Wednesday, August 24, 2016

Sejarah Kolonialisasi Belanda Terhadap Bangsa Indonesia

Image result for belanda di indonesia
Sejarah Kolonialisasi Belanda Terhadap Bangsa Indonesia
Oleh: Ismail & Sandri
(Mahasiswa STID Mohammad Natsir Jakarta) 
A.              Situasi Dan Kondisi Bangsa Indonesia Ketika Kedatangan Belanda
Saat kedatangan Balanda ke Indonesia, keadaan kerajaan-keraan Islam yang ada di Indonesia masih berbeda-beda, bukan hanya hanya berbeda dalam hal kemajuan politik tapi juga proses Islamisasinya. Di Sumatra, penduduknya sudah sekitar tiga abad memeluk agama Islam, sementara di Maluku dan Sulawesi proses Islamisasi baru saja berlangsung.[1]
Selat Malaka yang kala itu menjadi pusat perdagangan rempah-rempah menjadi prjuangan segi tiga: Aceh, Portugis dan Johor yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Malaka Islam. Aceh tampaknya mulai  dominan terutama karena para pedagang muslim menghindar dari Malaka dan lebih memilih Aceh sebagai pelabuhan transit. [2]
Sumatra bagian Utara telah Aceh kuasai, setelah itu Aceh berusaha menguasai Jambi yang kala itu dijadikan pelabuhan pengekspor lada yang banyak dihasilkan dari pedalaman, seperti Minangkabau, dan yang diangkut lewat sungai Indragiri, Kampar dan Batanghari. Jambi yang ketika itu sudah Islam, juga merupakan pelabuhan transit, tempat beras dan bahan-bahan lain dari jawa, Cina, India, dan lain-lain yang di ekspor ke malaka. Selain itu, ekspansi Aceh ketika itu berhasil menguasai perdagangan pantai barat Sumatra dan mencakup Tiku, Pariaman, dan Bengkulu.[3]
Dimasa itu, Aceh sedang berada pada masa gemilangnya, dibawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Setelah Sultan Iskandar Muda meninggal, lalu digantikan oleh Sultan Iskandar Tsani. Sepeninggal Sultan Iskandar Tsani, maka kepemimpinan dipegang oleh tiga orang wanita selama 59 tahun secara berturut-turut. Nah, pada saat itulah Aceh mulai mengalami kemunduran yang ditandai dengan adanya beberapa daerah yang memisahkan diri dari kekuasaannya.[4]
Meskipun seperti itu, Aceh masih tetap bisa mempertahankan kekuasaannya dari kekuasaan asing yang mengusiknya, dan tidak seperti kerajaan lainnya yang sudah berjatuhan ketangan penjajah seperti kerajaan Minangkabau, Jambi, Riau dan Palembang.
Di pulau Jawa sendiri, pusat kerajaan islam telah berpindah dari pesisir ke pedalaman, yaitu dari Demak ke Pajang kemudian ke Mataram. Hal ini sangat berpengaruh dalam menentukan perkembangan Islam di tanah Jawa.[5]
Pada tahun 1619, seluruh jawa Timur Praktis sudah berada dibawah kekuasaan Mataram, yang ketika itu berada dibawah pemerintahan Sultan Agung. Pada masa inilah kontak-kontak bersenjata mulai terjadi antara Mataram melawan VOC. Akibat politik  Mataram, pelabuhan-pelabuhan di Jawa Timur menjadi merosot dan muncullah Makasar  sebagai pusat perdagangan membuat jaringan perdagangan dan rute pelayaran Indonesia bergeser. Sehubungan dengan perubahan tersebut, Banten dan saingannya, Sunda Kelapa, bertambah strategis.[6]
Di Sulawesi, karena letak Makasar yang strategis, yaitu tempat persinggahan ke maluku, Filipina, Cina, petani, Kepulauan Nusa Tenggara, dan kepulauan Indonesia bagian barat maka membuat pelabuhan yang baru ini menjadi berkembang pesat. Selain itu, ada faktor-faktor lain yang mempercepat perkembangannya. Pertama, pendudukan Malaka oleh Portugis mengakibatkan terjadinya migrasi pedagang Melayu, antara lain adalah ke makasar. Kedua, arus migrasi Melayu bertambah besar setelah Aceh mengadakan ekspedisi terus-menerus ke Johor dan pelabuhan-pelabuhan di semenanjung Melayu. Keriga, blokade Belanda terhadap Malaka yang dihindari oleh pedagang-pedagang, baik Indonesia maupun India, Asia Barat dan Asia Timur. Keempat, merosotnya pelabuhan Jawa Timur mengakibatkan fungsinya diambil alih oleh pelabuhan Makasar. Kelima, usaha Belanda memonopoli perdaganyan rempah-rempah di Maluku membuat Makasar mempunyai kedudukan sentral bagi pedagang antara Malaka dan Maluku.[7]
Sementara itu, Maluku, Banda, Seram dan Ambon sebagai pangkal atau ujung perdagangan rempah-rempah menjadi sasaran pedagang barat yang ingin menguasainya dengan politik monopolonya. Sedangkan Ternate dan Tidore masih dapat terus dan berhasil mengelakkan dominasi total dari Portugis dan Spanyol, namun ia mendapat ancaman dari Belanda yang datang kesana.[8]

B.              Tujuan Datangnya Belanda
Tujuan datangnya belanda ke Indonesia adalah untuk mengembangkan usaha perdagangannya, yaitu mendapatkan rempah-rempah yang mahal harganya di Eropa. Perseroan Amsterdam mengirim armada kapal dagangnya yang pertama ke Indonesia tahun 1595 M, terdiri dari 4 kapal, yang dibawah pimpinan Cornelis  de Houtman.[9] Kemudian di susul oleh angkatan kedua tahun 1598 M, dibawah pimpinan Van Nede, Van Hemskerck, dan Van Warwijck. Kemudian datang lagi dari beberapa kapal angkatan yang ketiga berangkat tahun 1599 di bawah pimpinan Van der Hagen dan angkatan ke empat tahun 1600 di bawah pimpinan Van Neck.[10]
Banyak juga perseroan lain yang ingin datang ke Indonesia. Pada bulan maret 1602 M perseroan-perseroan itu bergabung dan di sahkan oleh Staten General Republik dengan satu piagam yang memberi hak khusus kepada oerseroan gabungan tersebut untuk berdagang, berlayar, dan memegang kekuasaan di kawasan antara Tanjung Harapan dan kepuulauan Solomon, termasuk kepulauan nusantara. Perseroan itu di beri nama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Selain itu juga di beri hak untuk berpolitik dalam rangka menunjang perdagangan.
Raja Mataram (Jawa) sultan Agung sejak semula sudah melihat bahwa Belanda adalah ancaman bagi Negara Indonesia. Pada tahun 1628 dan 1629 Mataram dua kali melakukan serangan ke batavia tetapi gagal. Masuknya Belanda ke pusat kekuasaan Mataram adalah karena Amangkurat II (1677-1703) meminta bantuan voc untuk memadamkan pembantaian Trunojoya, Adipati Madura, dan pebberontakan Kajoran.
Saat belanda melihat dalam jaringan perdagangan, Indonesia bagian barat sangatlah penting seperti kedudukan Malaka, Johor dan Banten. Mereka ingin menguasai akhirnya ia memilih Jakarta, daerah yang paling lemah sebagai basis kegiatannya.[11]

C.              Perlawanan Rakyat Terhadap Imperialisme Belanda
Penjajahan belanda terhadap bangsa Indonesia mendapat perlawanan sengit dari rakyat dan bangsa Indonesia pada umumnya kerena mereka merasa di lakukan semena-mena oleh Belanda. Perlawanan  tersebut bukan karena politik saja akan tetapi karena Agama.
Belanda di samping menguasai Indonesia akantetapi menyebarkan Agama mereka yaitu kristenisai terhadap penduduk pribumi. Bahkan hampir semua wilayah yang mengadakan perlawanan.
Pada abad ke 17 perlawanan terhadap penjajahan di lakukan oleh:
1.         Sultan Agung Mataram
2.         Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Aceh
3.         Sultan Hasanuddin Makasar
4.         Sultan Ageng Tirtayasa
5.         Raja  Iskandar Minang Kabau
6.         Trunujoyo Madura
7.         Karaeng Gelesong Dari Makasar
8.         Untung Surapati Adipati Aria Jaya Negara dll.

Disamping itu perlawanan rakyat dengan penjajah berlangsung terus menerus saling berkesinambungan di wilayah-wilayah lainnya. Diantaranya:
1.                Perang Paderi Di Minangkabau
Perang padri di minangkabau sumatera barat antara tahun 1821-1837. Perang  padri di pimpin oleh tuanku Imam Bonjol dan di bantu para ulama yang lainnya.[12] Walaupun Islam telah masuk abad  ke 16, tapi proses sinkretisme berlangsung lama. Dalam perang pertama banyak pasukan  Belanda mendapat kesulitan dan ia kalah.[13]
2.                Perang Doponegoro
Ini adalah perang terbesar yang  di hadapi pemerintah kolonial belanda di jawa. Pristiwa  yang memicu perang adalah rencana pemerintah Hindia Belanda untuk membuat jalan menerobos tanah milik pangeran diponegoro dan  harus membongkar kuburan.[14]
Sebagian kecil dari pemimpin-pemimpin yang berdialog tentang Islam, mereka melanjutkan perjuangan Islam hingga terlaksananya berdirinya negara Islam atau mati dijalan Allah. umat Islam pada masa itu angkat senjata untuk mengahadapi musuh yang ganas dan kejam yaitu Belanda dan kaki tangannya.
Letusan pertama pada tanggal 17 Februari 1948 di daerah Ciamis Utara dalam lingkungan Gunung Cupu. Maka revolusi Islam yang pertama berkobarlah dan diseluruh pelosok Islam. Revolusi maret 1949 yang merupakan pemberontakan rakyat hampir merata mengadakan perlawaanan terhadap penjajah.[15] 
Banyak juga dari  tentara RI berpihak kepada penjajah seperti Ahmad Wiranata Kusuma dan kesatuannya Mayor Sudarman, komandan Batalion Pesindo beserta kawawan-kawannya yang berkhianat kepada bangsa. Mereka merasa lebih terhormat bila menyerahkan diri kepada Belanda dari pada berpihak kepada umat islamSementara itu peperangan tetap berlanjut antara pihak isl.am menghadapi Belanda.



Daftar Pustaka
Yatim. Badri, Sejarah peradaban Islam, Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2010
Amin. Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2013
Kartosuwiryo, Jejak Jihad, Yogyakarta: Uswah,  2007



[1] Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam, Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2010, hlm. 231. Lihat pula Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 374
[2] Ibid
[3] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2013,  hlm. 375
[4] Ibid, Samsul Munir Amin mengutip dari buku karangan Sartono Kartodirdjo yang berjudul “Pengantar Sejarah Indonesia Baru”
[5] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 375
[6] Ibid
[7] Ibid, hlm. 377. Lihat pula, Badri Yatim, hlm. 234. Dan, Sartono Kartodirdjo, hlm. 68-69
[8] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 377
[9] Ibid
[10] Ibid, hlm. 378
[11] Ibid., hlm. 380
[12] Ibid., hlm. 389
[13] Badri Yatim, Sejarah peradaban Islam, hlm. 243-244
[14] Ibid, hlm. 245-246
[15] Kartosuwiryo, Jejak Jihad, Yogyakarta: Uswah,  2007, hlm. 182

SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: