Oleh: Amriadi Al Masjidiy
Islam Nusantara
didefinisikan sebagai Islam yang mengakui perbedaan, menghargai kemajemukan,
menghormati keragaman, suka dialog, dan lain sebagainya yang diklaim sebagai
bagian adat dan tradisi Nusantara. Namun semua itu dusta dan bohong, karena
faktanya Islam Nusantara yang mereka propagandakan adalah ajaran rasis dan
fasis yang anti arab. Dan sudah jelas juga bahwa mereka ingin mengubah Islam
sesuai hawa nafsu mereka, sebagaimana yang telah kita uraikan dengan panjang
lebar pada lembar sebelumnya. Ditambah lagi, Tokoh-Tokoh Islam Nusantara yang
ada saat ini adalah orang-orang yang selama ini menjadi Tokoh Liberal, bahkan
Tokoh Sentralnya.
Para Tokoh Islam Nusantara marah
besar lantaran rencana jahat mereka terkait Pribumisasi Islam terbongkar, maka
mereka pun melakukan serangan balik ke semua pihak yang menolak Islam Nusantara
dengan aneka tuduhan dan fitnah, antara lain: Bodoh dan tidak paham Fiqih
Islam, tidak berwawasan, rendah diri sehingga tunduk kepada Arabisasi, Intoleransi,
anti dialog, perusuh dan sebagainya. Intinya mereka kini
galau karena rencananya berantakan dan hancur sebelum
di"launching"kan secara matang dan resmi. Mereka semakin kacau,
sehingga tidak lagi mampu berargumentasi secara ilmiah. Dan kini mereka pun
senang melakukan "kekerasan" verbal terhadap lawan pendapatnya. Akhirnya,
mereka yang galau dan kacau memperlihatkan sifat aslinya, yaitu sombong, hasut
dan dendam.
Islam Nusantara yang
mereka klaim sebagai Islam yang toleransi sehingga apa yang terjadi di Papua.
Masjid dibakar, muslim dibantai. Mereka hanya diam saja dan bahkan mereka balik
mengatakan untuk tidak dibesar-besarkan karena itu hanya oknum saja, atau biar
pemerintah yang bertindak, kita tidak boleh ikut campur tangan pemerintah.
Mereka mengatakan demikian karena mereka sebelumnya sibuk menjaga gereja saat
natal. Ketika isu ISIS di Iraq, mereka mengatakan itu teoris dan berbahaya
untuk Indonesia.
Sehingga kita umat
Islam ditipu untuk menutup mata apa yang terjadi di Suriah dan bahkan kita
telah membesarkan kelompok sesat Syiah dan kelompok atheis Komunis di Indonesia
yang nyata-nyatanya berbahaya untuk NKRI. Isu ISIS yang jauh tidak kelihatan
digaungkan takut NKRI terancam, namun terang-terangan kelompok West Papua
melakukan penyerangan untuk berpisah dengan NKRI tidak ada berita. Karena
mereka itu bukan Islam, dan mereka itu adalah kaum kristiani yang dibantu oleh
agen zionis Israel Internasional. Sekali lagi bagi mereka itu bukan ancaman.
Jika kita surut
kebelakang lagi, Umat Islam dibantai paska shalat ied di Ambon dan Poso. Dan
sekalagi mereka diam. Ketika ada gerakkan Islam militan, atau gerakkan hisbah
mereka dengan lantang berteriak itu gerakkan Radikal, Anarkis dan ekstrimis
serta berbagai macam lebel lainnya. Jika lebih kebelakang lagi, ribuan Muslim
di bantai di Aceh, ratusan muslim dibantai di Lampung, Tanjung Priok dan
sebagainya. HAM yang mereka gaungkan tidak ada yang berani mengatakan kalau itu
adalah tindakan melanggar HAM. Namun sekaligi, jika umat Islam melakukan BOM
Bali sampai berdiri Densus 88 dan BNPT untuk membasmi yang nama terorisme. Tapi
kejadian di Tolikara oleh GIDI itu bukan tindakan Terorisme menurut mereka,
karena mereka itu bukan Islam. Karena yang teroris itu hanya umat Islam.
Maka jangan-jangan
Islam Nusantara itu bukan toleransi tetapi mau menghabisi umat Islam, lewat
doktrin toleransi. Karena itu umat Islam harus berhati-hati, kalau dulu ada
Islam Liberal, namun mereka tidak laku lagi dijual di publik. Mereka pernah
bercita-cita, dalam sebuah meilist
mereka menulis; “Islam Liberal akan menjadi Madzhab terbesar di Indonesia dan
bahkan di Asia”. Maka dari itu Islam Liberal sudah tidak laku, maka sekarang
diganti dengan gagasan Islam Nusantara,yang intinya sama saja, Islam mau
diacak-acak dengan keragu-raguan.
Islam Nusantara yang
ingin di-Indonesia-kan, sehingga semua ajaran Islam yang dianggap beraroma
"Arab" seperti Jilbab, Salam hingga cara baca Al-Qur'an harus diganti
dengan Budaya Nusantara. Islam yang ingin di-Lunak-kan, sehingga semua ajaran
Islam yang dianggap beraroma "Keras" seperti Hisbah dan Jihad mesti
dihapuskan. Islam yang ingin di-Kerdil-kan, sehingga agama Islam hanya
dijadikan sebagai sekedar sebuah aspek kehidupan, bukan Islam yang meliputi
semua Aspek Kehidupan. Islam yang ingin di-Liberal-kan, sehingga Aqidah
Islam harus di-Dekonstruksi dan Syariat Islam mesti di-Anulirisasi, agar
sesuai dengan Tuntutan Zaman. Islam yang ingin dijadikan sebagai Pengusung
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Kebebasan Mutlak, Persamaan Agama, Kearifan
Lokal, Pelestarian Budaya Primitif, Kesetaraan Gender, Revolusi Mental,
Modernisasi, Globalisasi dan Deradikalisasi, serta Kebangsaan yang Rasis dan
Fasis.
Karenanya, umat Islam
wajib menolak Sistem Demokrasi, baik Kapitalis mau pun Sosialis, dan harus pro
aktif secara terus menerus mengkampanyekan Sistem Khilafah atas dasar
Musyawarah. Umat Islam harus mampu membedakan antara HAM versi Islam dan HAM
versi Barat, sehingga tetap menjunjung tinggi KAM (Kewajiban Asasi Manusia)
yaitu beribadah kepada Allah . Islam harus selalu taat kepada Allah , dan Rasulullah , sehingga hanya berpegang kepada
kebebasan yang dibatasi oleh aturan agama, agar supaya tidak terjebak dalam
perilaku bebas yang kebablasan.
Islam harus terus
dimantapkan keyakinannya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan
yang diridhoi Allah , tanpa harus menghina dan mencaci maki
agama lain, sehingga tidak terjebak dalam paham Pluralisme yang menyatakan
semua agama sama dan benar. Islam harus menghargai Kearifan Lokal selama tidak
melanggar Syariat Isllam, dan wajib meluruskannya manakala bertentangan dengan
Syariat Islam, sehingga Kearifan Lokal tetap harus tunduk kepada aturan Allah , tidak sebaliknya. Islam harus ikut
serta dalam Pelestarian Budaya positif dengan tetap membangun Peradaban Islami,
dan wajib waspada daripada pembiaran keprimitifan dan keterbelakangan atas nama
Pelestarian Budaya.
Umat Islam harus
dipahamkan bahwa perbedaan Pria dan Wanita adalah suatu keniscayaan
Sunnatullah, untuk pembagian tugas sesuai dengan Biologis dan Pshychologis
masing-masing, agar tercipta Keserasian Gender, bukan Kesetaraan Gender. Islam
mesti dibekali tentang pentingnya Revolusi Akhlaq yang bertujuan untuk
menundukkan jiwa kepada aturan Allah , bukan Revolusi Mental yang ingin
membebaskan jiwa dari aturan agama yang dianggap sebagai penjajah mental. Islam
harus mensyukuri kebangsaan yang dimilikinya sebagai karunia Allah , untuk membangun persaudaraan Islam
yang Lintas Suku dan Bangsa, agar terhindar dari Propaganda Kebangsaan yang
Rasis dan Fasis serta mengkotak-kotak umat manusia dalam Nasionalisme
Jahiliyyah.
Islam tidak menolak
Modernisasi sarana dan pra sarana kehidupan di era kemajuan Tekhnologi saat
ini, tapi tetap wajib menolak Modernisasi Agama yang ingin merubah ajaran Islam
agar mengikuti tuntutan hawa nafsu manusia modern, karena dianggap sudah kuno
dan kadaluwarsa serta tidak relevan lagi. Umat Islam harus selalu memantapkan
langkah untuk merebut Globalisasi dalam naungan Khilafah Islamiyyah, agar tidak
terperangkap dalam jebakan Globalisasi Zionis Yahudi yang ingin membentuk satu
pemerintahan dunia di bawah kekuasaan Zionis Yahudi melalui gerakan Freemasonry
dan Illuminaty. Karenanya, umat Islam harus menyadari bahwa program
Deradikalisasi di Dunia saat ini hanya ditujukan kepada umat Islam, agar mereka
meninggalkan ajaran Jihad karena dianggap sebagai sumber Radikalisme. Padahal,
Jihad adalah Kewajiban Agama Islam untuk menjaga Islam dari serangan
musuh-musuhnya, bukan untuk menggangu siapa pun. Disana masih ada aneka agenda
lainnya, yang kesemuanya ditujukan untuk penaklukan seluruh umat manusia,
khususnya umat Islam, sehingga patuh dan tunduk secara total kepada Kekuasaan
Zionis Internasional.(Am/HRS)
0 comments:
Post a Comment