Oleh: Amriadi (Islamic Research Forum-IRF)
Dalam perjalanan peradaban manusia, peradaban Barat secara umum dibagi beberapa bagian. Peradaban pertama menurut ahli sejarah mengatakan adalah Yunani Kuno, kemudian abad pertengahan atau yang dikenal dengan abad kegelapan. Pada abad ini Ilmu pengetahuan di Barat tidak ada, karena negara dalam kekuasaan gereja. Asal yang bertentangan dengan geraja dan bible tidak boleh ada. Maka dari itu ilmu filafat Yunani Kuno dan ilmu pengetahuan lain yang bertentangan dengan gereja hilang dan harus dimusnahkan. Setelah gereja takluk, orang barat ramai-ramai meninggalkan agama yang disebut dengan peradaan Modernisme.
Pada masa ini para pendeta dalam menafsirkan bible juga menggunakan filsafat rasionalisme dan yang tidak sesuai dengan akal tidak diterima. Pada masa inilah peradaban barat kembali maju dan kembali dipelajiri pemikiran-pemik
Setelah peradaban modern kemudian muncul lagi peraban baru dibarat yaitu Post Modernisme. Semua serba relatif, tidak ada kebenaran yang absolut. Disinilah muncul berbagai macam aliran lainnya seperti sekulerisme, pluralisme, leberalisme dan lain-lain. Dimasa ini di barat juga terdapat berbagai ilmu pengetahuan baru dan yang paling dahsyat adalah Studi Kritik Bible. Dalam bible ditemukan berbagai macam masalah dan hal ini juga membawa dampak kepada Islam.
Para orientalis yaitu orang barat yang belajar Islam ke Timur tengah dengan tujuan menghancurkan Islam. Ilmu studi kritik bible digunakan untuk mengkritik Al-Qur’an. Namun kritikan para orientalis tidak berdasar dan bahkan tidak ilmiah. Seperti mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an tidak orisinal dan dalam tulisan ayat-ayat telah berubah dari yang tidak ada titik, kemudian ada titik dan kemudian ada harkat.
Mereka lupa bahwa Al-Qur’an diturunkan bukan berupa text tetapi berupa lafadz, yang dihafalkan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad . Kemudian Nabi Muhammad mengajarkan kepada para sahabat dan seterusnya. Pada masa Nabi . Al-Qur’an diperintahkan untuk ditulis, namun nabi . Melarang untuk ditulis hadits. Pada masa Umar terjadi namanya perang Yamamah dan disinilah para penghafal Al-Qur’an banyak yang syahid sehingga Usman berunding dengan para sahabat untuk membukukan Al-Qur’an, hal ini terwujud ketika Usman menjadi khalifah. Sehingga disebut mushab Usmani, namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan Al-Qur’an dan supaya memudahkan dalam membaca ayat-ayat Allah maka para ulama memberikan harokat.
***
Akar Liberal di Indonesia
W.C. Smith menjemput Harun Nasutian untuk kuliah di medgeil. Sepulang dari itu pemikiran Harun berubah menjadi liberal dan berbahaya. Pada tahun 1970 pemikirannya dikembangkan di Indonesia. Hal ini mendapat bantahan dari Rasyidi bahwa pemikiran Harun sangat berbahya dan di ingatkan kepada manteri Agama yaitu Mukti Ali, pada tahun 1973. Mukti Ali merupakan menteri agama pertama yang pemikirannya pluralisme. Sehingga hal ini tidak digubris dan dibiarkan pemahaman pluralisme agama dan liberal ditanam di Indonesia.
Pada waktu ini Indonesia yang menjabat menjadi presiden adalah Soeharto yang dikenal dengan diktator yang mengusung asas tunggal pancasila dan tidak boleh ada yang melawan pemerintah. Oleh karena itu hal ini tidak bisa dicegah karena Mukti Ali lulusan dari sebuah Universitas di Autralia yang berpikiran pluralisme agama. Pada tahun yang sama juga lahir Nurcholis Majid sebagai tokoh politik Indonesia yang mengusung jargon Islam Yes, Partai Islam No.
Nurcholis Majid merupakan tokoh Politik Golkar yang berpaham pluralisme, sehingga pantas saja dia mengeluarkan jargon demikian. Tampil sebagai Menteri Agama Mukti Ali, Harun Nasution tampil sebagai Intelektual di kampus-kampus, tampil sebagai tokoh politik Nurcholis Majid. Trio Macan inilah yang menjadi cikal bakal liberalisme muncul di Indonesia.
Pada tahun 2002 tampil anak-anak muda yang baru seperti Ulil Abshor sebagai Koodinator Jaringan Islam Liberal, tampil juga Lukfie Asyaukany dan kawan-kawan yang mengusung pemikiran Liberal. Namun berkat perjuangan kawan-kawan yang kuliah di Universitas Antar Bangsa Malaisyia, muncul untuk menyimbangi pemahaman liberalis ini. Disini tampil Ardian Husaini, Adnin Armas dan kawan-kawan, sehingga berhasil terbit Journal pemikiran Islam yaitu ISLAMIA.
Pada tahun 2004 Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengundang mereka yang masih kuliah di Malaisyia untuk menjelaskan apa itu Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme (Sepilis). Dari sinilah pada tahun 2005 muncul fatwa MUI bahwa paham Sepilis adalah sesat dan menyesatkan. Dari sini kemudian muncul fitnah terhadap MUI, terbit buku-buku Liberal yang dicetak begitu banyak, seperti Fiqih Lintas Agama dan lainnya. Terbit juga majalah-majalah
Tidak cukup hanya dengan buku tapi mereka juga menulis di berbagai media yang didukung dan diterbitkan diseluruh Indonesia atas nama Jawa Pos Group. Maka tersebarkan juga dikampus-kampus
Dari sini muncul juga sebagai penghalang Jaringan Islam Liberal (JIL), dan sejenisnya. Tampil INSISTS, #Indonesia Tanpa Liberal, dan lainnya sebagai gerakkan untuk membendung arus liberalisme dan sejenisnya. Inilah PR umat Islam Indonesia, dan semakin bertumpuk untuk memperjuangkan syaraiat Islam dan kembali berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta pemahaman para shalafus shalih. (Am/Aa)
***
Silahkan Share Ke Teman-Teman Semoga Bermanfaat
===========(Amr
Blogger: http://
Youtube: https://
Facebook: https://
Twitter: https://
Mobile: +62899-0019785
0 comments:
Post a Comment