Oleh: Amriadi Al Masjidiy*
Pemerintah Aceh
merencanakan membangun lapangan Golf dengan biaya 33 Milyar. Ini suatu
pembangunan yang luar biasa untuk kegiatan olahraga. Inisiatif ini perlu kita
acungkan jempol untuk pemerintah Aceh. Karena golf ini merupakan olahraga
paling elite untuk lapangannnya. Biasanya swasta yang membangun demikian, tapi
ini pemerintah aceh yang ingin membangun sendiri lapangan Golfnya sampai 33 M.
Sudah barang tentu ini adalah suatu yang membanggakan rakyat Aceh, membuat para
wisatawan untuk datang ke Aceh, membuat anak-anak dari provinsi lain juga untuk
berkunjung ke Aceh walau hanya sekedar main Golf. Menarik orang luar semacam
ini tentu hal yang luar biasa bagi masyarakat Aceh itu sendiri.
Menariknya lagi,
inisiatif ini ada ketika di Aceh lagi ada kelompok yang menuntut keadilan
terhadap pemerintah Aceh. Sebut saja Din Minimi yang lagi heboh di Aceh. Hal
ini menandakan pemerintah Aceh serius dalam membangun kesejahteraan rakyat
Aceh. Karena permainan Golf yang elit ini akan meningkatkan pendapatan untuk
Aceh. Tentu hal ini sangat tidak sia-sia di suatu sisi. Namun bagaimana dengan
sisi yang lain. Maka dari itu saya membawa leuhop (lumpur, dalam bahasa
Indonesia) kedalam tulisan ini.
Apa hubungannya antara
Golf dengan leuhop? Saat ini suasana di Aceh selain sibuk membahas Din
Minimi, baku tembak, sabu-sabu dan yang lainnya, ada hal hampir lupa kita
perhatian yaitu suasana hujan saat ini. Menurut Informasi di Serambi Indonesia
terdapat 1.191 rumah terendam banjir dan bahkan banyak rumah dan fasilitas
lainnya yang rusak di Aceh Besar, Pidie dan Aceh Timur.
(http://aceh.tribunnews.com, 28 Januari 2016).
Maka dari itu persoalan
hujan dan banjir ini, sudah barang tentu harus mendapat perhatian lebih dari
pemerintah saat ini ketimbang Golf. Jika hal ini tidak diperhatiankan oleh
pemerintah sama dengan pemerintah ingin membuat banyak Din Minimi lain di Aceh.
Perkara ini bukan perkara yang tidak serius, karena di Aceh masih banyak rakyat
yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ketimbang mempercepat membangun lapangan
Golf, lebih baik dana 33 M itu di salurkan kepada masyarakat yang lagi tertimpa
musibah banjir di Aceh, memperhatikan Anak Yatim dan Janda, memperhatikan
mantan kombatan GAM (Gerakkan Aceh Mardeka) dan sudah tentu mensejahterakan
rakyat Aceh pada umumnya. Hal ini merupakan kewajiban bagi pejabat-pejabat yang
duduk di kursi kepemerintahan Aceh.
Jika pemerintah tetap
membangun lapangan Golf tanpa peduli terhadap rakyat miskin. Maka hal ini yang
terjadi. Ketika anak-anak elit bisa main Golf, maka anak-anak miskin hanya
mampu main leuhop. Ketika anak Yatim melihat anak elit main Golf mereka
hanya mampu kap jaroe, ile ie babah (gigit jari, keluar air liur di
mulut) karena mau main Golf sudah tentu setelah main mereka harus makan batu
lataran tidak punya uang untuk makan. Dan ini juga akan semakin memisahkan
antara si kaya dengan si miskin di Aceh, yang kaya main Golf yang miskin
walaupun sudah ile ie babah hawa meuen seperti orang yang mengidam buah
manga tetapi tetap tidak bisa mendapatkannya.
Organisasi Masyarakat
Al Kahar membuat tanda tangan petisi agar anggaran 33 M itu tidak di alokasikan
untuk pembangunan lapangan Golf. Karena menurut mereka, “Merenovasi lapangan golf bukanlah waktu
yang tepat dilakukan. Membangun infrastuktur, menyediakan lapang kerja yang ril
serta mengentaskan kemiskinan adalah hal yang harus diutamakan”. (lihat di https://www.change.org)
Petisi yang dibuat oleh Organisai tersebut sampai tulisan ini dibuat baru
memcapai 13 akun yang berpartisipasi didalamnya, silahkan di lihat di https://www.change.org/p/ormas-al-kahar-pak-mendagri-coret-alokasi-anggaran-aceh-rp-33-m-untuk-lapangan-golf.
Karenanya saya sangat
menyarankan agar pemerintah Aceh untuk mengurung niatnya membangun lapangan
Golf di Aceh. Karena yang takutkan, ini termasuk kejahatan sosial yang
terstruktur. Apalagi jika kita lihat masyarakat Aceh sangat sedikit yang mampu
main Golf. Kalau tidak mau dikatakan tidak ada. Sekali lagi, kalau kaum elit
merasa mampu dan ingin mengikuti olimpiade Golf silahkan datang ke tempat lain
untuk ikut latihan main Golf tanpa harus membuat lapangannya di Aceh. Semoga saja
mereka akan menjadi pemenang di Olimpiade Golf nanti dan sudah tentu akan
membawa harum nama negeri ini di mata dunia.
Daripada membangun
lapangan Golf di Aceh, pemerintah lebih baik membangun lapangan olahraga
seperti lapangan olahraga Berkuda, Berenang dan Memanah karena Aceh merupakan
daerah yang notabene syariat Islam yang kuat, karena ketiga olahraga tersebut
adalah olahraga anjuran dari Baginda Nabi Muhammad SAW. “Ajarilah anakmu
berkuda, memanah dan berenang”. Apalagi untuk membangun lapangan olahraga
tersebut tidak menghabiskan biaya sampai puluhan Milyar. Karena itu saya
sarankan untuk membangun lapangan tersebut.
*) Penulis adalah
pemerhti masalah lingkungan, saat ini aktif dalam Olahraga Memanah di Sahabat
Archery Bekasi, bagi Anda yang tinggal di seputaran Bekasi dan ingin mengikuti
Olahraga tersebut silahkan menghubungi saya lewat E-Mail: amriadicyber@gmail.com
atau bisa juga menggunjungi http://sahabatarchery.blogspot.com
artikel ini telah di muat di Aceh Trend dimuat juga di AJNN.NET dan KAO namun tulisan saya diedit 80% dan menghilangkan maksud dan tujuan dari tulisan ini.
0 comments:
Post a Comment