Berawal saya aktif bersama teman-teman penggiat bank sampah ketika melihat hal yang tepat untuk mengatasi masalah sampah. Karena Islam itu sendiri mengajarkan kepada kita untuk menjaga kebersihan, maka dari itu saya aktif di bank sampah sambil melakukan pembinaan masyarakat di dalamnya. Gerakkan kami di bank sampah ternyata sampai juga ketelinga wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu sehingga Direktur Bank Sampah Pelopor Mandiri (waktu itu bernama Bank Sampah Safa Mandiri) dapat bersilaturrahim ke tempat kediamannya. Pertemuan dengan Ahmad Syaikhu memberikan dampak positif kepada kami dalam mengelola sampah, kerena beliau memberikan arahan dan data-data pengelolaan sampah kepada kami.
Disebutkan dalam UU No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah kemudian PP No. 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Acara tersebut memberikan perspektif baru dalam model pengelolaan sampah untuk mengurangi volume sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle).
Reduce yaitu segala aktivitas yang mampu mencegahnya timbulnya sampah. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan kembali barang yang sudah jadi sampah dengan menjadikannya kembali kedalam bentuk yang sama atau kedalam bentuk lain. Misalnya botol air mineral kembali digunakan untuk mengisi minyak goreng atau digunakan untuk pot bunga dan tanaman.
Reuse yaitu segala aktivitas yang mampu mengurangi timbulnya sampah. Mengurangi sampah tentu sangat berat dilakukan karena dalam aktivitas kita sehari adalah tukang produksi sampah. Oleh karena itu setelah kita mencegah timbulnya sampah kemudian kita mengurangi sampah yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membeli produk yang tidak terlalu banyak menghasilkan sampah. Atau paling tidak dapat digunakan kembali kedalam bentuk lain, atau produk yang dapat diisi ulang (refill).
Sementara Recycle adalah kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan produk baru. Model ini lebih tepat membeli produk yang bisa di daur ulang atau produk yang bisa diurai. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga instansi teknis, dengan tanggung jawab utamanya sebagai penyedia prasana dan sarana umum di perkotaan dan perdesaan telah melihat adanya kebutuhan metode-metode baru untuk mencari solusi atas masalah pengelolaan sampah ini. Karena itu sudah sejak bertahun tahun yang lalu departemen ini juga menerapkan kosep 3 R, yaitu Reduce (mengurangi volume), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (mendaur ulang). Dengan kombinasi konsep 3 R ini maka paradigma pengelolaan sampah dapat berkembang menjadi; minimalkan, kumpulkan, pilah-pilah, olah, angkut dan buang sisanya, silahkan dilihat selengkapnya di sini. ( http://www.pu.go.id/isustrategis/view/4)
Dari konsep 3 R diatas masih tersisa sampah yang harus dibawa ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sedangkan TPA yang dibangun oleh pemerintah seperti di Jakarta dan Bandung mengalami beberapa masalah seperti izin kontrak dengan warga setempat, runtuh karena lonsor dan masalah lainnya, seperti yang dilansir pu.go.id.
Masih menurut pu.go.id “produksi sampah yang dihasilkan oleh dua kota besar di Indonesia yaitu Jakarta dan Bandung. Setiap hari Jakarta menghasilkan sampah (rumah tangga dan industri) sebanyak 25.687 m2. Apabila diasumsikan tinggi timbulan sampah setinggi 4-5 m maka jumlah tersebut ekuivalen dengan kebutuhan luasan lahan 5.000 m2 hingga 6.500 m2 untuk menampungnya. Sedangkan kota Bandung, memproduksi sampah sebanyak 7.500 m2, sehingga dibutuhan luasan lahan 1.500 m2 hingga 1.900 m2 untuk menampungnya. Dengan gambaran ini maka patutlah kita bertanya kepada diri kita masing-masing: relakah kita menjadikan lahan terbuka yang semakin langka di sekitar lingkungan tinggal kita, hanya untuk menimbun sampah? Lalu dimana anak cucu kita nanti akan bermain?”
Apa yang dapat kita lakukan di rumah kita masing-masing. Pertama pilah sampah menjadi tiga bagian besar yaitu Pertama; sampah Non Organik seperti Kertas, Plastik, Gelas/botol/beling, Logam, kaleng, besi, seng, Karet, Potongan lainnya. Kedua; Sampah Organik seperti sisa makanan, Sayur-sayuran, dedaunan dan lain-lain. Ketiga; Sampah mengandung B3 seperti Baterai bekas, Jarum refill tinta printer Dan lain-lain. (bisa dilihat; http://reynardie.blogspot.com)
Menurut salah satu lembaga gerakkan bebas sampah 2020, “Waste 4 Change (W4C) siap memproses sampah di Material Recovery Facility (MRF), di mana sampah akan dipilah berdasarkan kategorinya dengan lebih detail. Hasil pilahan sampah yang sudah dikategorikan akan kami berikan kepada pihak yang dapat menyalurkan sampah untuk didaur ulang, seperti bandar sampah atau langsung ke industri yang membutuhkan bahan daur ulang. Sampah yang tidak dapat didaur ulang akan dibuang di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) milik pemerintah setempat,” di kutip dari W4C (www.waste4change.com)
R satu lagi adalah Reenergi yaitu menjadikan sampah kedalam bentuk energi seperti wacana rancangan Bank Sampah Pelopor Mandiri di Kota Bekasi, yang menginginkan agar sampah berharga tinggi. Hal ini bukan tidak mungkin dilakukan karena Negara-negara seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat dan beberapa Negara maju lain telah mempraktekkan kedalam hal ini. Tulisan saya sebelumnya yang bertajuk “Bank Sampah Untuk Bebaskan Sampah 2020” saya mengutip tulisan Pimpinan KEREN yang menyatakan bahwa Sampah bisa diolah menjadi bahan bakar layaknya Minyak Tanah, Solar, Bensin dan juga Bioaktivator.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dr. Eng. Bayu Indrawan, SE, ST, MT selaku Director of Indonesia Center for Waste Management di Surya University yaitu “Teknologi konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak ini merupakan teknologi yang menggunakan mekanisme pirolisis. Yaitu, proses degradasi termal dengan cara memanaskan plastik tanpa oksigen dalam kondisi tekanan atmosfir pada temperatur sekitar 370-420 derajat C. Pada temperatur tersebut plastik akan mencair dan berubah menjadi gas, sehingga rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai pendek. Langkah berikutnya yang mesti dilakukan setelah itu adalah proses pendinginan gas tersebut, sehingga akan terkondensasi dan berubah menjadi cairan. Cairan inilah yang nantinya menjadi bahan bakar minyak, baik berupa minyak tanah, solar maupun bensin.” Dikutip dari olahsampah.com 2/2/2016
Pengolahan sampah semacam ini tentunya akan memudahkan mendapatkan bahan bakar yang sekarang harganya sangat tinggi. Inilah yang menyebabkan kami dari KEREN beberapa kali mengadakan pelatihan pembuatan bahan bakar dari air dan sampah. Selain itu ada juga pelatihan KEREN yang berbasis olah sampah menjadi Bioaktivator, yang memiliki puluhan turunan lainnya.
Untuk memudahkan pengolahan sampah baik kedalam bentuk Recycle atau kedalam bentuk Reenergy tentunya sampah harus dipisah dan dipilah terlebih dahulu. Kemudian baru dikembangkan kedalam bentuk lain. Seperti inilah yang dilakukan oleh Bank Sampah dan penggerakan masalah lingkungan di seluruh Indonesia. Hal ini bisa diwujubkan jika kita semua bisa bekerjasama dalam menangani masalah sampah di seluruh Indonesia.
Artikel ini telah di muat di Aceh Trend
0 comments:
Post a Comment