Wednesday, April 29, 2015

Demokrasi Dalam Pandangan Para Filsuf

 
Oleh: Amriadi (Pimpinan Islamic Research Forum)

Demokrasi berasal dari Yunani, tentunya orang-orang Yunani lebih paham ketimbang kita di Indonesia. Begitu juga dengan Islam yang asal mulanya dari Nabi Muhammad . Dari Mekkah, tentunya ulama-ulama Islam lebih banyak yang lahir di daerah Timur Tengah. Kalau kita melihat agama Hindu, maka lihat di India jangan di lihat di Bali. Plato merupakan salah pencetus demokrasi mengingatkan berberapa kelemahan dan bahaya internal. “Salah satunya, pemimpin biasanya dipilih dan diikuti karena factor-faktor monesensional, seperti kepintaran pidato, kekayaan dan latar belakang keluarga”. (Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Leberal)
Lebih lanjut Plato memimpikan untuk munculnya orang-orang bijak untuk memimpin Negara yang ideal, orang-orang yang bisa menangani persoalan manusia dengan akal dan kearifan dengan gagasan yang kekal dan sempurna. Tapi mimpi ini, walaupun dipaksakan memahami persoalan binatang yang tidak punya akal saja tidak dapat direalisasikan apalagi dengan manusia. Muhammad Iqbal sangat banyak mengkritisi konsep pemerintahan yang menyerahkan keputusannya kepada massa yang berpikiran rendah. Bagaimana pun juga kepintaran sumut tidak akan mampu melampaui kepintaran Sulaiman.
Aristoteles mengatakan demokrasi adalah sistem yang paling buruk didunia, seperti tirani dan oligarkhi. Pemerintah yang baik menurutnya adalah monarki, aristokrasi, dan polity. Kita tau system demokrasi ini dibuat dan dikembangkan oleh para filosof Yunani diantaranya Plato dan Aristoteles, tapi mereka lah yang membantah sistemnya sendiri. Sekarang kepercayaan hanya terletak pada anda, mereka sudah menyerah dalam memperjuangkan demokrasi sehingga disebutkan sebagai system terbusuk didunia. Sebelum abad ke-18, system pemerintahan bukanlah demokrasi yang dipilih manusia. Pada era Yunani dan Romawi, system ini juga ditolak dan hampir seluruh para filosof menolaknya. Namun pada abad ke-18, system ini kembali diperjuangkan dari beberapa aspek politik Inggris dan Amerika. Sehingga politik ini dapat diterapkan di Barat melalui sumbangan pemikiran John Locke.
Kritikkan tentang demokrasi juga pernah datang dari Presiden pertama Indonesia yaitu Soekarno, dalam pidatonya mengatakan berilah bangsa ini satu demokrasi yang tidak jegal-jegalan. Sebab demokrasi membiarkan seribu golongan umat dan seribu macam tujuan, jangan gara demokrasi negeri ini akan menghancurkan kepentingan nasional. (M. Hatta Tilawang, Republik di Ujung Tnaduk: catatan Kritis atas Rezim SBY) Kritikan terhadap demokrasi semakin pedas, sampai-sampai Soekarno memutuskan untuk keluar dari PBB. Dalam pidatonya di muka umum PBB 30 September 1960, beliau mengatakan “Imperialisme dan Kolonialisme adalah buah dari system Negara Barat dan seperasaan dengan majoritet yang luas dari pada organisasi ini. Saya benci Imperialisme, saya jijik pada Kolonialisme, dan saya khawatir akan akibat-akibat perjuangan hidupnya yang dilakukan dengan sengitnya”.
Pada satu sisi Barat tidak konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, yang konon katanya memberikan ruang dan hak yang sama bagi manusia, tapi kenapa untuk bisa menjalankan demokrasi masyarakat harus dibagi menjadi dua bagian atau kelas. Kelas pertama adalah kelas khusus yang jumlahnya sedikit, tapi mereka orang yang aktif dalam analisis, pelaksanaan dan pembuatan keputusan di segala bidang seperti politik, ekonomi, dan system ideology. Kelas kedua adalah kelas umum yang jumlahnya manyoritas, Lipmam menyebutkan kelompok ini sebagai kelompok orang yang bingung. Kelas khusus menjadi pemain actor utama dalam menentukan kebijakan masyarakat sedangkan kelas umum sebagai penonton,tapi sekali-kali kelas umum diberi hak untuk menentukan kelas khusus sebagai pemimpin mereka ssetelah itu mereka kembali lagi menjadi penonton.
Hal ini terbukti Amerika pada tahun 2000 makamah agung memenangkan George W. Bush atas calon demokrat. Padahal pemenang pemilu Amerika pada tahun 2000 adalah Gore, dengan pemilih kurang dari 60% rakyat Amerika. Maka faktanya menjadi jelas presiden Amerika hanya didukung oleh rakyat minoritas. Amerika yang konon katanya sebagai Negara demokrasi rujukan bagi Negara lain, tapi terbukti Amerika tidak menggunakan system pemilihan umum dalam pemilhan presiden, surat suara rakyat hanya sebagai symbol semata. Lalu bagaimana dengan Negara Indonesia yang menghabiskan dana kampanye perkadidat minimal 3 miliar untuk ukuran caleg, namun bagaimana dengan ukuran capres? Tentunya sangat bertentangan dengan keadaan dan realita. Inilah demokrasi, yang hanya didukung oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan semata.
***
Silahkan Share Ke Teman-Teman Semoga Bermanfaat
===========(Amriadi Channel)==========
Blogger: http://amriadicyber.blogspot.com/
Youtube: https://www.youtube.com/user/CVCNTV
Facebook: https://www.facebook.com/ust.amriadi
Twitter: https://twitter.com/tgk_amriadi
Mobile: +628990019785

SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: