Tuesday, February 2, 2016

Golf dan Leuhop di Aceh



Oleh: Amriadi Al Masjidiy*

Pemerintah Aceh merencanakan membangun lapangan Golf dengan biaya 33 Milyar. Ini suatu pembangunan yang luar biasa untuk kegiatan olahraga. Inisiatif ini perlu kita acungkan jempol untuk pemerintah Aceh. Karena golf ini merupakan olahraga paling elite untuk lapangannnya. Biasanya swasta yang membangun demikian, tapi ini pemerintah aceh yang ingin membangun sendiri lapangan Golfnya sampai 33 M. Sudah barang tentu ini adalah suatu yang membanggakan rakyat Aceh, membuat para wisatawan untuk datang ke Aceh, membuat anak-anak dari provinsi lain juga untuk berkunjung ke Aceh walau hanya sekedar main Golf. Menarik orang luar semacam ini tentu hal yang luar biasa bagi masyarakat Aceh itu sendiri.
Menariknya lagi, inisiatif ini ada ketika di Aceh lagi ada kelompok yang menuntut keadilan terhadap pemerintah Aceh. Sebut saja Din Minimi yang lagi heboh di Aceh. Hal ini menandakan pemerintah Aceh serius dalam membangun kesejahteraan rakyat Aceh. Karena permainan Golf yang elit ini akan meningkatkan pendapatan untuk Aceh. Tentu hal ini sangat tidak sia-sia di suatu sisi. Namun bagaimana dengan sisi yang lain. Maka dari itu saya membawa leuhop (lumpur, dalam bahasa Indonesia) kedalam tulisan ini.
Apa hubungannya antara Golf dengan leuhop? Saat ini suasana di Aceh selain sibuk membahas Din Minimi, baku tembak, sabu-sabu dan yang lainnya, ada hal hampir lupa kita perhatian yaitu suasana hujan saat ini. Menurut Informasi di Serambi Indonesia terdapat 1.191 rumah terendam banjir dan bahkan banyak rumah dan fasilitas lainnya yang rusak di Aceh Besar, Pidie dan Aceh Timur. (http://aceh.tribunnews.com, 28 Januari 2016).
Maka dari itu persoalan hujan dan banjir ini, sudah barang tentu harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah saat ini ketimbang Golf. Jika hal ini tidak diperhatiankan oleh pemerintah sama dengan pemerintah ingin membuat banyak Din Minimi lain di Aceh. Perkara ini bukan perkara yang tidak serius, karena di Aceh masih banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Ketimbang mempercepat membangun lapangan Golf, lebih baik dana 33 M itu di salurkan kepada masyarakat yang lagi tertimpa musibah banjir di Aceh, memperhatikan Anak Yatim dan Janda, memperhatikan mantan kombatan GAM (Gerakkan Aceh Mardeka) dan sudah tentu mensejahterakan rakyat Aceh pada umumnya. Hal ini merupakan kewajiban bagi pejabat-pejabat yang duduk di kursi kepemerintahan Aceh.
Jika pemerintah tetap membangun lapangan Golf tanpa peduli terhadap rakyat miskin. Maka hal ini yang terjadi. Ketika anak-anak elit bisa main Golf, maka anak-anak miskin hanya mampu main leuhop. Ketika anak Yatim melihat anak elit main Golf mereka hanya mampu kap jaroe, ile ie babah (gigit jari, keluar air liur di mulut) karena mau main Golf sudah tentu setelah main mereka harus makan batu lataran tidak punya uang untuk makan. Dan ini juga akan semakin memisahkan antara si kaya dengan si miskin di Aceh, yang kaya main Golf yang miskin walaupun sudah ile ie babah hawa meuen seperti orang yang mengidam buah manga tetapi tetap tidak bisa mendapatkannya.
Organisasi Masyarakat Al Kahar membuat tanda tangan petisi agar anggaran 33 M itu tidak di alokasikan untuk pembangunan lapangan Golf. Karena menurut mereka, Merenovasi lapangan golf bukanlah waktu yang tepat dilakukan. Membangun infrastuktur, menyediakan lapang kerja yang ril serta mengentaskan kemiskinan adalah hal yang harus diutamakan”. (lihat di https://www.change.org) Petisi yang dibuat oleh Organisai tersebut sampai tulisan ini dibuat baru memcapai 13 akun yang berpartisipasi didalamnya, silahkan di lihat di https://www.change.org/p/ormas-al-kahar-pak-mendagri-coret-alokasi-anggaran-aceh-rp-33-m-untuk-lapangan-golf.
Karenanya saya sangat menyarankan agar pemerintah Aceh untuk mengurung niatnya membangun lapangan Golf di Aceh. Karena yang takutkan, ini termasuk kejahatan sosial yang terstruktur. Apalagi jika kita lihat masyarakat Aceh sangat sedikit yang mampu main Golf. Kalau tidak mau dikatakan tidak ada. Sekali lagi, kalau kaum elit merasa mampu dan ingin mengikuti olimpiade Golf silahkan datang ke tempat lain untuk ikut latihan main Golf tanpa harus membuat lapangannya di Aceh. Semoga saja mereka akan menjadi pemenang di Olimpiade Golf nanti dan sudah tentu akan membawa harum nama negeri ini di mata dunia.
Daripada membangun lapangan Golf di Aceh, pemerintah lebih baik membangun lapangan olahraga seperti lapangan olahraga Berkuda, Berenang dan Memanah karena Aceh merupakan daerah yang notabene syariat Islam yang kuat, karena ketiga olahraga tersebut adalah olahraga anjuran dari Baginda Nabi Muhammad SAW. “Ajarilah anakmu berkuda, memanah dan berenang”. Apalagi untuk membangun lapangan olahraga tersebut tidak menghabiskan biaya sampai puluhan Milyar. Karena itu saya sarankan untuk membangun lapangan tersebut.
*) Penulis adalah pemerhti masalah lingkungan, saat ini aktif dalam Olahraga Memanah di Sahabat Archery Bekasi, bagi Anda yang tinggal di seputaran Bekasi dan ingin mengikuti Olahraga tersebut silahkan menghubungi saya lewat E-Mail: amriadicyber@gmail.com atau bisa juga menggunjungi http://sahabatarchery.blogspot.com

 artikel ini telah di muat di Aceh Trend dimuat juga di AJNN.NET dan KAO namun tulisan saya diedit 80% dan menghilangkan maksud dan tujuan dari tulisan ini.

SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: