuk isterinya”, jawab Iblis. “Jika demikian” berkata syaitan itu kembali, “Laksanakanlah siasat itu dan terapkanlah terhadap Ayyub, hembuskanlah racunmu ke telinga isterinya yang tampak sudah agak kesal merawat nya, namun masih tetap patuh dan setia.” “Benarlah dan tepat fikiranmu itu,” kata Iblis, “Hanya tinggal itulah satu-satunya jalan yang belum aku coba. Pasti kali ini dengan cara menghasut
isterinya aku akan berhasil melaksanakan akan maksudku selama ini.” Dengan rencana barunya pergilah Iblis mendatangi isteri Ayyub, menyamar sebagai seorang kawan lelaki yang dekat dengan suaminya. Ia berkata kepada isteri Ayyub: “Apa khabar dan bagaimana keadaan suamimu di ketika ini?” Seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah suaminya, berkata isteri Ayyub kepada Iblis itu (tamunya): “Itulah dia terbaring menderita kesakitan, namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir menyebut nama Allah. Ia masih berada dalam keadaan parah, mati tidak hidup pun tidak.” Kata-kata isteri Ayyub itu menimbulkan harapan bagi Iblis bahwa ia kali ini akan berhasil maka diingatkanlah isteri Ayyub akan masa mudanya dimana ia hidup dengan suaminya dalam keadaan sehat , bahagia dan makmur dan dibawakannyalah kenang-kenangan dan kemesraan. Kemudian keluarlah Iblis dari rumah Ayyub meninggalkan isteri Ayyub duduk termenung seorang diri, mengenangkan masa lampaunya, masa kejayaan suaminya dan kesejahteraan hidupnya, membanding-bandingkannya dengan masa dimana berbagai penderitaan dan musibah dialaminya, yang dimulai dengan musnahnya kekayaan dan harta benda, disusul dengan kematian puteranya, dan kemudian yang terakhirnya diikuti oleh penyakit suaminya yang parah dan yang sangat mengerikan itu.[7] Isteri Ayyub merasa kesepian berada di rumah sendirian bersama suaminya yang terbaring sakit, tiada sahabat tiada kerabat, semua menjauhi mereka kerana khuatir kejangkitan penyakit kulit Ayyub yang menular dan menjijikkan itu. Seraya menarik nafas panjang, datanglah isteri Ayyub mendekati suaminya yang sedang menderita kesakitan dan berbisik-bisik kepadanya seraya berkata: “Wahai Ayyub, sampai kapankah engkau tersiksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah kekayaanmu, putera-puteramu, sahabat-sahabatmu dan kawan-kawan terdekatmu? Oh, alangkah syahdunya masa lampau kami, usia muda, badan sehat , sarana kebahagiaan dan kesejahteraan hidup tersedia dikelilingi oleh keluarga dan terulang kembali masa yang manis itu? Mohonlah wahai Ayyub dari Tuhanmu, agar kami dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berpanjangan ini.” Berkata Ayyub menjawab keluhan isterinya: “Wahai isteriku yang kusayangi, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa yang lalu, menangisi anak-anak kita yang telah mati diambil oleh Allah dan engkau minta aku memohon kepada Allah agar dibebaskan dari kesengsaraan dan penderitaan yang kita alami masa kini. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lama kita menikmati masa hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu?” “Delapan puluh tahun”, jawab isteri Ayyub. “Lalu berapa lama kita telah hidup dalam penderit aan ini?” tanya lagi Ayyub. “Tujuh tahun”, jawab isteri Ayyub. “Aku malu”, Ayyub melanjutkan jawabannya,” memohon dari Allah membebaskan kita dari kesengsaraan dan penderitaan yang telah kita
alami belum sepanjang masa kejayaan yang telah Allah kurniakan kepada kita. Kiranya engkau telah termakan hasutan dan bujukan syaitan, sehingga mulai menipis imanmu dan berkesal hati menerima taqdir dan hukum Allah. Tunggulah ganjaranmu kelak jika aku telah
sembuh dari penyakitku dan kekuatan badanku pulih kembali. Aku akan mencambukmu seratus kali. Dan sejak detik ini aku haramkan diriku makan dan minum dari tanganmu atau menyuruh engkau melakukan sesuatu untukku. Tinggalkanlah aku seorang diri ditempat ini sampai Allah menentukan taqdir-Nya.” Setelah ditinggalkan oleh isterinya yang diusir, maka Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah, tiada sanak saudara, tiada anak dan tiada isteri. Ia
bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa: “Wahai Tuhanku, aku telah diganggu oleh syaitan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis. Allah mewahyukan firman kepadanya: “Hantamkanlah kakimu ketanah. Dari situ air akan memancur dan dengan air itu engkau akan sembuh dari semua penyakitmu dan akan pulih kembali kesehatan dan kekuatan badanmu jika engkau gunakannya untuk minum dan mandimu.”[8] Dengan izin Allah setelah dilaksanakan petunjuk Illahi itu, sembuhlah segera Nabi Ayyub dari penyakitnya, semua luka-luka kulitnya menjadi kering dan segala rasa pedih hilang, seolah-olah tidak pernah terasa olehnya. Ia bahkan kembali menampakkan lebih sehat dan lebih kuat daripada sebelum ia menderita.
 Pada saat itu isterinya yang telah diusir dan meninggalkan dia seorang diri ditempat tinggalnya yang terasing, jauh dari jiran, jauh dari keramaian kota, merasa tidak sampai hati lebih lama berada jauh dari suaminya, namun ia hampir tidak mengenalnya kembali, kerana bukanlah Ayyub yang ditinggalkan sakit itu yang berada didepannya, tetapi Ayyub yang muda belia, segara bugar, sehat afiat seakan-akan tidak pernah sakit dan menderita. Ia segera memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan kurnia-Nya mengembalikan kesehatan suaminya bahkan lebih baik daripada keadaan asalnya.
Nabi Ayyub telah bersumpah sewaktu ia mengusir isterinya akan mencambuknya seratus kali bila ia sudah sembuh. Ia merasa wajib melaksanakan sumpahnya itu, namun merasa kasihan kepada isterinya yang sudah menunjukkan kesetiaannya dan menyekutuinya di dalam segala duka dan deritanya. Ia bingung, hatinya terumbang-ambingkan oleh dua perasaan, ia merasa berwajiban melaksanakan sumpahnya, tetapi isterinya yang setia dan bakti itu tidak patut, kata hatinya, menjalani hukuman yang seberat itu. Akhirnya Allah memberi jalan keluar baginya dengan firman Allah: “Hai Ayyub, ambillah dengan tanganmu seikat rumput dan cambuklah isterimu dengan seikat rumput itu, dan janganlah engkau melanggar sumpahmu, maka dengan dengan demikian tertebuslah sumpahmu.”[9] Nabi Ayyub dipilih oleh Allah sebagai Nabi dan teladan yang baik bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman sehingga kini nama Ayyub disebut orang sebagai simbol kesabaran. Orang
menyatakan , si Fulan memiliki kesabaran Ayyub dan sebagainya. Dan Allah telah membalas kesabaran dan keteguhan iman Ayyub bukan saja dengan memulihkan kembali kesehatan badannya dan kekuatan fizikalnya kepada keadaan seperti masa mudanya, bahkan dikembalikan pula kebesaran duniawinya dan kekayaan harta-bendanya dengan berlipat gandanya. Juga kepadanya dikurniakan lagi putera-putera sebanyak yang telah hilang dan mati dalam musibah yang ia telah alami.
Demikianlah rahmat Tuhan dan kurnia-Nya kepada Nabi Ayyub yang telah berhasil melalui masa ujian yang berat dengan penuh sabar, tawakkal dan beriman kepadaAllah.



4.        Masa cobaan Nabi Ayyub
Allah Azza Wa Jalla menguji Nabi Ayyub selama 18 Tahun. Nabi Ayyub pun menyerahkan semuanya kepada sang penguasa semesta. Allah kemudian menyembuhkannya. Dia lalu hidup selama 70 Tahun berikutnya dan berpindah ke bagian utara syria. Saat itu, penduduk setempat telah memeluk agama Nabi Ibrahim, tetapi mereka banyak mengubah ajaran dakwah beliau setelah Nabi Ibrahim wafat. Dan, inilah yang membuat Nabi Ayyub pergi kesana.[10]



[1] AlAish adalah saudara kembar Nabi Ya’qub As, Jadi Nabi  Ayyub masih keponakan Nabi Yaqub As dan sepupu Nabi Yusuf As.
[2] Ibnu Katsir, Kisah para Nabi, Terj. M. Abdul Ghoffar, Jakarta: Pustaka Azzam, 2013, hlm. 307
[3] Cerita para nabi;ceritaislam:net
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] Ibid
[8] Ibnu Katsir, Kisah para Nabi, Terj. M. Abdul Ghoffar
[9] Ibid, hlm. 309 
[10] Sami bin Abdullah al-Maghlust, Atlas sejarah para Nabi dan Rasul, Jakarta Timur: Almahira, 2008. hlm,137
    Kisah Nabi Ayyub diatas dapat dilihat pada surat Shad ayat: 41sehingga  44, dan al-Anbiya’ ayat: 83 dan 84.

SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: