Oleh: Andi Marwan, A.Ma
*) Alumni Akademi Da'wah Indonesia Sambas.
A.
Sejarah
berdirinya agama budha
Agama budha lahir pada abad ke-6 sebelum maseh. Agama
budha diindia didirikan oleh siddharta
Gautama. Siddharta Gautama adalah anak seorang raja yang bernama suddhuna yang
memerintah suku syakia, ibunya bernama Maya dan Ayahnya seorang Raja di Nepal.[1]
Siddharta dilahirkan pada tahun 563 sebelum masehi[2].Tempat
lahirnya di lumbini. Istrinya bernama Gopa dan kemudian mendapat seorang anak
laki-laki yang bernama Rahula. Menuut suatu riwayat peristiwa pada tahun 531
SM, Siddharta sudah berusia 35 tahun, jadi nama budha bukan berasal dari nama
oang akan teatapi nama gelar.[3]
Beliau pergi kemana-mana untuk mencari ilmu yang sempurna, tetapi sia-sia saja. Kemudian
dia mencari jalan sendiri, dibawah pohon Bodhi Siddharta mendapatkan ilham,
menerima petunjuk bagaimana orang dapat melepaskan diri dari sam-sara(sengsara).
Peristiwa ini terjadi di Gaya, dan tempat ini kemudian disebut Bodh-Gaya,
sesudah itu Siddharta pergi ke kaci, hemdak menyebarkan ilmunya. Khutbah
pertama kali di adakan ditaman rusa di Benares. Pada tahun 480 SM Siddharta
sakit dan meninggal dunia di Kusinara pada usia 80 tahun, jenazahnya
dibakardengan upacara besar-besaran, abunya dibagikan menjadi 8 bagian dan
ditempatkan abunya ke dalam stupa istimewa yaitu kuburan dan rumah-rumah kultus
berbentuk khubbah.[4]
Maka terdapat 4 kota yang hingga sekarang masih dijadikan tempat
suci bagi pemeluk agama budha, yaitu:[5]
1.
Kapilawastu,
tempat asal budha
2.
Bodh-Gaya,
tempat menerima ilham
3.
Benares( kaci),
tempat mengajarkan agama pertama kalinya
4.
Kusinara,
tempat meninggal dunia
Adapun
Budha mempunyai beberapa sebutan yang bertalian erat dengan riwayat hidupnya:[6]
a.
Budha Gautama,
yaitu orang yang ilham
b.
Siddharta,
yaitu orang yang mencapai tujuan
c.
Cakyamuni,
yaitu orang yang bijaksana
d.
Tathagata,
yaitu orang yang mencapai kenyataan
e.
Yina, yaitu
orang yang mencapai kemenangan
Terdapat dua
mazhab besar dalam agama budha yaitu:
a.
Mazhab
Theravada, yang cenderung mempertahankan kemuriaan agama budha, yang
menggunakan kitab tripatika berbahasa pali. Biasa disebut dengan Budha aliran
selatan.
b.
Mazhab
Mahayana, yang cenderung mempertahankan makna-makna hakiki ajaran Budha,
menggunakan kitab berbahasa sansakerta. Biasa disebut dengan Budha aliran
utara.[7]
Dijawa perkembangan agama budha mencapai kejayaan keemasan pada
masa kerajaan mataram kuno di kebu, jawa tengah, pada abad ke 8 dan 9
B.
Kitab sucinya
Kitab suci dalam agama budha disebut dengan tripitaka. Tri berarti
tiga dan pitaka bermakna keranjang atau bakul, yang dimaksud dengan bakul
disini adalah keranjang hikmah[8].
Adapun yang
termuat dalam tripitaka itu adalah:
1.
Sutta Pitaka,
berisikan himpunan ajaran dan khutbah Budha Gautama. Bagian besar darinya
adalah terdiri dari dialog antara budha dengan berbagai muridnya.
2.
Vinaya Pitaka,
berisi peraturan tata hidup setiap angota biara(sangha).
3.
Abidhamma
Pitaka, berisiskan berbagai himpunan yang berisi berbagai himpunan yang
mempunyai nilai tinggi.
Kitab suci
Budha ditulis dalam bahasa “pali” yakni bahasa rakyat umum. Berbeda dengan kita
suci hindhu ditulis dengan bahasa sangsakerta yakni bahasa yang digunakan oleh
masyarakat lapisan atas.
C.
Pokok-pokok
ajaran Budha[9]
Ajaran budha bersumber dari kitab sucinya yang bernama tripitaka.
Adapun ajaran budha dapat dirangkum didalam apa yang disebut Triratna(tiga batu
permata), yaitu:
1.
Ajaran tentang
Budha
Menurut
keyakinan mereka ada banyak budha yaitu orang yang sudah mendapatkan pencerahan
Buddhi, Menurut sebagian pendapat dari umat Budha(jemaat selatan), sebelum
Budha Gautama sudah ada 23 Budha yang mendahuluinya, tetapi menurut jemaat
utara ada banyak lagi.
2.
Ajaran tentang
Dharma
Adapun yang
dimaksud dengan Dharma ialah pokok ajaran. Inti ajaran budha dirumuskan didalam
“Empat Kebenaran yang Mulia” atau disebut juga dengan “catur arya satya” itu
adalah
a.
Dukha, artinya
penderitaan. Maksudnya adalah hidup didunia ini adalah penderitaan
b.
Samudaya,
artinya penderitaan, adapun yang menyebabkan penderitaan adalah keinginan hidup
yang disebut tanha
c.
Nirodha,
artinya pemadaman. Yaitu cara memadamkan atau menghilangkan penderitaan itu
dengan jalan yang tanha.
d.
Margha yaitu
jalan untuk menghilangkan tanha.
Adapun delapan
jalan mulia atau utama ini adalah :
1.
Kepercayaan
yang benar
2.
Niat dan
pikiran yang benar
3.
Perkataan atau
permbicaraan yang benar
4.
Usaha yang
benar
5.
Kesadaran yang
benar
6.
Perbuatan yang
benar
7.
Daya upaya yang
benar
Dalam syahadat(ucapan kesaksian) agama
budha yang disebut dengan Triatna,
berbunyi:[11]
1.
Budham Saraman
Gaccahami = aku berlindng kepada Budha
2.
Dhammam Saranam
Gaccahami= aku berlindung kepada Dharma ( hukum)
3.
Sangham Saranam
Gacchami= aku berlindung kepada Sanga(biara dan pendeta)
3.
Ajaran tentang
Sanga[12]
Pengikut agama budha terbagi menjadi
dua bagian, para Bhiksu atau para Rahib dan para kaum awam. Pengikut budha yang
awam wajib menjauhi larangan-larangan sebagai berikut
a.
Dilarang
membunuh sesame mahluk
b.
Dilarang
mencuri, dsb
c.
Dialarang
berzina
d.
Dilarang
berdusta
e.
Dilarang minum
minuman yang memabukan
Sedangkan kewajiban bagi anggota
bikhsu adalah
a.
Dilarang
membunuh sesame mahluk
b.
Dilarang
mencuri, dsb
c.
Dialarang berzina
d.
Dilarang
berdusta
e.
Dilarang minum
minuman yang memabukan
f.
Dilarang makan
kecuali pada tempat tertentu
g.
Dilarang
mendatangi tempat hiburan
h.
Dilarang
bersolek
i.
Dilarang tidur
ditempat yang mewah
j.
Dilarang
menerima suap
Sepuluh larangan diatas dalam agama
budha disebut dengan Dasa Sila( sepuluh dasar). Untuk itu hanya empat hal yang
boleh dimiliki para rahib yaitu:
a.
Pakaian yang
terdari tiga potong
b.
Baki tempat
minta sedekah
c.
Tikar untuk
tidur
d.
Obat-obatan
Harun Hadiwijono mengatakan bahwa
seseorang rahib itu dilarang menikah, ia harus membujang seumur hidup nya
karena hubungan sex dianggapnya sebagai sumber dosa, kalau dilanggarmaka ia
keluar dari rahibnya.
4.
Dasar keyakinan[13]
a.
Keyakinan
terhadap Sang Hyang Adi Budha( Tuhan Esa)
b.
Keyakinan terhadap
adanya para Bodhisatwa(calon Budha yang berdiam di Nirwana Tusila) dan para
Budha
c.
Keyakinan
terhadap adanya hukum kesunyataan(hukum yang berlaku dimana-mana)
d.
Keyakinan
terhadap kitab suci
e.
Keyakinan
terhadap Nirwana
5.
Hari-hari besar
umat Budha dan salam agama Budha
a.
Hari Waisak
Hari
raya Tri Suci Waisak merupakan hari raya terbesar agama budha, dimana
memperingati tiga peristiwa penting, yakni kelahiran Sidharta, pencapaian
penerangan yang sempurna, dan pariniibbana nya sang budha. Pada dasarnya
tidak ada salam yang khusus untuk menyapa dalam agama Budha, semuanya
dikembalikan kepada kebudayaan setempat dan pribadi masing-masing. Di Indonesia
beberapa umat bdha mengucapkan salam “ Namo Budhaya” yang artinya adlam “halo”,
“apa kabar”, “ salam sejahtera”. Beberapa umat budha yang lain mengacu pada
salam yang diambil dari tradisi agama budha yang muncul di india yaitu
“Namaste” yang artinya kurang lebih “ saya memberikan salam hormat kepada
anda”.
b.
Hari Asadha
Hari
Asadha umumnya jatuh pada bulan juli, untuk memperingati Khotbah pertana Sang
Budha.[14]
c.
Hari Kathina
Hari kathina adalah haru
memperingati berakhirnya masa Vasa bagi para Biksu. Pada kesempatan tersebut
umat budha mendapatakn kesempatan untuk berdana kepada sangha dalam bentuk
jubah bikkhu, mangkok untuk menerima makanan dan obat-obatan, dan keperluan
bikkhu lainnya. Hari Kathina biasanya jatuh pada bulan Oktober.[15]
d.
Hari Magha Puja
Hari ini yang biasa diperingati pada
bulan februari,untuk memperingati 1250 arahat.[16]
e.
Sekte dalam
agama budha
Setalah Sidharta
wafat terjadi perpecahan, disebabkan karena perbedaan penafsiran terhadap
ajaran Budha. Ada kelompok yang ingi mempertahankan ajaran agama Budha apa
adanya, mereka disebut dengan Hinayana. Dan ada ula kelompok yang mendasarkan
ajaran agama Budha kepada keterangan guru mereka, mereka dikenal dengan
golongan Hamayana.
a.
Golongan
Hinayana
Aliran ini disebut Hinayana
(kendaraan atau kereta kecil), karena menurut aliran ini hanya sedikit sekali
orang-orang pilihan yang dapat sampai kemartabat Budha yang tertinggi disebut
dengan tingkatan Arahat. Aliran ini sesuai dengan keaslian ajaran Budha, mereka
tidak mengenal dewa-dewa penyelamat manusia, karenatidak dapat terdapat upacara
keagmaan dan pemujaan yang maha suci. Pokok-pokok ajaran Hinayana ialah sebagai
berikut:
ü Manusia dipandang sebagai individu dalam usahanya.
ü Tergantung pada dirinya sendiri untuk kebebasan alam ini.
ü Kunci keutamaan manusia adalah kebijaksanaan.
ü Agama sepenuhnya adalah tugas kewajiban pendeta.
ü Tipe idealnya adalah Arhat.
ü Budha dianggap seorang yang suci.
ü Membatasi do’a
ü Meninggalkan atau menolak melakuka upacara keagamaan
ü Bersikap kolot karena ingin mempertahankam yang lama
ü Tidak mengenal dewa-dewa
ü Tidak mengenal mantra-mantra
b.
Golongan
Mahayana
Golongan Mahayana berarti kereta
besar. Alasan diartikan demikian ialah karena
ia dapat menampung sebanyak-banyaknya orang yang ingin masuk Nirwana dan
ia mempunyai prinsip bahwa setiap manusia yang telah mencapai ilham dapat
menolong orang lain mencapai ilham pula. Aliran ini mulai tumbuh sekitar abad
ke-2 M. Adapun ajaran pokok aliran ini adalah
ü Dalam mencapai nirwana dapat saling menolong
ü Orang tidak sendirian dalam mencapai kelepasan
ü Kunci keutaman adalah kasih saying
ü Agama mempunya hubungan dengan kehidupan orang awanm dan pendeta
ü Tipe ideal manusia adalah orang yang telah mencapai ilham
ü Budha dipandang sebagai juru selamat
ü Melaksanakan dengan teliti hal-hal yang berhubungan dengan
metafisika
ü Mengadakan upacar keagaman
ü Melakukkan do’a kepada dewa-dewa budha
ü Ajaranya bersifat liberal
ü Mengenal dewa-dewa
D.
Konsep Tuhan
Dalam Agama Budha
Ummat Budha meyakini bahwa sidharta Gautama adalah putra tuhan.
Dialah penebus dan penanggung seluruh kesalahan-kesalahan manusia. Mereka
meyakini bahwa budha telah disempurnakan oleh inkarnasi roh Kudus pada jiwa
perwan maya.[17]
Tak
dapat dikatakan bahwa didalam ajaran agama budha seperti yang terdapat didalam
kitab-kitab Pitaka terdapat ajaran tentang tuhan atau tokoh yang dipertuhankan.
Tujuan hidup bukan kembali kepada Tuhan, melainkan masuk kedalam Nirwana,
pemadaman suasana yang tampa kemauan, tanfa perasaan tanpa keinginan, tanpa
kesadaran, suatu keadaan dimana orang tidak lagi terbakar oleh nafsunya, itulah
situasi damai.[18]
E.
Konsep Wahyu Dalam
Agama Budha
Wahyu dalam agama Budha adalah seluruh perkataan atau khotbah sang Budha
yang terdapat didalam Sutta Pitaka yang merupakan salah satu dari kitab Tri
Pitaka.[19]
Khotbah atau yang di anggap wahyu/sabda sang hyang budha Gautama yang
terdapat di Sutta Pitaka adalah manuskrip asli percakapan antara Budha dan para
muridnya.[20]
Mereka mengaku akan adahanya tuhan
yang satu, namaun pada prakteknya mereka lebih menyembah kepada para Budha (
Patung Budah)[21].
Tempat ibadah mereka adalah di Vihara, Vihara secara harpiah berarti tempat persinggahan,
merupakan tempat tinggal atau kediaman para Bikkhu.[22]
F.
Konsep Nabi
Dalam Agama Budha
Didalam agama Budha tidak dikenal istilah nabi tetapi mereka lebih
mengenal yang namanya Biksu (Bikhhu). Biksu adalah orang-orang yang melakukan
ritual peribadatan dalam agama Budha.[23]
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu,
Perbandingan Agama, semarang: Ab. Sitti Syamsyiah, 1979
Al-Maghlouth Sami
bin Abdullah,Atlas Agama-Agama,Jakarta: Al-Mahira, 2011.
Djam’annuri, Agama kita, Yogyakarta,:
Kurnia Kalam Semesta, 2002,
Hadiwijono
Harun, Agama Hindu dan Budha, Jakarta: Gunung Mulia, 2013.
Jirhanuddin, Perbandingan
Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Sinaga Abdullah, Makna Agama
terhadap Alam Fikiran Manusia, Medan: Rimbow,
1987
[1] Tim Redaksi, Ensiklopedi
Indonesia, Bandung: W. Van Hoeve, hlm. 256
[2] Jirhanuddin,Perbandingan Agama,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm.
87
[3] Abu Ahmadi, Perbandingan
Agama, semarang: Ab. Sitti Syamsyiah, 1979, hlm. 47
[4] Ibid, hlm.
48
[5] Abdullah
Sinaga, Makna Agama terhadap Alam Fikiran Manusia, Medan: Rimbow, 1987,
hlm. 165
[6] Abu Ahmadi, Perbandingan
Agama, hlm. 48
[7] Djam’annuri, Agama kita, Yogyakarta,:
Kurnia Kalam Semesta, 2002, hlm. 65
[8] Jirhanuddin,
perbandingan Agama, hlm. 91
[9] Ibid, hlm. 92
[10] Ibid, hlm. 95
[11] Jirhanuddin,Perbandingan
Agama, hlm. 95
[12] Ibid, hlm.
96
[13] Abdullah
Sinaga, Makna Agama terhadap Alam Fikiran Manusia, hlm. 167
[14] Tony Tejo, Mengenal
Agama Hindu, Budha, dan Kong HuCu, Bandung: Pionir Jaya, 2011, hlm. 91
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Sami bin Abdullah Al-Maghlouth,Atlas
Agama-Agama,Jakarta: Al-Mahira, 2011, hlm. 504
[18] Harun
Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha, Jakarta: Gunung Mulia, 2013, hlm. 101
[19] Sami bin
Abdullah Al-Maghlouth,Atlas Agama-Agama, hlm. 509
[20] Ibid.
[21] Tony Tejo, Mengenal
Agama Hindu, Budha, dan Kong HuCu, hlm. 103
0 comments:
Post a Comment