Rakyat Indonesia saat ini menginginkan perubahan. Baru kali ini politik Indonesia sangat panas dari pada sebelumnya. Sangat sensitif dan saling menghujat, saling menjatuhkan dan sebagainya. Benar-benar kompetisi rakyat versus penguasa. Gerakan rakyat vs penguasa sudah sering terjadi. Di Indonesia sendiri pernah terjadi pada tahun 98 saat penggulingan Soeharto. Gerakan people power juga masih membekas dengan aksi 212, untuk memenjarakan mantan Gubenur DKI Jakarta sang Penista Agama.
Gerakan people power ini akan kah terulang kembali pada tahun 2019 ini? Saat ini yang terlihat dengan jelas dari berbagai kegiatan kampanye Prabowo-Sandi nampaknya sudah tercium akan kemenangannya. Kita bisa melihat begitu banyak pendukung 02 di berbagai tempat kampanye. Hal yang sangat berbeda dengan 01, hampir di setiap tempat sepi. Hal inilah yang kemudian publik menafsirkan "hanya kecuarangan yang bisa mengalahkan 02".
Kampanye Akbar di Gelora Bung Karno hari pecah, diperkirakan 1 Juta yang datang. Tapi sepertinya melibihi dari itu. Bahkan hampir sama dengan aksi 212, yang hadir jutaan. Dari sinilah kemudian publik kembali menilai sebagai kampanye rakyat. Di berbagai kampanye Prabowo - Sandi selalu ada sumbangan rakyat untuk kampanye pemenangan 02. Hal ini tidak terjadi pada saat kampanye 01, tapi justru sebaliknya.
Kalau kita lihat lebih jauh lagi, kali ini ada sumber politik baru yang sangat penting dan belum pernah ada gerakan politik ini sebelumnya. Gerakan politik ini di kenal dengan "Gerakan Politik Emak-Emak dan Milenial". Gerakan politik ini sangat menentukan dan sangat senifikan, karena dulu mereka di kesampingkan.
Simbol gerakan politik 02 mirip dengan simbol gerakan rakyat Edsa di Filipina.
Reaksi ini tentu saja akibat kegagalan dari pemerintahan Jokowi terhadap janjinya yang pernah dia lontarkan saat kampanye 2014 yang lalu. Begitu juga dengan Prabowo-Sandi, jika mereka tidak menempati janjinya rakyat yang akan mengadilinya.
Gerakan rakyat atau people power tidak bisa merubah hasil pemilu. Tapi bisa mengulingkan pemerintahan. Kita bisa lihat gerakan Edsa di Filipina, yang menurunkan presiden diktatornya. Kita bisa belajar dari gerakan-gerakan rakyat di negara lain, yang pada akhirnya sebagian besar dimenangkan oleh rakyat. Karena demokrasi sendiri di tafsirkan dari rakyat-untuk rakyat dan kembali kepada rakyat.
Pertanyaannya akan kah terjadi People Power setelah pemilu ini? Jika terjadi kecurangan dalam pemilu kali ini, kata Amien Rais akan menggerakan People Power. Biar rakyat yang bergerak. Maka Indonesia akan darurat, disinilah akan terjadi dua kemungkinan, Choas atau damai. Semua penyelenggara pemilu harus bisa bertanggung jawab terhadap kondisi negara. Mereka akan diseret oleh rakyat dengan pengadilan rakyat dan pengadilan politik. Disinilah perlunya kenetralan dan kebersihan pihak penyelenggara pemilu, dalam hal ini KPU dan Bawaslu. Kalau tidak mau ada gerakan rakyat. []
0 comments:
Post a Comment