Oleh: Amriadi (Islamic Research Forum-IRF)
Pendahuluan
Hancurnya pendidikan di Indonesia memiliki beberapa sebab. Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh bebebrapa hal seperti kurikulum, guru, sekolah, media, teman dan lingkungan. Sebagai bukti yang tampak, bisa di lihat langsung ketika lulus ujian, terutama ujian nasioanl. (Baca; UN, Produk Pembodohan siswa) Digelarnya berbagai pesta, corat-coret baju, dan berbagai kebebasan lainnya. Hal ini adalah imbas dari hasil kurikulum atau system pendidikan yang tidak pas untuk anak. Jadi mereka merasa bebas ketika lulus ujian seperti orang bebas dari penjara yang didalamnya dikurung dan disiksa. Begitu juga dengan pendidikan yang seperti penjara, maka hasil didikannya juga akan merasa bebas jika selesai ujian. Maka dari itu Indonesia membutuhkan system pendidikan yang dalam bahasa kerennya “Sistem pendidikan yang gue banget.” Bagaimana system pendidikan yang gue banget. Ini akan kita bahas pada kesempatan lain sebagai solusi dari permasalahan ini. Disini dapat kita gamabarkan kalau system pendidikan yang gue banget itu adalah system pendidikan yang mempunyai basis semua siswa dapat menerima semua peraturan dan kurikulum yang akan diajarkan.
Maka jikalau system pendidikan yang tidak memadai maka jangan heran kalau hasil lulusannya adalah error. Error kita maksud disini adalah dalam system pendidikan adanya penipuan, maka jangan heran kalau melahirkan hasil didikan yang koruptor. Jika system pendidikan dipengaruhi oleh asing, maka jangan heran, kalau yang akan lahir adalah para penghancur Negara. Jika system pendidikan adalah pembodohan, maka jangan heran jikalau hasilnya adalah pengannguran. Maka dari itu kita harus bisa merancang system pendidikan yang cocok untuk tidak mengahasilkan penjahat di Indonesia. Agar lebih mudah kita pahami bagaiman pendidikan hancur, maka dapat dibuat beberapa poin yang menurut penulis adalah akar penyebab hancurnya pendidikan di Indonesia.
Kualitas Murid
Murid atau siswa adalah peserta didik. Sebelum sampai kesekolah anak terlebih dahulu mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Namun hal ini menjadi masalah karena orang tuanya tidak sempat peduli terhadap anak, karena sibuk dengan karirnya. Oleh sebab itu maka lingkunganlah yang menjadi guru pertama si anak. Namanya juga lingkungan, apa saja bisa dibentuk. Mulai dari perusakkan moral sampai perbaikan moral juga bisa diciptakan oleh lingkungan. Hal ini tergantung dilingkungan mana dia berada, kalau lingkungan baik tentu akan menjadi baik, namun jika lingkungan jelek yang pastinya juga jelek.
Kembali lagi kepada guru pertama si murid yaitu orang tua, yang secara tidak langsung dia telah mengajarkan kepada anak beberapa hal yang salah, bagi mereka yang sibuk. Sehingga mereka sepulang kerja asyik duduk nonton televisi. Secara tidak sengaja orang tuanya telah memberikan kepada televise, untuk mengajarkan anaknya apa yang dia tonton. Disisi lain, orang tua yang sibuk tentunya tidak terlalu peduli dengan moral anaknya bagaimana?. Mereka juga sering terjadi problem solving antara suami dan istri didepan anak. Padahal anak kecil sangat mudah untuk menangkap kata-kata yang didengar dan apa yang dilihat. Oleh karena itu kualitas murid sampai kesekolah adalah kualitas bagaimana di rumahnya.
Kualitas dirumah itu sangat menentukan akan kualitas di sekolahnya nanti. Seberapa jagonya guru untuk membentuk moral yang baik kepada anak, pasti tidak akan berhasil jika dirumah tidak di perdulikan. Maka dari inilah akan mengakibatkan merosotnya pendidikan di Indonesia.
Media
Media sering kali menjadi rujukan untuk anak. Oleh karena itu media menjadi guru bagi mereka. Tidak jarang sepulang sekolah anak-anak langsung di depan televise untuk menonton tayangan yang disajikan. Televise memiliki program dan tujuannya masing-masing. Misalnya infotaiment yang memberikan gossip aib para artis. Maka jangan heran setelah itu dia juga melakukan apa yang dia lihat dan dengarkan. Sehingga timbulnya berbagai permasalahan pada si anak. Mereka yang sering di depan tv dan melihat iklan perusak moral, kebanyakkan iklan dibintangi oleh wanita yang memperlihatkan aurat. Maka jangan heran setelah nonton tv dia berani melepaskan pakaian yang syar’I kepada pakaian artis yang dilihat. Selanjutnya anak-anak juga disuguhi senetron pecintaan. Bahkan kebanyakkan senetron tidak mendidik untuk anak-anak. Hasil dari didikan senetron tersebut juga sangat jelas kelihatan dalam pergaulan anak sehari-hari, mulai dari bebas bergaul dengan lawan jenis sampai pada perzinaan dan pemerkosaan. Maka jangan heran ujian belum habis mereka duluan pesta seks di hotel dengan pacarnya masing-masing, sebangainya yang lansir oleh www.tribunnews.
Itulah hasil dari didikan media yang menyebabkan kehancuran moral anak bangsa. Selanjutnya media penerbitan seperti majalah dan internet juga mempunyai basis merusak anak-anak. Indonesia pernah keluar majalah Playboy, dan sekarang yang paling ngetren adalah majalah Male dari detik.com.majalah ini dapat diakses secara gratis di internet. Selain itu juga hadir website pornografi dan pornoaksi yang menyebar luas di Internet tanpa batas. Tentu hal ini bukan saja problem para guru disekolah atau di bimble tapi juga termasuk para orang tua bagaimana halnya dalam mendidik anak dalam mengatasi berbagai perusakkan moral di Indonesia.
Guru dituntut untuk untuk memperbaiki moral anak didiknya dengan gaji yang sempit dan bahkan tidak memadai. Namun para artis sebagai perusak moral bangsa digaji melebihi 90 banding 10 gaji guru. Gaji guru satu bulan masih ada yang lima ratus ribu rupiah, namun para artis sekali tampil saja mencapai 12 juta rupiah untuk artis papan bawah. Bagaimana dengan yang papan atas. Hal ini seharusnya tercium oleh para tokoh pendidikan akan bahayanya hal ini. Namun apa boleh buat, para tokoh bungkam seribu bahasa. Sehingga para perusak moral bebas berkarya dan berekpresi. Sedangkan guru dan alim ulama selalu diintai.
Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia juga mengalami masalah. Penyusun buku untuk bahan ajar para siswa banyak yang aneh. Setelah keluar Latihan Kerja Siswa (LKS) yang menjelaskan tentang Miyabi dan membela Komunis. (www.inilah.com) Baru-baru ini juga tidak ketinggalan parahnya. Dalam sebuah buku ajar Sekolah Dasar (SD) mata pelajaran Agama Islam “Banci Boleh Jadi Imam”. Sejak kapan Allah SWT. Membagikan lebel manusia banci. (www.panjimas.co
Inilah problem pendidikan di Indonesia. Maka tidak heran kalau menghasilkan perserta didik yang error. Lebih lanjut dalam kurikulum pendidikan missalnya sejarah selalu ada penipuan akan kebenaran suatu peristiwa, seperti cerita tangkuban perahu yang tidak jelas asalnya. Penyebutan pemberontak terhadap para pahlawan. R.A Kartini sebagai pahlawan Wanita Indonesia yang dipilih oleh Belanda. (www.atjehcyber.
Hadirnya buku “Aku Belajar Pacaran” yang didalamnya berisi ajakan untuk para remaja untuk melakukan zinayang diistilahkan dengan kata ML. sungguh kurang ajar penulis dan penerbit buku, seperti diatas yang tidak menghormati moral agama dan bangsa. Seharusnya buku-buku sebelum terbit disensor terlebih dahulu, sebelum di naikkan ke percetakan. Hal ini dilakukan untuk menjaga moral bangsa dan nama baik Negara. Maka dari itu kita membutuhkan sebuah system pendidikan dan kurikulum yang gue banget. Agar tidak terus meracun pemikiran anak didik dan perusakan moral bangsa. (temukan setiap hari artikel yang ter up to date, hanya di www.facebook.co
Silahkan Share Ke Teman-Teman Semoga Bermanfaat
===========(Amr
Blogger: http://
Youtube: https://
Facebook: https://
Twitter: https://
Mobile: +628990019785
0 comments:
Post a Comment