Wednesday, December 24, 2014

Mereka Menantikan Da’I Ilallah



Oleh: Amriadi Al Masjidiy
Judul Buku                  : Mereka Menanti Kita
Penulis                         : Fariq Gasim Anuz
Jumlah halaman           : xi halman + 84 halaman isi
Penerbit                       : Daun Publishing
Cetakan                       : Desember 2014
ISBN                           : 978-602-7545-11-3
Telp. Penerbit              : 021-71027573

Banyak orang mengira berda’wah adalah kewajiban para da’I, Ustad atau orang-orang yang mengerti agama. Sehingga jika suatu kemungkaran terjadi, seorang muslim merasa bukan tanggung jawabnya. Konotasi da’wah hanya dipahami sebatas Majelis Ta’lim dan Tablig Akbar. Semestinya da’wah menjadi komitmen setiap muslim untuk menyebarkan Islam kepada ruang lingkup kehidupannya. Da’I adalah seorang dokter sepesialis bukan hakim yang menjatuhkan hukum. Seorang dokter mengobati pasiennya harus dengan rasa dan kasih. Walaupun pasien tidak sopan padanya, tapi seorang dokter harus sabar dalam menghadapi pasiennya baik dalam membujuhnya untuk minum obat maupun menasehatinya agar meningkatkan diri kepada Allah l.
            Seorang da’I untuk menjadi seorang doctor yang spesialis haruslah dekat dengan Allah l. Dan selalu memunajatkan kepadanya agar diberikan jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Ammar Bugis yang cacat tapi hafal Al-Qur’an dan dia seorang wartawan di berbagai media. Jika dilihat dari pisiknya yang lumpuh total tidak mungkin menjadi pothografer yang baik. Seorang Ammar Bugis yang cacat telah menjadi inspirasi banyak orang yang sehat, dia tidak pernah mengeluh dengan kondisinya yang lumpuh dari sejak kecil. Namun perjalanan sampai sarjana Komunikasi di King Abdul Aziz University. Ammar pernah menjadi pembawa acara di sejumlah televisi, acara yang dibawanya mencapai 16 episode. Seorang da’I seperti Ammar yang lumpuh tapi tetap semangat memperjuangkan da’wah, lalu bagaimana dengan kita?
            Pernah ada isu di jajaring social media, seorang da’I kondang Timur Tengah telah menyakiti hati Ammar dengan kata-kata yang tidak pantas. Banyak orang yang mencomooh Syaihk Al-Arifi. Padahal mereka tidak tau apa yang terjadi antara Ammar dan Arifi, mereka menelan mentah-mentah berita tersebut. (hlm: 54-55) Menanggapi hal berita ini Ammar berkomentar, “Apa yang terjadi dengan saya dan guru saya Arifi yang kami hormati itu semata-mata salah paham dan sepele” Ammar tidak memberikan orang-orang bermuka dua bermain di air yang keruh. Oleh karena itu saya ingin orang-orang yang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk diam selama-lamanya. Pena telah diangkat dan tinta telah kering, inilah tanggapan Ammar Bugis.
            Sungguh banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah diatas, Seorang Ammar yang cacat tidak terpancing dengan berita yang didengarnya. Seorang da’I seperti Arifi yang terkenal sangat menentukan akan kebanyakkan fitnah yang harus di jalani. Jalan da’wah bagi da’I adalah jalan yang berat tanggung jawab yang harus dipikul, menahan emosi adalah hal yang pling penting bagi seorang da’i. Da’I harus siap dan berani merenung kesalahannya serta mengevaluasi diri. Jangan terlalu berambisi terhadap kehidupan dunia, karena semua muslim dalam mengapai cita-citanya adalah mendapatkan ridha dan cinta Allah l. Ketika ia lebih mengutamakan mencari popularitas, pengaruh, jabatan dan kedudukan dari pada ridhanya, maka dia berjalan menyimpang dari jalan Allah. (hlm. 67)
            Rasulullah n. Bersabda: “kalian akan berambisi atas kekuasaan dan (hal itu) akan menjadi penyesalan pada hari kiamat”. (HR. Bukhari). Orang yang bahagia adalah orang yang lebih mengutamakan akhirat yang kekal dibandingkan dunia. (hlm. 74). Dr. Abdurrahman Sumaith seorang da’I Kuwait pernah meneteskan air mata ketika beliau pergi berda’wah di perdalaman Afrika. Alhamdulillah disana banyak penduduk yang masuk Islam ditangan beliau. setelah masuk Islam para mualaf ini lantas menangisi orang tua mereka yang telah wafat dalam keadaan kafir. Mereka berkata, “mengapa kalian datang terlambat? kemana kalian selama ini?” kata-kata ini membuat beliau menangis lantaran menyesali keterlambatan beliau berda’wah di desa tersebut. Beliau merasa bertanggung jawab atas mereka yang wafat dalam keadaan kufur sebelum datangnya da’wah beliau. Akhirnya  Abdurrahman Sumaith memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan sebagai dokter internist (Ahli Penyakit Dalam) dan beliau mewakafkan dirinya sebagai da’I di Negara miskin Afrika. (hlm. 76-77).
            Kejadian seperti cerita di atas juga banyak dialami oleh para da’I di Indonnesia, seperti mereka yang berda’wah di Mentawai, Papua dan tempat-tempat perdalaman lainnya yang tedak mengenal mandi apalagi mendengarkan ngaji. Mereka yang tiggal di perdalaman membutuhkan para da’I ilallah bukan para da’I yang berkeuangan yang maha esa. Abdurrahman Sumaith dengan izin Allah l. Beliau berhasil mengislamkan sebelas juta orang di benua Afrika dan berhasil mendirikan Lembaga Aun Al-Mubasyir bersama rekan seperjuangannya. Lembaga ini telah membangun dan mengelola 860 sekolah, 3 Universitas, 5500 Masjid, mengebor 11.000 sumur, mengkader 40.000 da’I dan guru serta memberikan beasiswa, menyantuni anak yatim dan kegiatan social lainnya. Kemajuan da’wah beliau di Afrika ini mendapatkan sambutan yang baik dari umat Islam, mendapatkan hadiah King faisal Award dari kerajaan Suadi sebagai ucapan terima kasih atas pelayanannya kepada umat di Afrika, tetapi semua hadiah dan sumbangan masyarakat Islam disumbangkan semua untuk berjalan da’wah di Afrika. (hlm. 77-78)
            Buku kecil karangan Fariq Gasim Anus yang sering tulisan dimuat di Kolom Hikmah Harian Republika sangat banyak gizi yang di sajikan dan sangat menarik untuk di kaji. Apalagi ditambah dengan kisah para pejuang dijalan da’wah. Sangat cocok bagi aktivis da’wah untuk membaca dan mengikuti jejak mereka yang berda’wah di desa perdalaman.

***

SHARE THIS

Author:

Penulis merupakan penulis bebas dan juga penggiat blockchain dan Cryptocurrency. Terima Kasih sudah berkunjung ke Blog Saya, bebas copy paste asal mencantumkan sumber sebagaimana mestinya.

0 comments: