MARXISME
oleh: Amriadi
A. Pengertian Marxisme
Dalam artikel
Wikipedia Indonesia bebas makna “Marxisme adalah sebuah paham yang
berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx.”[1] Makna Marxisme menurut Kamus Besar
bahasa Indonesia tahun
1999,
diartikan “paham atau aliran sosialisme yang dkembangkan oleh Karl Marx.”
Lorens Bagus juga mengungkapkan hal yang sama bahwa Marxisme merupakan ajaran
Karl Marx yang mencakup materialisme dialektis, materialisme sampai penerapan
pada kehidupan social.[2]
Seorang Ahli Filsafat modern mengartikan bahwa Marxisme
sebagai paham yang ide dasarnya dikembangkan oleh Karl Marx.[3]
Marx menyusun
sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Pengikut
teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme
dialektis dan materialisme historis serta
penerapannya pada kehidupan sosial.[4]
Biasanya
konsep ini sering digunakan dalam dunia social yang didasarkan pada lebel kelas
yang berhubungan dengan proses ekonomi dan produksi, serta keyakinan terhadap
perkembangan masyarakat sesudah fase kapitaslis menuju revolusi proletariat.[5]
Marxisme sangat menjunjung tinggi terhadap teori yang berbasis
nilai kerja dan diatas semua pengolakan terhadap semua remisi, ekspoitasi yang
inheren dalam control swasta terhadap proses produksi. Maka dari itu Simon
Blackburn menyimpulkan bahwa Marxisme mempunyai komitmen untuk membela kelas
yang diekspoitasi dan kelas yang tertindas, namun tidak memungkinkan secara
damai dan konpromi maka harus dengan cara revolusi untuk memastikan yang
ditawarkan mereka itu lebih baik.[6]
Pemahaman Marxisme sebagai sebuah Istilah, rasanya tidak
asing lagi saat ini, dan mungkin sebagian dari kita sudah mengenal ide-ide
dasar yang digagas oleh para nabi Marxisme, Karl Marx[7] dan
Frederick Engels,[8]
yang Kemudian diteruskan oleh Stalin dan Lenin sehingga ide ini menyentuh ranah
politik dan ekonomi lebih luas. Dari para “jaguar” tersebut, menghasilkan
bentuk dan asesoris yang berubah-ubah pada penampilan Marxisme. Hal ini terjadi
karena proses penyesuaian dengan sosio kultur yang ada pada saat itu. Oleh
karenanya, Marxisme juga dikenal dengan istilah Marxisme Engelianisme, Marxisme
Leninisme, Marxisme Stalinisme, namun dari semua itu tetap menampilkan satu
wajah dasar asli, dengan asesoris yang berbeda.[9]
B. Sejarah Marxisme
Jika kita mendengar istilah Marxisme apa yang muncul di
benak kita, pertama kali mungkin adalah Karl Marx . Meskipun ajaran Marx
sendiri justru pertama kali dibakukan menjadi Marxisme oleh Friedrich Engels
(1820-1895) dan Karl Kautsky (1854-1938). Berbeda
dengan model-model sosialisme lama, Marxisme menyatakan dirinya sebagai
“sosialisme ilmiah”. Untuk mendukung klaim tersebut, Marx mendasarkan pada penelitian
syarat-syarat objektif perkembangan masyarakat.[10]
Marx menolak pendasaran sosialisme
pada pertimbangan-pertimbangan moral. Materialisme sejarah merupakan dasar bagi
sosialisme ilmiah tersebut. Marx yakin bahwa ia telah menemukan hukum objektif
perkembangan sejarah. Objek pencarian materialisme historis adalah hukum-hukum
gerakan dan perkembangan masyarakat insani yang paling universal. Marx
menciptakan suatu pemahaman sejarah menjadi seperti sains yang pasti dan eksak.
Karena hal itulah Marx menyatakan bahwa sosialismenya bersifat ilmiah karena
berdasarkan pada pengetahuan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat.[11]
Penganut
Marxisme diseluruh dunia sejak dulu abab 20 sampai sekarang masih diperjuangkan
dengan menggunakan berbagai topeng. Diberbagai media mereka menggunakan topeng
pejuang HAM (Hak Asasi Manusia), pro demokrasi dan tidak anti agama. Namun
semua itu dusta dan bahkan dengan sangat mudah menipu sejarah.[12]
Penganiayaan mereka terhadap HAM paling puncak adalah nyawa secara massa lewat
pmbantaian manusia.
Berikut ini
beberapa bukti hasil temuan para politik dunia yang berkerja secara terpisah:
Rakyat Rusia telah dibantai oleh
lenin sebanyak 500.000 orang pada tahun 1917-1923. 6 juta orang Petani Kulak di
Rusia dibantai oleh Stalin pada tahun 1929. Pada tahun 1925 sampai tahun 1953
Stalin kembali membantai 40 juta orang Rusia. 50 juta orang penduduk RRC
(Republik Rakyat Cina) oleh Mao Tsetung pada tahun 1947-1976. Di Kamboja
dibantai oleh Pol Pot sebanyak 2,5 juta orang pada tahun 1975-1979. Amerika Latin
juga pernah merasakan pahitnya ajaran ini sekitar 150.000 dibantai secara
massal. Hal yang sama juga dialami oleh Negara-negara Afrika sekitar 1,7 juta
nyawa hilang di bantai. Terakhir di 1,5 juta rakyat Afganistan dibantai oleh Najibullah
pada tahun 1978-1987.[13]
Penganiayaan
HAM ini, jika kita rekontruksikan kembali maka akan terbaca sebagai berikut:
Partai Marxisme selama 74 tahun telah membantai 100 juta manusia di 16 negara.
Jadi sekitar 1.350.000 orang dalam setahun atau sekitar 3.702 orang perhari.
Dalam sekala detik jika kita perhitungkan sekitar 24 orang dibantai perdetik.[14]
Inilah ajaran ideology Marxisme yang mengusung revolusi dengan cara
menghabiskan manusia diberbagai belahan dunia. Maka tidak aneh jika Marxisme
atau Komunis pernah menjadi hantu yang mengerikan didunia ini.[15]
C. Ideology Marxisme
Ideology Marxisme muncul dari
kreativitas pemikir Karl Marx dan Frederick Engels, yang sangat setia
menjembatani teori materialis Marxis dengan saintis. Dari perspektif falsafi,
pijakan pemikiran marxisme berdiri di atas materialis ateistik, ketidak
percayaan akan adanya tuhan, kontradiksi dengan yang diyakini oleh agamawan,
teori aliran idealisme obyektif maupun idealisme subyektif dan bahkan bertentangan
juga dengan mazdhab mastaniyyah.[16]
Dalam pandangan Marxis, materi
adalah tuhan itu sendiri, tiada yang mempunyai kekuatan dalam penciptaan
kecuali materi, lâ syaiin mâ warâ’a thobî’ah. Maka Karl Marx
menjadi Atheis yang tidak percaya akan tuhan. Mengenai keeksitensi tuhan, Marx
berkata: “Eksistensi tuhan tidak masuk akal. Tuhan adalah konsep menjijikan.”
Lebih lanjut dia juga mengatakan: “Pendek kata, aku menaruh dendam kepada semua
tuhan.”[17]
Maka dari itu aliran Marxisme adalah atheis yang anti ketuhanan. Konsep
perjuangan Marxisme dengan mudah dapat kita telesuri dalam karya Marx dengan
Engels yang berjudul The Manifesto of the Communist Party (Manifesto Partai
Komunis). Karya ini dicetak pertama kali pada tahun 1848 M. Karya ini
sebenarnya tidak dapat dilebelkan sebagai karya ilmiah, namun yang lebih tepat
adalah pamphlet politik. Bagi kaum fanatik Marxisme karya ini sudah menjadi
“kitab suci” disamping karya lain seperti The Capital.[18]
Marxisme adalah Materialisme.
