Mungkin sebagian dari kita sudah populer dengan akun Instagram yang bernama Qonuun. Dia terkenal dengan puisi-puisinya yang mengkritik pemerintah Indonesia dan fenomena sosial lainnya. Bagi anda yang belum kenal dengannya silahkan follow Intagramnya agar bisa mendengarkan puisi-puisi yang indah itu.
Mulai dari puisi kisah seorang gadis Pertiwi yang mau di lamar owi. Pada tahun 2014 datanglah owi melamar Pertiwi. Seorang laki-laki sederhana, datang dengan mengendara Banteng untuk melamar Pertiwi. Dengan segudang janji-janji, dari tahun 2014, 2015, 2016, 2017, 2018 si Pertiwi tak kunjung di nikahi Owi. Sampai keluarga Pertiwi meneriakkan ganti pokoknya ganti. Sampai di buat lagu #2019ganti. Namun sang Owi dengan berani mengandengkan Kiyai Jawi untuk meminta satu periode lagi. Sanggupkah keluarga Pertiwi untuk galau satu periode lagi. Temukan kelanjutan kisah pertiwi melalui Puisi-puisi Qanuun hanya di Instagram nya.
Kisah lainnya datang dari negeri dogeng endonisi. Di lantiklah seorang polisi bernama Toti. Setelah dilantik pak Toti bodoh dalam mengadili. Ketika si Cebi membuat onar, pak Toti diam bagaikan disumbat materai. Namun sungguh malam yang dialami pemuda 212 yang mengalami persekuki saat ngaji. Bahkan sang kiyai dikejar sampai Arab saudi dengan kasus fiksi.
Puisi lainnya menceritakan tentang orang Sombong. Kisah lain juga menceritakan soal pembakaran Bendera Tuahid, kemudian jangan suka menipu, sampai menanggapi polimik poligami PSI. Masih banyak lagi puisi-puisi kerennya yang terbaru.
Namun saya ceritakan disini. Kalau mau tau ya silahkan aja follow Instagramnya dan nonton puisi-puisi dia. Sebagai penyuka sastra dan satire tentu saya menyukai model-model kritik seperti dia. Bahkan saya mengoleksi puisi-puisi Taufik Ismail seorang puisi Legend yang melawan Komunisme dan Narkoba.
Selain dia masih banyak sastrawan lainnya yang melakukan kritik lewat puisi dan berbagai model sastra lain. Bahkan seoranng ulama terkemuka yang menjadi ketua MUI pertama yaitu Buya Hamka juga menerbitkan berbagai buku sastra dan juga mengarang berbagai puisi dalam mengkritik rezim pada waktu itu.
Selain itu juga ada sastrawan dari sebelah kiri yaitu Tan Malaka. Dia juga menulis berbagai puisi baik dalam mengkritik sosial maupun dalam berpolitik lewat Partai Murba tempoe Doloe. Dia juga turut menyebarkan paham sosialis lewat sastra puisi dan satirenya.
Model kritik lewat sastra, khususnya puisi juga menggegerkan Indonesia saat ini. Lewat puisi Neno Warisman di malam munajat 212. Sampai pak Karni mengangkat diskusi di forum ILC Tvone. Banyak pembelaan dan kritik terhadap puisi tersebut, terlepas dari pro-kontra. Tapi puisi model seperti ini harus di pertahankan, karena puisi model kritik adalah hak semua orang untuk bersuara. Toh, dalam puisi tersebut tidak ada pelecehan baik terhadap seseorang maupun kelompok.
Dalam dunia politik Indonesia kita juga sering mendengarkan puisi-puisi dari Fadli Zon politikus Partai Amanat Nasional (PAN). Begitu juga dengan sindiran keras oleh Rocky Gerung dan Fahri Hamzah. Hal semacam ini tidak perlu baper oleh suatu Rezim, karena kritik kepada pemerintah adalah hak warga negara.
0 comments:
Post a Comment