Maksudnya, Marxisme dimulai dengan ide bahwa materi adalah esensi dari semua
realitas, dan materilah yang membentuk akal, bukan sebaliknya. Kesemuanya itu
sangat terpengaruh oleh ideologi Hegel[19] dan
juga Feurbach.[20] Dari
adopsi keduanya mengasilkan produk marxisme komunis yang berdiri di atas teori
pokok materialis dialektik yang menyatakan bahwa, materi ini lebih dulu ada
dari pada akal supranatural. Hanya materilah yang merupakan esensi awal
pencipta dari segenap wujud, kemudian berevolusi menggunakan teori hukum
dialektika internal menuju kehidupan nabati, berevolusi lagi menuju kehidupan
hewani, kemudian insani dan, pada akhirnya menciptakan karya terbesar yang
mampu membedakan manusia dengan wujud lain, terciptalah logika. Bermula dari
materi dan berhenti pada titik ahir logika untuk saat ini.[21]
Maka dari itu membahas Marxisme
tidak luput dari pembahasan materi, karena ideologi Marxisme itu sendiri
berdiri di atas teori Materialisme dialektika dan Materialisme historis. Dari
ajaran Hegel, Marx mengambil dua unsur, yaitu gagasan mengenai terjadinya
pertentangan antara segi-segi yang berlawanan, dan gagasan bahwa semua
berkembang terus. Dalam hal itu Marx menolak asas pokok dari aliran idealisme
bahwa hukum idealetik hanya berlaku di dalam dunia yang abstrak, yaitu dalam
pikiran manusia. Marx menandaskan bahwa hukum dialektik terjadi dalam dunia
kebendaan (dunia materi) dan sesuai dengan pandangan itu, ia menamakan
ajarannya Materialisme. Selanjutnya ia berpendapat bahwa setiap benda atau
keadaan (Phenomenon) dalam tubuhnya sendiri menimbulkan segi-segi yang
berlawanan (opposites). Segi-segi yang berlawanan dan bertentangan satu sama
lain dinamakan kontradiksi. Dari pergumulan ini akhirnya timbul semacam
keseimbangan, dikatakan bahwa benda atau keadaan telah di tegaskan.[22]
Maka
dari itu, teori ini disebut materialisme historikal (historical materialism).
Dan karena materi oleh Marx diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori Marx
juga sering disebut “analisa ekonomis terhadap sejarah” (economic
interpretation of history).[23]
Dalam menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah (yang dimaksud
hanyalah sejarah Barat) menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau berkembang
menurut hukum-hukum dialektis (yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan
oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu gerak spiral ke atas) sampai
menjadi masyarakat dimana Marx berada.[24]
D. Bahayanya
Aliran Marxisme
Pada September 1966 atau setahun setelah peristiwa G30S,
Bung Karno menyanyikan lagu Internasionale di hadapan angkatan
pejuang’45. Ia lalu menjejerkan nama-nama tokoh marxis, yang menurut
pengakuannya, sudah tuntas dipelajari, dari Karl Marx dan Engels, Lenin, Rosa
Luxemburg, Pieter J. Toelstra, hingga Sidney dan Beatrice Webb. Jejak kedekatan
pemikiran Bung Karno dan Marxisme dapat ditelusuri sejak zaman pergerakan.
Pada 1926, Bung Karno menulis artikel “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme”
dalam Soeloeh Indonesia Moeda.[25]
Dalam keterangan lain Bung Karno mengajari kursus kilat Marxisme kepada Gaffar.
“Dik Gaffar Kamu ajari saya agama, nanti kamu saya ajari Marxisme.”[26]
Maka dari itu Bung Karno merupakan tokoh Marxisme di Indonesia.
Pak Yuti salah seorang penganut Marxisme yang sudah lama
talak tiga dengan Komunisme, dia mengatakan: “Kalau anak muda baca Manifesto
Komunis, belajar Marxisme-Leninisme, lantas tak tertarik, maka dia anak muda
bebal. Tapi kalau sudah mendalami Marxisme-leninisme, sampai tua masih tetap
komunis, maka dia lebih bebal.”[27]
Menurut pengamat politik John Ingleson, bahwa Bung Karno dan Bung Hatta pada
tahun 1902-1980 juga belajar Marxisme. Namun pada awalnya Bung Karno tidak
Komunis terbukti dia membasmi PKI di Madiun, tapi kemudian karena pengaruh D.N
Aidit dia menjadi Komunis sampai meledak G.30 S/PKI Jakarta.[28]
Beda halnya dengan Hatta, dia memadukan implementasi social
Islam dengan wawasan social dari Karl Marx, namun Hatta tidak pernah menganngap
dirinya sebangai seorang Marxis. Ucapan yang sangat terkenal adalah “Kalau ada
orang komunis yang mengatakan ia percaya pada tuhan, atau orang Islam mengaku
dirinya Marxis, maka ada yang tidak beres padanya.”[29]
Maka dari beberapa keterangan diatas dapat kita ketahui mempelajari Marxis
sedikit tidaknya pasti ada pengaruh terhadapnya. Perkataan Hatta banyak yang
tersinggung dengan kata “ada yang tidak beres dengannya.” Namun juga begitu
banyak yang peka mengenai perkataanya,
sehingga mereka terus terlarut dalam aliran berbahaya ini.
1. Anti Tuhan dan Agama
Dr. Daud Rasyid mengatakan:
“Kita sudah memahami bahwa ideologi Marxisme adalah
kafir total. Fatwa ulama yang dikeluarkan pada tahun 1957 di Palembang
menyebutkan bahwa orang yang menganut faham Marxisme tidak dianggap lagi
sebagai muslim, tidak dinikahkan dengan wanita muslimah dan kalau mati tidak
dikuburkan di pemakaman kaum muslimin. Begitu hebat dan tegasnya para ulama
kita terdahulu, sejak tahun 1957 telah mengantisipasi tumbuh kembangnya faham
Marxisme.”[30]
Dari keterangan Dr. Daud Rasyid
diatas bahwa paham Marxisme adalah paham yang di luar Islam, jadi seorang
muslim tidak boleh menganut aliran tersebut. Konsepkuensi seorang muslim
menganut aliran ini akan menjadi murtad dan keluar dari keIslamannya.
Paham
Marxisme adalah paham yang mendukung Karl Marx menjadi tuhan, sebagaimana
Fir’aun pada masa nabi Musa. Klaim ini bukan tidak berdasar, hal ini sangat
jelas Marx pernah bersajak-sajak menyamakan diri dengan tuhan:
“Aku akan mengembara seperti tuhan…
Melewati puing-puing dunia
Dalam kesempatan lain Marx juga
pernah berfatwa tentang agama, yang sudah lama kita ketahui bersama. Dia
mengatakan: “Agama adalah madat bagi masyarakat. Menghujat agama adalah syarat
utama dari semua hujatan… penghancuran agama sebagai kebahagian yang mengilusi
rakyat dibutuhkan dalam rangka memperoleh kebahagian sejati… agama hanyalah
matahari palsu yang beredar disekitar manusia apabila dia tidak mengamati
disekelilingnya.”[32]
Sangat jelaslah bahwa Marx anti akan agama, bahkan dia telah terlalu jauh
melangkah untuk menyatakan dirinya sebagai tuhan.
Maka dari sinilah para ulama
Al-Azhar Mesir tidak tanggung-tanggung mengatakan bahwa Marxisme adalah paham
kafir dan tidak ada damai denganya.[33]
Para ulama Mesir bukan tidak berdasar mengatakan tidak ada damai dengan
Marxisme. Tapi karena sangat jelas penganut Marxis seprti Lenin yang sejak
berumur 16 tahun sudah memulai berkeyakinan anti-tuhan. Walaupun ayah dan
ibunya taat akan agama. Lenin berkata: “Aku sudah patah arang dengan semua
masalah agama: kalung salipku kucopot dan kucampakkan ke tong sampah.” Agama
bagi Lenin adalah semacam minuman keras bagi jiwa dan suatu bentuk penindasan
spiritual.[34]
Lebih lanjut Lenin menyeru dengan
lantang, “Matilah agama dan hiduplah atheusme!.. Atheisme adalah bagian yang
alamiah dan tak dapat dipisahkan dari Marxisme, dari teori dan praktek
socialisme ilmiah. Propaganda kita memang mencakup propaganda atheisme.” Pada
tahun 1918 Listrik sudah mulai masuk kepedesaan Rusia sehingga malam di perdesaan
yang gelap dan seram, menjadi terang benderang. Pada waktu itu lenin mengatakan
kepada Leonid krasin: “Listrik akan mengantikan tuhan. Biarlah para petani itu
menyembah listrik. Karena nanti mereka akan merasa bahwa listrik memiliki
kekuasaan lebih besar dari pada kekuasaan sorga. Bahwa kekuasaan pemerintahan
pusat lebih berwibawa ketimbang kekuasaan sorga.”[35]
Maka tidak heran jika ideology ini mendapat kencaman dari
berbagai pihak. Karena dari awal ideology ini adalah anti-tuhan dan bahkan
memberikan penghinaan terhadap tuhan. Maka dari itu para pemikir muslim yang
begitu hebat tulisan mereka tentang Marxisme. Misalnya Dr. Yusuf Qardhawi yang
menghantam tulisan orang-orang Marxisme seperti Hasan Hanafi dan Naser Abu
Zaid.[36]
Meraka ini berusaha mengembangkan kembali Marxisme dengan berselubung dibalik
sekularisme agar orang “awam” bisa memahami ide revolusi Marxisme yang
sesungguhnya tidak bisa diterima kembali, dengan runtuhnya Uni Soviet sebagai
barang bukti Marxisme tidak bisa diterima di abad modern ini.[37]
Bila mantan aktivis Marxisme-Leninisme-Darwinisme-Stalinisme-Maoisme
tidak perlu lagi memasang topeng berpura-pura tidak anti-agama. Percuma
buang-buang waktu dan umur saja. Karena dunia sudah jenuh, tiga perempat abab
mendengarkan kata dusta itu. Dengan begitu topeng membina citra tidak anti
agama sudah gugur dan copot dengan sendirinya. Semoga saja di Indonesia aliran
ini dilarang untuk selamanya, karena Indonesia adalah Negara yang agamis,
memiliki agama. Walaupun ada banyak agama di Indonesia. Tetapi saja mereka
memiliki tuhan yang disembah.
2. Revolusi dan Penindasan Manusia
Kita membuat judul diatas tidak
hanya untuk memvonis bahwa Marxisme adalah ideology yang mengerikan, tapi
sesuai dengan apa yang mereka katakan. Karl Marx berkata: “Bila waktu kita
telah tiba, kita tidak akan menutup-nutupi terorisme.” Selanjutnya dia menulis
lagi, “Kami tak punya balas kasihan dan kami tak meminta dari siapa pun rasa
balas kasihan. Bila waktunya tiba, kami tidak mencari-cari alasan untuk
melaksakan terror. Cuma ada satu cara memperpendek rasa rasa ngeri mati
musuh-musuh kita, dan ara itu adalah terror revolusioner.”[38]
Sungguh ideology binatang buas
yang diusung oleh Marxisme. Hal ini juga menjadi bukti dibeberapa Negara.
Misalnya setelah revolusi Rusia Soviet, menurut Moscow News memperkirakan bahwa
sekitar 40 juta jumlah rakyat Rusia jadi korban penindasan termasuk yang
ditahan, diusir dari kampung halaman, masuk daftar hitam, dibuang ke Siberia
dan luar negeri dan juga dibantai. Kematian Rakyat Rusia karena kelaparan
sebagai hukuman terhadap petani pada tahun 1932-1933 berkisar dari 6-7 juta
orang. Pada tahun 1930-an sekitar 2-3 juta mati dalam proses kolektivisasi
pertanian. Ada juga yang mati dalam kamp kerja paksa, jumlah yang dikirim
sekitar 4-6 juta tapi 2,6 juta hilang nyawanya, selainnya tidak diketahui
kemana. Dibunuh dalam masa terror besar tahun 1937-1938 mencapai 1 juta orang
kehilangan nyawa.[39]
Soviet Negara yang formalnya
memegang semua kekuasaan yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Marxisme menolak
gagasan trias politika. Keputusan diambil dengan aklamasi sehingga anggota
tertinggi memberikan kesan yes-men
belaka, semuanya beres dalam sidang.[40] Jadi
pantas saja terjadi penindasan social kemasyarakatan, yang tidak jauh berbeda
dengan gagasan Gereja pada abab pertengahan. Hal ini akan menjadi sadis dan
sangat ketemperukan terhadap manusia. Dari historial tersebut Marxme mengatakan
“Religion is the opium of the people” dan Lenin juga menafsirkan agama sama
dengan Marx, sepenuhnya bersifat negatif. Menurutnya agama maninabobokkan,
meracuni, candu (opium) dan melenakan rakyat. Itu sebabnya Lenin menghendaki
penghancuran semua doktrin dan lembaga kegamaan selama masa kuasaannya.[41]
Dari itu gereja Othodox mengutuk
terhadapnya, yang dipelopori oleh Patrirch Tikhon. Namun semua protesnya gagal
karena Lenin tidak ada kompromi. Gereja mengalami cobaan berat di Rusia, setiap
hari mereka menerima kabar tentang pemukulan kasar seperti layaknya dilakukan kepada
binatang liar terhadap jamaah tidak bersalah dan bahkan terhadap orang sakit
yang terbaring ditempat tidur. Kebiadaban itu berlangsung serempak di hampir
seluruh kota dan pojok Negara, termasuk juga pelosok-pelosok Rusia.[42]
Hal yang lain juga dialami oleh
Negara RRC yang menurut Anthony D. Lutz memperkirakan 60 juta rakyat Cina sejak
tahun 1949 M. di Hongaria sekitar 25 ribu orang di tahun 1956 dan tahun 1970-an
sekitar 5 ribu orang bunuh diri, namun yang sempat digagalkan sekitar 50 ribu.
Hal yang sama juga dialami Vietnam selatan dan utara, Cuba, Burundi, Latvia,
Estonia, Lithuania, Cekoslowakia, Yaman selatan, Yogoslavia, Tibet,
Afghanistan, Kamboja, Polandia, Mozambique, Ethiopia, dan lain-lain. Semua
penduduk yang menjadi korban kebiadapan Ideologi Marxis berkisar dari 5.000
sampai dengan puluhan juta penduduk.[43]
Maka tidak salah kalau Josef
Stalin, dimasa pembantai di tahun 1937 menandatangani keputusan tembak mati
rata-rata 3.000 personalia tentaranya sehari dengan ringan berkata “Kematian
satu orang adalah tragedy. Kematian sejuta orang, statistik.” Marxis-Leninis Sayid
Abdullah, kepala kamp kosentrasi Pol-E Charki mengatakan: “kita akan sisakan
satu juta saja penduduk Afghanistan yang hidup-jumlah itu sudah cukup bagi kita
untuk membangun sosialisme.” Jamlah Rakyat Afgani yang menjadi korban sekitar
15.000.000 orang tahun 1979. Ditahun 1978-1987 sekitar 1.500.000 orang. Ini
berarti setiap hari 462 orang dibunuh dan dalam satu jam saja mereka telah
membantai 19 orang.[44]
3. Pemalsuan
Teori kelas Marx dipertanyakan yang sangat tajam oleh
Scherb, dia mengatakan bahwa karya Marx dan Engels adalah hasil plagiarisme
vulgar. Robert Scherb tidak hanya mempertanyakan keaslian teori kelas Marx,
namun dia juga mempertanyakan teori-teori lainnya. Harold J. Laski, seorang
intelektual sosialis Inggris berpendapat
bahwa Manifesto Communist adalah sebagian besar dari hasil gagasan dari
Considerant Manifesto of Democrasy yang terbit tahun 1843 M. Lima tahun lebih
tua dari karya Marx dan Engels yang terbit 1848 M, yang paling banyak
mengkritik hal ini juga datang dari Marxisme itu sendiri yaitu Karl Kautsky.[45]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori Marxisme merupakan hasil copy
paste, bukan hasil original Marx dan engels.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Abdul Qadir Djaelani,
menurutnya semenjak tahun 80-an telah berkembang doktrin “Theologi Pembebasan”
seluruh bagian dunia. Pokok intinya adalah: “To learn and to adopt Marxizsm without
bing Communism”, yang artinya belajar dan melaksanakan Marxisme tanpa
menyatakan menjadi Komunis. Jadi pada waktu itu Marxisme dibungkus dengan baju
Khatholik-Yesuit. Pengerakkan mereka sampai ke Indonesia, dan yang paling
menyedihkan mereka telah membantai 420 orang jamaah pengajian Tanjung Priok.[46]
***
[1] id.wikipedia.org/wiki/marxisme di akses 6 April 2015
[2] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2005, hlm. 572
[3] Simon Blackburn, The Oxford Dictionary of Philosophy, Terj. Yudi
Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, hlm. 536
[4] id.wikipedia.org/wiki/marxisme di akses 6 April 2015
[5] Simon Blackburn, “The Oxford Dictionary of Philosophy”. hlm. 572
[6] Ibid
[7] Karl Marx,
lahir di bulan Mei 1818 di Trier, Jerman. Ayahnya seorang pengacara yang
beberapa tahun sebelumnya pindah agama Yahudi menjadi Kristen Protestan.
Perpindahan agama ayahnya yang begitu mudah diduga merupakan alasan mengapa
Karl Marx tidak pernah tertarik dengan Agama. Pada tahun 1841, Marx
dipromosikan menjadi doktor dengan disertasi “The Difference between
The Natural Philosophy of Democritus and Epicurus”. Kertas kerja dan
pengantar disertasi ini secara jelas menunjukkan Marx sangat Hegelian, dan
antiagama. Hal terakhir ini juga yang membuat Marx dicap sesat, dan mulai
dijauhi rekan-rekannya. (Lihat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh di dunia)
[8] Frederick Angel, lahir tahun
1820 di Babarman Jeman dan meninggal tahun 1890, dari keluarga Kapitalis, lihat
lengkapnya: Mausu’ah al Filsafat wa al Falasifah, Dr. ‘Abdul Mun’im al
Hafni, Mausu’ah
al Filsafat wa al Falasifah,
hal: 195
[9] Taufiq Ismail, “Katastrofi Mendunia: Marxima Leninisma stalinisma
Maoisma Narkoba)”, Jakarta: Yayasan Titik Infinnitum, 2004, hlm. 11-13
[10] Seratus tokoh
[11] Ibid
[12] Taufiq Ismail, “Katastrofi Mendunia: Marxima Leninisma stalinisma
Maoisma Narkoba, hlm. 1
[13] Ibid, hlm. 5
[14] Ibid, hlm. 6
[15] Franz
Magnis-Suseno, “Pemikiran Karl Marx (Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Revisionisme)”, hlm. 1
[16] Akar pokok perbedaan landasan
pikiran, aliran idealisme menyatakan bahwa ruh lebih dulu ada dari pada materi,
sedangkan aliran mastaniyyah mengatakan bahwa antara ruh dan materi tidak ada
satu sama lain mendahului, berbeda halnya dalam pandangan materialis, menyatakan
bahwa materi lebih dulu ada dari pada ruh. Masing-masing pandangan yang berbeda
ini menghasilkan cabang persepsi yang berbeda pula dalam menyikapi akan adanya
Tuhan dan seterusnya.
[17] Taufiq Ismail, “Katastrofi Mendunia: Marxima Leninisma stalinisma
Maoisma Narkoba)”, hlm. 44
[18] Ahmad Suhelmi, “Pemikiran Politik Barat”, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2007, hlm. 269
[19] Hegel, Filosof Jerman (1831-1770),
Satu dari sekian filosof yang paling berpengaruh ide pemikirannya dalam sejarah
manusia. selengkapnya lihat Mausu’ah al Filsafat wa al Falasifah,
Dr. ‘Abdul Mun’im al Hafni, hlm: 1496
[20] Ludwing Andreas Feurbach
(1872-1804), filosof Jerman, kritikus agama Nashrani dan semua agama
keseluruhan. Selengkapnya lihat Mausu’ah al Filsafat wa al Falasifah,
Dr. ‘Abdul Mun’im al Hafni, hlm: 1049
[21] Ahmad Suhelmi, “Pemikiran Politik Barat” hlm. 281-282
[23] Ahmad Suhelmi, “Pemikiran Politik Barat” hlm. 281-282
[25] Rudi Hartono, “Bung Karno:
Nasionalisme, Demokrasi, dan Revolusi”, Jakarta: PT Berdikari Nusantara Makmur,
2013, hlm. 159
[26] Taufiq Ismail, “Katastrofi Mendunia: Marxima Leninisma stalinisma
Maoisma Narkoba)”, hlm. xxxi
[27] Ibid, hlm. xli
[28] Tamar Djaja, “Soekarno-Hatta Persamaan dan Perbedaannya”, Jakarta:
Sastra Hudaya, 1981, hlm. 144
[29] Taufiq Ismail, “Katastrofi Mendunia: Marxima Leninisma stalinisma
Maoisma Narkoba)”, hlm. xlii
[31] Taufiq Ismail, “Katastrofi Mendunia: Marxima Leninisma stalinisma
Maoisma Narkoba)”, hlm. 44
[32] Ibid, hlm. 43-44
[34] Taufiq Ismail, “Katastrofi Mendunia: Marxima Leninisma stalinisma
Maoisma Narkoba)”, hlm. 44
[35] Ibid, hlm. 45
[36] Mereka diantara tokoh Islam pluralisme agama di Mesir yang telah
mendapatkan fatwa Murtad dari para ulama Mesir. Abu zaid sendiri cenderung
atheis dan terus mengkritik syariat Islam. Jadi sangat jelas kalau dia menganut
paham Marxisme.
[38] Taufiq Ismail, “Katastrofi Mendunia: Marxima Leninisma stalinisma
Maoisma Narkoba)”, hlm. 15
[39] Ibid, hlm. 108
[41] Ahmad Suhelmi, “Pemikiran Politik Barat”hlm. 291
[42] Taufiq Ismail, “Katastrofi Mendunia: Marxima Leninisma stalinisma
Maoisma Narkoba)”, hlm. 61
[43] Ibid, hlm. 113-122
[44] Ibid, hlm. 15-17
[45] Ahmad Suhelmi, “Pemikiran Politik Barat” hlm. 281-274-275
[46] Alfian Tanjung, “Mengganyang Komunis”, Jakarta: Taruna Muslim
Press, 2006, hlm. 47-48
0 comments:
Post a Comment